Konflik Rusia Vs Ukraina
Survei Tunjukkan Makin Banyak Warga AS Yakini Negaranya Terlalu Ikut Campur Konflik Ukraina-Rusia
Survei menunjukkan adanya peningkatan cukup besar terhadap warga AS yang meyakini negara mereka terlalu jor-joran dalam membantu Ukraina.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Amerika Serikat (AS) adalah satu dari beberapa negara barat yang tidak tanggung-tanggung dalam memberikan bantuan kepada Ukraina yang tengah berkonflik melawan Rusia.
Namun dalam sebuah survei yang dilakukan oleh Universitas Quinnipiac, sebanyak 1/3 warga AS saat ini merasa negara mereka terlalu banyak memberikan bantuan ke Ukraina.
Dikutip TribunWow dari rt, survei ini dirilis pada Rabu (18/1/2023).
Baca juga: Lagi-lagi Ancam Pakai Nuklir, Mantan Presiden Rusia Ungkap Akibat jika Negaranya Kalah di Ukraina
Sebelumnya pada Februari tahun 2022, hanya ada 7 persen responden yang meyakini AS terlalu banyak membantu Ukraina.
Survei terbaru juga menunjukkan bahwa 21 persen responden merasa AS masih kurang totalitas dalam membantu Ukraina.
Sementara itu 38 responden meyakini AS sudah memberikan bantuan dalam jumlah yang pas.
Survei ini dilakukan di AS dengan responden 1.659 orang dewasa dari 11-15 Januari.
Dalam survei ini mayoritas responden sebesar 35 persen merasa isu inflasi lebih penting untuk dijadikan prioritas.
Kemudian disusul oleh isu imigrasi sebesar 10 persen, kekerasan senjata api sebesar 8 persen, baru isu konflik Ukraina sebesar 3 persen.
Sebelumnya diberitakan, Ukraina saat ini disebut dilarang berdamai dengan Rusia karena terlanjur dibantu oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara barat lainnya.
Tudingan ini disampaikan oleh Direktur Badan Intelijen Luar Negeri Rusia, Sergey Naryshkin.
Dikutip TribunWow dari rt, Naryshkin menuding AS dan negara-negara barat melarang Ukraina mengambil jalur damai.
Baca juga: Saksikan Eksekusi Mati Prajurit Desersi, Komandan Tentara Bayaran Rusia Kabur dari Ukraina

Naryshkin mencontohkan bagaimana perundingan damai antara Rusia dan Ukraina di Istanbul pada Maret 2022 lalu sebenarnya berlangsung lancar karena kedua belah pihak sempat saling setuju namun tetap saja gagal.
Menurut keterangan Naryshkin, AS dan negara-negara barat terlanjur mengirimkan bantuan uang dan senjata kepada Ukraina sehingga meminta Ukraina untuk terus berperang melawan Rusia.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bahkan sempat menandatangani sebuah dekrit yang melarang para pejabat pemerintahannya melakukan negosiasi dengan Rusia.