• Tak Seperti yang Kita Pikirkan, Ini Jawaban Kartini Kecil ketika Ditanya Cita-citanya
"Di antara kami, mulai dari saya, kami tinggalkan semua adat sopan-santun (yang kaku). Perasaan kami sendiri yang harus mengatakan kepada kami sejauh mana cita-cita ingin bebas kami boleh bergerak," tulis Kartini dalam suratnya.
Ia menggambarkan betapa ketatnya tata krama di dalam keluarganya.
Seperti contohnya, adik-adik Kartini yang tidak boleh berjalan mendahuluinya, kecuali merangkak dan merendah di hadapannya.
Banyak tata krama ketat yang membuat Kartini menulis,
• Pemeran Utamanya Dinyiyir, Sekarang Film Kartini Dikritik Menteri Sosial Gara-gara Hal Ini
"Kepala saya merupakan yang terhormat. Adalah larangan keras untuk mereka sentuh (kepala saya), kecuali dengan izin khusus saya dan setelah beberapa kali menyembah."
"Aduh, kamu pasti menggigil kalau kamu jatuh di lingkungan keluarga bumiputera yang terkemuka semacam itu."
Hal itu menyebabkan Kartini ingin menyudahi tata krama yang menurutnya tidak sesuai dengan keinginan hatinya tersebut dan dianggapnya berlebihan.
Ia tidak mau adik-adiknya terkekang oleh adat.
Oleh karena itu, Kartini membiarkan adik-adiknya bergaul bebas dengan dirinya tanpa harus dibatasi dengan norma yang membuatnya terlihat 'tinggi'
• Ucapkan Selamat Hari Kartini, Jokowi Juga Bikin Kuis untuk Memperingatinya!
Mulanya, banyak orang yang mencela kebebasan mereka.
Orang-orang menyebut Kartini dan adik-adiknya seperti orang tak berpendidikan.
Bahkan, Kartini disebut "kuda gila" karena cara berjalannya yang melompat-lompat, tidak anggun sebagaimana perempuan Jawa pada umumnya.
"Tetapi setelah orang melihat bagaimana mesra serta menyenangkan perhubungan di antara kami, setelah ibu etiket melarikan diri dari semangat kebebasan kami, inginlah orang akan persatuan kami yang selaras, yang terutama terjalin di antara kami bertiga," ujar Kartini.
Luapan kegembiraannya terkait pendidikan
Pendidikan, merupakan hal yang menurut Kartini adalah sesuatu yang mulia.
Menurutnya, seorang pendidik berperan besar dalam membentuk budi dan jiwa seorang insan.
Ia memandang adalah suatu kejahatan jika tanpa kecakapan yang sempurna berani menjadi seorang pendidik.
• Bikin Pangling! 3 Artis ini Berdandan Ala Kartini, Lihat Fotonya Mana yang Paling Cantik!
"Aduh, sama sekali saya tidak akan dapat berpuas diri apabila sebagai guru, saya merasa tidak dapat menjalankan tugas seperti yang saya wajibkan sendiri kepada pendidik yang baik," tulis Kartini pada suratnya untuk R.M. Abendanon Mandri, tertanggal 21 Januari 1901.
"Dan saya bertanya kepada diri saya sendiri: dapatkah kiranya saya menjalankan tugas itu? Saya yang masih perlu juga lagi dididik ini?" renung Kartini.
• Terancam Tak Laku Akibat Ulah Dian Sastro, Ungkapan Menyentak Hanung Bramantyo Demi Film Kartini
Dalam surat itu Kartini juga menuliskan, betapa gembira dirinya atas pemikiran suami R.M. Abendanon dalam surat edaran tentang pengajaran untuk anak-anak perempuan Bumiputera:
Kaum perempuan, baginya, mampu membawa pengaruh besar bagi kehidupan apakah itu menuju pada kebaikan ataupun keburukan.
Perempuan juga dianggap mampu meninggikan kadar kesusilaan manusia.
"Dari perempuan lah manusia itu pertama-tama menerima pendidikan. Di pangkuan perempuan lah seseorang mulai belajar merasa, berpikir, dan berkata-kata," tulis Kartini.
Ia menuliskan luapan kegembiraannya atas maksud R.M. Abendanon yang hendak memberikan pendidikan kepada gadis-gadis Bumiputera.
• Beredar Video Dian Sastro Tepis Tangan Fans Viral, Film Kartini Kena Imbasnya?
"Dan kerap kali kami harus menggigit bibir untuk tidak bersorak-sorai kegirangan, menggenggam tangan kami erat-erat untuk tidak menyatakan kegembiraan kami dengan keras," katanya.
Sekolah- sekolah Bumiputera di Pati, Kudus, Jepara dan di distrik-distrik, tulis Kartini dalam suratnya, menunjukkan bukti nyata mengenai keberhasilan usaha R.M. Abendanon.
Kalangan rakyat yang bersekolah pun semakin bertambah jumlahnya.
"Besok, ibu juga menyuruh anak perempuan kecil, anak mas ibu, untuk bersekolah," ungkap Kartini.
Pemikiran Kartini terkait korupsi
Tak hanya masalah pendidikan, Kartini turut menyoroti persoalan korupsi oleh pejabat negara pada zamannya.
Ia tentunya mengutuk praktik korupsi itu.
Ia menuangkan pemikirannya tentang korupsi di surat-suratnya kembali.
"Kejahatan yang memang ada atau lebih baik yang merajalela ialah hal menerima hadiah yang saya anggap sama jahat dan hinanya dengan merampas barang-barang milik rakyat kecil," demikian tulis Kartini pada sahabat penanya, Estella Zeehandelar, di Belanda, 12 Januari 1900.
Namun, pada masa itu Kartini melihat korupsi pada zamannya secara lebih 'manusiawi'.
• Memanas! Netizen Hendak Boikot Kartini karena Dian Sastro, Begini Tanggapan Hanung Bramantyo
Korupsi pada masa itu bukan semata-mata karena sang pejabat negara itu, namun juga karena sistem pemerintahan yang belum mapan seutuhnya.
"Tetapi, saya tidak boleh hanya menyalahkan hanya berdasarkan kenyataan-kenyataan begitu saja. Saya juga harus memperhatikan keadaan para pelaku kejahatan itu." tulis Kartini.
"Menerima hadiah-hadiah itu dilarang oleh pemerintah bagi pegawai-pegawai. Tetapi, kepala-kepala Bumiputera adalah golongan rendah yang digaji sedikit sekali sehingga hampir merupakan suatu keajaiban bagaimana mereka mencukupi keperluan hidup dengan gaji yang sedikit itu," lanjut dia. (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)