Breaking News:

Kisah yang Tercecer: Sehari Bersama Paus Fransiskus Meraup Omzet Rp 150 Juta

Begitu hebatnya cerita ini, tidak mengherankan kemudian, ketika Paus Fransiskus meninggal, kesedihan mendalam dirasakan oleh pasangan suami istri ini.

Editor: Lailatun Niqmah
Dok/Inna
BERKAH KUNJUNGAN PAUS – Pasangan suami istri, Inna Tania dan Joni Trianto, pedagang kecil yang mendapat berkah karena kehadiran Paus Fransiskus ke Indonesia pada 5 September 2024. 

"Tapi sepertinya gak mungkin karena saya pikir mereka pasti perlu penyegaran staf. Dan, benar ketika saya ajukan lamaran setelah nama hotel jadi St Regis saya tidak masuk,” jelasnya. 

Selepas Four Season, Joni sempat bekerja di Hotel Yellow, Harmoni. 

“Saya jadi manager, gaji naik. Namun, pada tahun 2018 ada pengurangan tenaga kerja dan saya dipindahkan ke Bandung, saya tidak mau dan memutuskan kerja mandiri saja.“ ujarnya.

Kepada sang istri, Joni meyakinkan bahwa mereka bisa bertahan jika mau mengerjakan apa saja selama itu halal. 

“Saya punya prinsip dapat melakukan apa saja asal ada kemauan dan kerja keras. Jadi apapun tawaran pekerjaan yang datang ke saya selalu saya sanggupi dulu setelah itu baru berpikir bagaimana menyelesaikan pekerjaan itu."

"Termasuk memasak meski saya bukan chef. Karena itu ketika ditawari untuk buka warung bubur ayam di sebuah kantin di UI saya samber meski belum pernah bikin bubur,” katanya seraya tertawa.

Dengan berjualan bubur ayam tersebut, sebetulnya kondisi keuangan mereka sudah lumayan membaik. 

Tapi sayang, hanya dua tahun berselang petaka nasional bahkan dunia itu datang. 

Begitu kasus pertama Covid-19 merebak pada Maret 2020 di Depok, wilayah yang sama dengan warung bubur ayam mereka, Joni-Inna menerima surat larangan berjualan hingga pandemi berakhir.

Praktis selama tiga tahun masa pandemi, kehidupan mereka kembali kembang kempis. 

Kalau pun mereka bisa bertahan karena mereka mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah. 

“Mata pencaharian kami adalah jualan, tapi bagaimana bisa jualan kita tidak bisa pergi kemana-mana,” ujar mereka mengenang masa-masa sulit itu.

Di sinilah blessing indisguise itu terjadi. 

Berkat semangat Joni yang positif, mau bekerja dan berpikir keras, pada suatu titik ketika tidak memiliki apa-apa sementara kebutuhan keluarga terus menuntut untuk dipenuhi, Joni mendapati 2 kg daging di kulkas. 

“Entah bagaimana tercetus ide untuk membuat bakso sendiri. Saya bukan tukang bakso, tapi kata orang-orang yang beli bakso saya enak,” ucapnya tersenyum.

Akhirnya Joni memproduksi paket bakso dengan bumbunya. 

Sementara Inna yang bertugas menjual. 

“Kebetulan saya masih memiliki hubungan baik dengan para tamu hotel dulu dan saya tawarkan kepada mereka,” katanya. 

Diawali dengan getok tular, pembeli bakso Joni-Inna makin banyak sampai sekarang bahkan banyak juga yang menjadi reseller. 

Agar bonafide, Joni pun memberikan merek pada baksonya. 

“Untuk nama, kami sepakat memakai nama ibu mertua, karena namanya  Tuti biar keren ditulis dengan ejaan TuTea. Merek ini sudah saya daftarkan ke HAKI saat ada program pendaftaran HAKI gratis dari Pemda,” beber Joni.  

Kembali ke GBK. 

Joni mengungkapkan bahwa selain berjualan paket bakso, dirinya bersama Inna tentu saja, tetap berjualan minuman teh dengan merek TuTea tadi, termasuk di seputaran GBK. 

“Selama ini berjualan dengan sewa booth  Rp4-5 juta lebih sering gak  ketutup karena mentok cuma dapat sejuta kadang gak sampai. Nah, saat acara Paus Fransiskus itu lah yang luar biasa, benar-benar gak menyangka,” kata Inna. 

Joni dan Inna berjualan aneka minuman dari es teh manis hingga berbagai minuman kekinian seperti rasa taro, jeruk Belgia, Thaitea, dengan toping jeli, mangga, dan sebagainya dengan range harga 10-20 ribu per gelas. 

Di samping minum racikan sendiri, mereka juga menyediakan air mineral dalam botol. 

Menurut Joni, semua penjual pada acara Misa Kudus bersama Paus Fransiskus mendapatkan berkah diserbu pembeli. 

Hanya saja dirinya tidak sempat saling berbicara dengan sesama penjual soal omzet mereka. “Tidak ada waktu karena saya cuma berdua dengan istri tidak berhenti melayani pembeli sampai keteteran. 

Kami gak pernah jualan dengan pembeli seramai itu. Biasanya kami bisa santai-santai, ini jam 11-an masih tidur tiba-tiba diketuk pembeli,” ucap Inna. 

Satu hal yang mereka kagumi dengan massa yang sedemikian banyaknya namun rapi, tertib, aman. 

“Hebat banget meski sangat haus mereka mau antri dengan tertib, rapi, tidak berdesak-desakan."

"Mereka pun sabar ketika kami berdua tampak kewalahan hingga mungkin kelamaan meraciknya, mereka tidak marah-marah,” papar Inna. 

Sebagai umat Muslim, Joni dan Inna sempat mendapat nyinyiran tetangga karena mau berjualan di event umat Katolik ini. 

“Saya tidak marah dan berikan penjelasan bahwa Paus Fransiskus itu tokoh dunia bukan cuma punya umat Katolik, tapi milik dunia,” jelas Joni. 

Dan, roda kehidupan keluarga Inna-Joni mulai membaik.  

Pasangan suami istri ini juga menjual berbagai aneka kue dan bolu. Dan bahkan, catering kecil-kecilan mulai ditapakinya. (*)

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Paus FransiskusGelora Bung Karno (GBK)PedagangJakarta
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved