Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Media Inggris Sorot Kecerobohan Pasukan Putin Sebabkan Hampir 100 Tentara Rusia Tewas dalam Sehari

Pakar pertahanan menyoroti kecerobohan tentara Rusia yang menyebabkan tewasnya 100 tentara dalam waktu satu hari di tangan Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Elfan Fajar Nugroho
YouTube Guardian News
Kondisi sebuah sekolah di Makiivka, Ukraina yang hancur akibat serangan misil Ukraina pada Minggu (1/1/2023). Sekolah ini diketahui difungsikan sebagai barak oleh pasukan militer Rusia. Total 89 tentara Rusia tewas dalam insiden ini. 

TRIBUNWOW.COM - Petinggi pasukan militer Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan kecerobohan tentara Rusia di lapangan yang berujung pada tewasnya 89 tentara dalam serangan yang terjadi di Makiivka, Ukraina, Minggu (1/1/2023).

Seperti yang diketahui, dalam serangan tersebut, Ukraina menggunakan misil mengincar bangunan sekolah di Makiivka yang difungsikan oleh pasukan Putin sebagai barak tentara.

Dikutip TribunWow dari bbc, pakar pertahanan dari BBC, Jonathan Beale menyoroti beberapa kecerobohan yang dibuat oleh tentara Rusia.

Baca juga: 89 Tentara Rusia Tewas dalam 1 Hari Diserang Ukraina, Petinggi Militer Rusia Jadi Target Hujatan

Beale mengutip statement dari petinggi pasukan militer Rusia yang menyalahkan penggunaan ponsel yang berujung bocornya lokasi puluhan tentara Rusia ke pasukan Ukraina.

Melihat hal ini, Beale mempertanyakan mengapa kedisiplinan di tentara Rusia begitu longgar.

Disorot juga keanehan konsentrasi tentara dalam jumlah besar di satu titik yang mana seharusnya dipecah menjadi kelompok-kelompok kecil.

Beale turut mengungkit target yang diserang Ukraina ternyata juga menjadi gudang penyimpanan amunisi.

Sementara itu Kementerian Pertahanan Inggris tak menutup kemungkinan bahwa target serangan Ukraina di Makiivka memang turut digunakan sebagai gudang amunisi.

Organisasi riset kebijakan asal Amerika Serikat (AS), The Institute for the Study of War (ISW) menganggap klarifikasi petinggi militer Rusia soal penggunaan ponsel sebagai alasan besarnya korban jiwa sebagai kebohongan.

ISW melihat Rusia ceroboh tidak memecah pasukannya menjadi kelompok-kelompok kecil saat masuk ke garis depan medan perang.

ISW berpendapat, besarnya korban jiwa ini akan semakin menyulitkan Presiden Rusia Vladimir Putin menggalang dukungan dari masyarakat yang pro terhadap perang.

Di sisi lain, mantan anggota badan intelijen Rusia (FSB), Igor Girkin menyatakan insiden yang terjadi di Makiiv terjadi karena jenderal militer Rusia yang tidak memiliki kapabilitas.

Atas tingginya korban jiwa ini, petinggi militer Rusia menyalahkan kecerobohan tentara bawahan mereka yang melanggar aturan.

"Sudah jelas alasan utama atas apa yang terjadi adalah penggunaan secara masif melawan larangan oleh personil terkait ponsel di wilayah yang masuk jangkauan serangan musuh," ujar Letnan Jenderal Sergey Sevryukov dalam video pernyataan yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Rusia, Rabu (4/1/2023).

Sevryukov menyampaikan, sinyal dari ponsel milik tentara Rusia memungkinkan pasukan Ukraina untuk melacak lokasi koordinat yang kemudian dilakukan lah serangan.

Pihak Ukraina mengklaim ada 400 tentara Rusia yang menjadi korban jiwa dalam serangan ini.

Di sisi lain, dalam waktu dekat ini di tahun 2023, konflik antara Rusia dan Ukraina diprediksi akan berakhir.

Prediksi ini disampaikan oleh mantan pimpinan pasukan militer NATO, Jenderal Hans-Lothar Domrose.

Dikutip TribunWow dari rt, Domrose menyatakan akan tiba saatnya di mana Rusia dan Ukraina saling menyadari bahwa konflik tidak bisa terus dilanjutkan.

Baca juga: Kekayaan Turun Drastis, Begini Nasib Para Konglomerat Ukraina seusai Rusia Datang Menyerang

Domrose memprediksi konflik akan menemui jalan buntu di awal tahun 2023 ini.

Domrose mengungkapkan prediksi di sebuah media cetak di Jerman pada Minggu (1/1/2023).

Menurut Domrose, ketika konflik telah sampai di jalan buntu, Rusia dan Ukraina akan sama-sama merasa perang tidak bisa terus berlangsung.

Ia memperkirakan pada bulan Februari hingga Mei, kebuntuan ini akan terjadi dan mulai ada perkembangan negosiasi menuju gencatan senjata.

Kendati demikian, Domrose menekankan bahwa gencatan senjata hanya berarti kedua belah pihak saling berhenti menembak, bukan berhenti berkonflik.

Sejauh ini, Domrose menyebut Rusia jauh lebih unggul karena memiliki pasukan militer yang lebih besar dibandingkan Ukraina yang bergantung pada bantuan negara asing.

"Sulit bagi saya untuk membayangkan Ukraina merebut kembali teritorial yang didudki Rusia secara sepenuhnya walaupun negara barat memberi bantuan senjata berat yang dibutuhkan," kata Domrose.

Baca juga: Zelensky Ungkap Taktik Perang Rusia di 2023, Hancurkan Mental Ukraina Lewat Serangan Drone

Kondisi Perang Menurut Kepala Intelijen Ukraina

Perseteruan antara Rusia dan Ukraina saat ini disebut tengah menemui jalan buntu.

Dikutip TribunWow dari bbc, hal ini disampaikan oleh Kepala Direktorat Intelijen Utama Menteri Pertahanan Ukraina, Kyrylo Budanov.

Budanov menerangkan, pasukan militer Rusia saat ini telah mengalami kekalahan yang luar biasa besar.

Di sisi lain, Budanov meyakini Rusia akan segera mengumumkan mobilisasi wajib militer.

Sementara itu Budanov menjelaskan bahwa pasukan militer Ukraina juga mengalami kekurangan sumber daya.

Maka dari itu kini Rusia dan Ukraina sama-sama tidak bisa melawan satu sama lain.

"Kami sangat menantikan pasokan senjata baru, dan kedatangan senjata yang lebih canggih," ujar Budanov.

Budanov turut menampik adanya pergerakan pasukan militer Rusia yang dirumorkan ingin kembali mengincar merebut Kiev/Kyiv.

Kondisi para tentara Ukraina pada natal 25 Desember 2022 di tengah musim dingin dan konflik melawan Rusia.
Kondisi para tentara Ukraina pada natal 25 Desember 2022 di tengah musim dingin dan konflik melawan Rusia. (YouTube CBS News)

Baca juga: Politikus Terkenal Rusia Tewas Bersimbah Darah di India, sempat Kritik Invasi Putin ke Ukraina

Rumor ini menjelaskan akan ada serangan via jalur darat dari Belarus pada awal tahun 2023 yang akan melibatkan puluhan ribu tentara cadangan yang sedang dilatih di Rusia.

Budanov mengonfirmasi sempat ada kereta penuh tentara Rusia yang berhenti di dekat perbatasan Belarusia-Ukraina.

Namun beberapa jam kemudian kereta tersebut pulang kembali bersama seluruh tentara Rusia yang ada di dalamnya.

"Mereka melakukannya secara terbuka pada siang hari, sehingga semua orang dapat melihatnya, meskipun (kami) tidak mau," kata Budanov.

"Sampai sekarang, saya tidak melihat tanda-tanda persiapan invasi Kyiv atau wilayah utara dari Belarusia."

Sudah 10 bulan berlalu konflik antara Ukraina dan Rusia berlangsung sejak 24 Februari 2022.

Pada konflik yang berlangsung hampir satu tahun ini, total ada 6.884 warga sipil yang tewas dalam konflik.

Dikutip TribunWow dari aljazeera, data ini disampaikan oleh Komisioner Tinggi untuk Hak Asasi Manusia dari Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Baca juga: Rusia Bunuh 4 Tentara Ukraina yang Berusaha Menyusup untuk Lakukan Sabotase, Berikut Identitasnya

Andriy Yermak selaku Kepala Kantor Staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky turut memviralkan foto ratusan makam misterius di Kota Izyum lewat akun Twitter-nya @AndriyYermak.
Andriy Yermak selaku Kepala Kantor Staf Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky turut memviralkan foto ratusan makam misterius di Kota Izyum lewat akun Twitter-nya @AndriyYermak. (Twitter/@AndriyYermak)

Sejak 24 Februari 2022 hingga 26 Desember 2022, total ada 17.831 warga sipil menjadi korban perang.

Berikut detail dari 6.884 warga sipil yang tewas dalam konflik:

- 2.719 pria

- 1.832 wanita

- 391 remaja

- 38 anak-anak

- 1.904 mayat orang dewasa tak teridentifikasi

Korban jiwa dan luka-luka paling banyak berasal dari daerah Donetsk dan Luhansk.

Meskipun angka tersebut sudah tergolong tinggi, PBB menyatakan besar kemungkinan jumlah korban jiwa di lapangan jauh lebih banyak karena adanya jeda dalam laporan dari lapangan.

(TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait lainnya

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved