Pilpres 2024
Fenomena Keluarga Jokowi Berbondong-bondong Tinggalkan PDIP, Pengamat: Sudah Tidak Menguntungkan
Akhirnya, satu per satu keluarga Presiden Jokowi mulai meninggalkan PDIP untuk memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: adisaputro
TRIBUNWOW.COM - Akhirnya, satu per satu keluarga Presiden Jokowi mulai meninggalkan PDIP untuk memberikan dukungan kepada Prabowo Subianto di Pilpres 2024.
Dilansir TribunWow.com dari Tribunnews.com, awal mula, putra sulung Presiden Jokowi, Gibran Rakabuming Raka yang bermanuver menjadi cawapres Prabowo Subianto melalui Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Tak selang lama, kini giliran menantu Presiden Jokowi, Bobby Nasution yang resmi memberikan dukungannya untuk Prabowo-Gibran.
Manuver itu dilakukan Gibran dan Bobby yang sejatinya belum mengundurkan diri dari PDIP dan belum mengembalikan Kartu Tanda Anggota (KTA) PDIP.
Baca juga: Prabowo Nostalgia dengan Mantan Anak Buahnya 27 Tahun Lalu di Papua, sang Menhan Auto Berkelakar
Selain Gibran dan Bobby, anak bungsu Presiden Jokowi sekaligus Ketua Umum PSI, Kaesang Pangarep telah memberikan dukungannya untuk Prabowo-Gibran.
Adanya dukungan itu tentu saja semakin memperkuat stigma keluarga Jokowi benar-benar bakal meninggalkan PDIP.
Menanggapi fenomena ini, Pengamat Politik dari Universitas UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno menjelaskan soal politisi Indonesia yang menganut politik berdasarkan untung dan rugi.
Sehingga, jika tidak menguntungkan, maka para politisi akan meninggalkan dan memilih untuk membuat kebijakan politik yang bisa lebih menguntungkan.
"Memang pikiran politisi kita itu kan rata-rata menganggap politik berdasarkan untung dan rugi."
"Kalau tidak menguntungkan ditinggalkan, kalau kemudian ada sesuatu yang menguntungkan maka dia akan membuat keputusan politik," kata Adi dalam tayangan video di kanal YouTube Kompas TV, Jumat (10/11/2023).

Baca juga: Bertentangan dengan Charta Politika, Survei Populi Center Sebut Gibran Naikkan Popularitas Prabowo
Adi menambahkan, manuver yang dilakukan Gibran dan Bobby ditengarai karena PDIP sudah dianggap tidak menguntungkan lagi.
Sehingga, keduanya memutuskan untuk pergi meninggalkan PDIP.
"Mungkin bagi Gibran Rakabuming Raka, mungkin bagi Bobby Nasution dan seterusnya, PDIP sudah tidak terlampau menguntungkan bagi mereka, makanya ditinggalkan," terang Adi.
Dalam kesimpulannya, Adi menjelaskan jika kalkulasi politik elite di Indonesia berdasarkan pada untung dan rugi saja.
"Dan mereka mencari tempat yang lain, yang mungkin menurut mereka lebih memberikan prospek. Entah itu prospek politiknya atau lainnya. Jadi kalkulasi politik bagi sebagian elit didasarkan pada untung dan rugi," pungkas Adi.