Pilgub DKI Jakarta

Tak Hanya Diusir, Djarot Pernah Alami 7 Penolakan di Beberapa Tempat, Berikut Daftarnya!

Penulis: Natalia Bulan Retno Palupi
Editor: Tinwarotul Fatonah
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat saat blusukan di Cakung, Jakarta Timur, Minggu (13/11/2016).

Warga menyambut baik kehadiran Djarot dan meminta Djarot membangun rumah deret dan RPTRA.

Setelah itu, Djarot berjalan menyusuri rel kereta, menyeberang dan masuk ke wilayah Kelurahan Bendungan Hilir dengan menyusuri gang-gang kecil.

Kemudian, Djarot kembali menyeberang rel kereta dan hendak blusukan kembali di wilayah Kelurahan Petamburan.

Namun, sekelompok orang sudah menghadang kedatangan Djarot.

Mereka tidak mengizinkan Djarot dan rombongan untuk blusukan di sana.

Penghadang Djarot juga sempat berdebat dengan beberapa simpatisan.

Mereka tidak ingin Djarot melintas di wilayahnya. Untuk menjaga situasi tetap kondusif, Djarot dan rombongan memilih memutar balik dan melanjutkan blusukannya di Kelurahan Bendungan Hilir, seberang rel kereta.

7. Spanduk penolakan terbentang di Karet, Setiabudi

Calon wakil gubernur DKI Jakarta Djarot Saiful Hidayat berkampanye di RW 7 Kampung Jawa, Karet, Jakarta Selatan, Selasa (17/1/2017) (Kompas.com/Kurnia Sari Aziza)

Kali ini, beberapa warga Karet, Setiabudi, Jakarta Selatan, membentangkan spanduk penolakan saat Djarot berkampanye di sana, Selasa (17/1/2017).

Namun sebagian besar warga RW 7, Kampung Jawa, Karet, tetap menerima kampanyenya.

Bahkan, Djarot diajak makan oleh warga setempat setelah melewati kumpulan orang yang menolaknya.

Di sana, Djarot melahap nasi goreng dan mi goreng bikinan warga.

Sebelumnya, 15 orang yang mengaku warga Setiabudi membawa spanduk dan menghadang kampanye Djarot.

Tak ada orasi atau pun kalimat penolakan yang disampaikan orang-orang tersebut, sebab, barisan polisi terlihat menghadang pengunjuk rasa yang mendekati Djarot.

Ada 5 spanduk yang terpasang di sana.

Spanduk-spanduk tersebut ditulisi kalimat penolakan, yakni "Warga Setiabudi Menolak Gubernur Kafir", "Penghina Al Quran Perusak Persatuan Bangsa", dan "Tidak Ada Tempat bagi Penista Agama di Setiabudi". (TribunWow.com/Natalia Bulan Retno Palupi)