Biogas Kotoran Sapi Energi Terbarukan Desa Mundu: Gandeng Milenial & UMKM, Kans Jadi Wisata Edukasi
Biogas dari kotoran sapi di Dukuh Dungus Desa Mundu jadi energi terbarukan yang kans bakal menjadi desa wisata edukasi baru di Klaten.
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
Lebih lanjut, Teguh yang juga merupakan ketua KTT Margo Mulyo 1 itu menjelaskan soal proses pembuatan biogas.
"Untuk biogas jadi api, isinya dari inlet, masuk ke digaster, limbahnya keluar sendiri secara langsung gasnya tersalurkan ke kompor pakai instalasi pralon seperti persis saluran air pralonisasi salurannya persis air."
"Langsung ke kompor gas, jadi dari digaster terhubung dengan pralon ke kompor, tampungannya di digaster jadi gas langsung ke kompor," imbuhnya.
Lantas, apa beda penggunaan kompor yang menggunakan gas Liquefied Petroleum Gas (LPG) dengan Biogas?
Menurut Teguh, perbedaan pengunaan antara kompor biogas dan LPG terletak pada spuyernya.
Di mana, LPG menggunakan spuyer yang lebih kecil ketimbang biogas.
"Besar kecil lubang spuyer, kalau LPG spuyernya kecil, kalau biogas spuyernya lebih besar kurang lebih 2 mm. Kalau pakai Biogas kan tanpa penyaringan gas kasar, perawatannya harus isi setiap hari, kedua pembersihan kompor harus sering dibersihkan," ujarnya.
Meski lebih kasar karena tanpa adanya penyaringan melalui spuyer, penggunaan biogas jauh lebih aman ketimbang gas LPG.
"Dari segi keamanan lebih aman biogas, malah gak ada efeknya, kalau kelebihan biogas, nanti keluarnya ke inlet, karena kan itu letong yang ditekan jadi gas, jadi keluar dentumannya kecil," bebernya.
Selain itu, adanya biogas juga meneken angka konsumptif masyarakat Dukuh Dungus Mundu terhadap penggunaan gas LPG.
Meski mayoritas sudah menggunakan biogas, masyarakat Dukuh Dungus Mundu masih tetap menggunakan gas LPG untuk melakukan proses masak dalam skala yang besar.
"Belum punya bio gas 2-3 tabung dalam satu bulan, yang pake biogas gak pake gas lpg, tapi rata-rata juga pada punya, karena kan untuk kumpulan atau rewangan bisa digunakan skala besar."
"Kalau normal pakai biogas rumah tangga yang 6-8 kibik itu sudah sisa," ungkapnya.
Walaupun tergolong hemat, masyarakat harus rutin setiap hari melakukan pengisian bahan limbah kotoran dan air kencing sapi ke dalam digaster.
Minimal untuk skala rumah tangga diisi kotoran dari satu sampai dua ekor sapi atau jika ditakar sebanyak 1 angkong.