Konflik Rusia Vs Ukraina
Dibantu NATO, Zelensky Buat Program untuk Hilangkan Rasa Takut Tentara Ukraina saat Perangi Rusia
Pemerintah Ukraina telah membentuk sebuah program khusus untuk mencegah tentaranya mengalami rasa takut dan stress saat di medan perang.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Di tengah konflik Rusia-Ukraina yang masih terus berlangsung, pemerintahan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky kini meluncurkan sebuah program khusus kesehatan mental untuk para tentaranya.
Penyelenggaraan program kesehatan mental ini dibantu oleh NATO.
Dikutip TribunWow dari rt, menurut pemberitaan media Amerika Serikat (AS) Beast, tentara yang mengikuti program kesehatan mental ini tidak akan mudah stres dan takut ketika berada di medan perang.
Baca juga: Ditanya Wartawan kenapa Tidak Berikan Semua Senjata ke Ukraina, Biden Jawab Sambil Tatap Zelensky
Beast menyampaikan, program ini memang diminta oleh Ukraina kemudian NATO ikut serta memberikan bantuan untuk memperkuat mental para tentara Ukraina.
Dengan adanya program ini, pemerintah Ukraina memiliki ekspektasi para tentara tidak takut dan menyerah saat berada di medan perang.
"Orang-orang tidak memiliki pemahaman tentang kondisi mental yang bisa mereka alami selama pertempuran," ujar psikologis militer, Rodion Grigoryan yang menjalani program tersebut.
Program ini diketahui memiliki kemiripan dengan yang dilakukan di militer Inggris.
Inggris diketahui memiliki program Trauma Risk Management (TRiM) yang berusaha mencegah penurunan kapasitas tentara untuk berperang.
Profesor di Universitas King, London, Neil Greenberg yang turut membantu pelatihan tentara Inggris, kini membantu melatih pasukan militer Ukraina.
Menurut penjelasan Neil, serangan musuh yang tidak bisa diprediksi di medan perang dapat memengaruhi kondisi kejiwaan seorang tentara.

"Artileri, drone, dan serangan yang tidak bisa diprediksi serta tidak bisa ditangkis sangat berat terhadap psikologis," kata Neil.
"Anda dapat menjadi tentara terbaik di dunia, tetapi ketika peluru artileri meledak di dekat Anda, tidak ada yang bisa Anda lakukan tentang itu," ujar Neil.
Baca juga: Putin Bersumpah Hancurkan Rudal Patriot, Sebut Senjata Bantuan AS untuk Ukraina Ketinggalan Jaman
Tentara Ukraina Menolak Dipulangkan
Berstatus sebagai tahanan perang, sejumlah tentara Ukraina yang ditangkap oleh pasukan militer Rusia justru enggan dikembalikan ke negara asal mereka.
Para tentara Ukraina ini memilih untuk menetap di wilayah yang saat ini dikuasai oleh pasukan militer yang dipimpin Presiden Rusia Vladimir Putin.
Dikutip TribunWow dari rt, informasi ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Rusia, Sabtu (13/8/2022).

Baca juga: Sanksi Global Berefek, Ekonomi Rusia Merosot sejak Vladimir Putin Invasi Ukraina, Puncaknya 2023
Berdasarkan data dari Kemenhan Rusia, penolakan ini datang dari berbagai divisi pasukan militer Ukraina yang menjadi tahanan perang, mulai dari infantri angkatan laut, pasukan pertahanan nasional, hingga angkatan udara.
"Memilih untuk bertahan di wilayah kekuasaan Rusia karena mereka enggan untuk kembali berperang dan takut kembali dikirim ke garis depan lagi," ujar Kemenhan Rusia.
Menurut penjelasan Kemenhan Rusia, para tentara Ukraina ini menolak dijadikan tumbal dalam peperangan Rusia-Ukraina.
Lewat akun media sosial Telegram, pasukan militer Rusia juga sempat mengunggah sebuah video wawancara dengan seorang tentara Rusia yang menjadi tahanan perang.
Dalam wawancara tersebut sang tahanan perang menyampaikan dirinya secara sukarela menyerahkan diri.
Dijelaskan juga dalam wawancara itu bahwa Rusia memerlakukan para tentara Ukraina yang menjadi tahanan perang dengan baik dan layak.
Kemenhan Rusia turut mengklaim para tahanan perang bercerita tentang skandal korupsi, yang terjadi di tubuh internal pasukan militer Ukraina hingga taktik tidak manusiawi kelompok nasionalis Ukraina menggunakan warga sipil sebagai tameng.
(TribunWow.com/Anung/Via)