Konflik Rusia Vs Ukraina
Menteri Putin Sebut Ada Negara Tetangga akan Jadi Ukraina Jilid 2 yang Musuhi Rusia
Menlu Rusia Sergey Lavrov mencurigai ada negara tetangganya yang akan mengikuti jejak Ukraina menjadi anti Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mencurigai ada negara tetangga yang akan menjadi negara Ukraina jilid 2.
Lavrov menyampaikan negara tetangga ini akan merupakan negara pecahan Uni Soviet yang akan ikut memusuhi Rusia seperti Ukraina.
Dikutip TribunWow dari rt, Lavrov menjelaskan bahwa negara-negara barat saat ini telah mencampuri internal pemerintahan di Moldova.
Baca juga: Ukraina Mulai Kewalahan Hadapi Gempuran Rusia dari Berbagai Arah, Pasukan Elite Terus Berdatangan
Menurut keterangan Lavrov, Presiden Moldova saat ini yakni Maia Sandu adalah boneka negara barat yang siap tunduk pada aliansi Amerika Serikat (AS).
Pernyataan ini disampaikan oleh Lavrov dalam sebuah wawancara dengan media Rusia pada Kamis (2/2/2023).
Lavrov menyampaikan, Presiden Moldova saat ini dipasang oleh negara barat melalui cara kotor yang tidak demokratis.
Diketahui, sejak terpilih pada tahun 2020, Maia Sandu terus mengambil kebijakan politik yang pro barat.
Moldova sendiri telah diberikan status kandidat Uni Eropa pada tahun 2022.
Moldova juga aktif bekerjasama dengan NATO, mengirimkan pasukan militer mereka ke Kosovo.
Dilansir TribunWow.com dari BBC, Minggu (5/6/2022), berikut adalah lima skenario potensial perkembangan perang Rusia-Ukraina.
1. Gesekan Terus Berlanjut
Perang ini mungkin berlanjut selama berbulan-bulan, jika tidak bertahun-tahun.
Momentum bergeser ke sana kemari karena kedua belah pihak sama-sama mendapat untung dan rugi.
Tidak ada kubu yang mau menyerah.

Presiden Rusia Vladimir Putin menilai dia bisa mendapatkan keuntungan dengan menunjukkan kesabaran.
Ia bertaruh bahwa negara-negara Barat akan merasa lelah dengan Ukraina dan mengalihkan fokus pada krisis ekonomi mereka dan ancaman dari China.
Namun Barat masih menunjukkan tekad dan terus memasok Ukraina dengan senjata.
Diprediksi bahwa gesekan akan terjadi terus-menerus hingga menyebabkan perang berlangsung selamanya.
"Ada sedikit prospek kemenangan operasional atau strategis yang menghancurkan oleh kedua belah pihak dalam jangka pendek. Tidak ada pihak yang berperang telah menunjukkan kapasitas untuk mendaratkan pukulan yang menentukan secara strategis," kata Mick Ryan, seorang pensiunan jenderal dan sarjana militer Australia.
2. Putin Mengumumkan Gencatan Senjata
Putin diperkirakan bisa mengumumkan gencatan senjata sepihak untuk mengantongi keuntungan teritorialnya dan menyatakan kemenangan.
Dia bisa mengklaim bahwa operasi militernya telah selesai dengan berhasil dilindunginya separatis yang didukung Rusia di Donbas.
Putin kemudian bisa mencari landasan moral yang tinggi, memberi tekanan pada Ukraina untuk menghentikan pertempuran.
"Ini adalah taktik yang dapat digunakan oleh Rusia kapan saja, jika ingin memanfaatkan tekanan Eropa pada Ukraina untuk menyerah dan menyerahkan wilayah sebagai imbalan perdamaian nosional," kata Keir Giles, pakar Rusia di lembaga Chatham House.

Hal ini ini sudah dikumandangkan di Paris, Berlin dan Roma yang mendorong Rusia agar tidak perlu memperpanjang perang dan mengumumkan gencatan senjata.
Namun, keputusan ini akan ditentang oleh AS, Inggris, dan sebagian besar Eropa timur, di mana para pembuat kebijakan percaya bahwa invasi Rusia harus kalah, demi Ukraina dan tatanan internasional.
Jadi gencatan senjata sepihak Rusia mungkin mengubah narasi tetapi tidak mengakhiri pertempuran.
3. Kebuntuan di Medan Perang
Jika perang terus berlanjut, baik tentara Ukraina maupun Rusia akan kelelahan, kehabisan tenaga dan amunisi.
Harga dalam darah dan harta tidak lagi dapat membenarkan berlangsungnya pertempuran lebih lanjut.
Kerugian militer dan ekonomi Rusia tidak bisa lagi ditutup dengan biaya apa pun.
Orang-orang Ukraina lelah perang, tidak mau mempertaruhkan lebih banyak nyawa untuk kemenangan yang sulit dipahami.
Ada harapan bahwa Rusia dan Ukraina akan menyelesaikan masalah ini melalui diplomasi.
Tetapi penyelesaian politik melalui cara apa pun akan sulit, paling tidak karena kurangnya kepercayaan Ukraina pada Rusia.
Kesepakatan damai mungkin tidak bertahan lama dan bisa diikuti dengan lebih banyak pertempuran.
Baca juga: Kadyrov Bocorkan Rencana Putin, Sebut Rusia akan Ubah Taktik untuk Mempercepat Kuasai Ukraina
Baca juga: 100 Hari Invasi Rusia ke Ukraina, Berikut Rangkuman Harian Konflik Antara Putin dan Zelensky
4. Kemenangan untuk Ukraina
Ada kemungkinan bahwa Ukraina yang memberi perlawanan sengit akan muncul sebagai pemenang.
"Ukraina pasti akan memenangkan perang ini," kata Presiden negara itu Volodymyr Zelensky kepada TV Belanda minggu ini.
Bisa saja Rusia gagal merebut semua wilayah Donbas dan menderita lebih banyak kerugian.
Apalagi mengingat sanksi Barat telah menghantam mesin perang Rusia.
Ukraina mungkin akan melakukan serangan balasan, menggunakan roket jarak jauh barunya, merebut kembali wilayah di mana jalur pasokan Rusia terbentang.

Ukraina bermanuver mengubah pasukannya dari pertahanan menjadi kekuatan penyerang.
Skenario ini cukup masuk akal bagi pembuat kebijakan untuk khawatir tentang konsekuensinya.
Namun, jika Putin menghadapi kekalahan, ia mungkin akan meningkatkan potensi menggunakan senjata kimia atau nuklir.
"Tampaknya tidak mungkin bagi saya bahwa Putin akan menerima kekalahan militer konvensional ketika dia memiliki opsi nuklir," ujar Sejarawan Niall Ferguson mengatakan dalam sebuah seminar di Kings College, London.
5. Kemenangan untuk Rusia
Pejabat Barat menekankan bahwa meskipun mengalami kemunduran awal, Rusia masih berencana untuk merebut ibukota Kyiv dan menaklukkan sebagian besar Ukraina.
"Tujuan maksimalis itu tetap ada," kata seorang pejabat.
Rusia dapat memanfaatkan keuntungannya di Donbas dengan membebaskan pasukan untuk digunakan di tempat lain, bahkan mungkin menargetkan Kyiv sekali lagi.
Di sisi lain, Presiden Zelensky telah mengakui hingga 100 tentara Ukraina sekarat dan 500 lainnya terluka setiap hari.
Orang-orang Ukraina diprediksi akan dapat terpecah belah, di mana beberapa ingin terus berjuang, sementara yang lain menuntut perdamaian.
Beberapa negara Barat mungkin akan lelah mendukung Ukraina dan menghentikan pasokan bantuannya.
Sehingga, Ukraina yang tak lagi memiliki kekuatan, mau tak mau harus menyerah kalah. (TribunWow.com/Anung/Via)
Sumber: TribunWow.com
Demi Hilangkan Bukti, Tentara Korut yang Tewas saat Berperang di Kursk Dibakar |
![]() |
---|
Ukraina Terpojok Diserang Rusia, Jenderal Syrsky: Pertempuran Sengit Membentang Sejauh 1.170 KM |
![]() |
---|
Detik-detik Rusia Bombardir Ibu Kota Ukraina: 4 Rumah Rusak hingga Puing-puing Berserakan |
![]() |
---|
Perang Rusia Ukraina Masih Memanas, Zelensky: Tentara Kiev yang Tewas Tak Mati Sia-sia Lawan Moskow |
![]() |
---|
Ukraina Membara, Drone Rusia Hantam 3 Pemukiman di Odessa, 7 Orang Terluka, 13 Rumah Rusak |
![]() |
---|