Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Kekurangan Pasokan, Putin Putar Otak agar Bisa Memberi Makan Tentaranya di Ukraina

Presiden Rusia Vladimir Putin menyusun struktur baru untuk mengatur pasokan bagi tentara di Ukraina.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Brendan SMIALOWSKI / AFP
Potret Presiden Rusia Vladimir Putin, 13 November 2021. Terbaru, Putin membentuk sistem anyar untuk mengatur pasokan ke tentara Rusia di Ukraina yang kekurangan logistik, Rabu (26/10/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin, menghadapi penundaan produksi militer dan kerugian medan perang yang meningkat.

Dilansir TribunWow.com, Putin telah mendesak pemerintahnya untuk memotong birokrasi guna mendapatkan cukup senjata dan pasokan.

Rusia bahkan dilaporkan kesulitan memberi makan pasukannya di Ukraina, di mana serangan balasan Ukraina telah membuat mereka terdesak.

Sebagaimana dilaporkan Al Jazeera, Rabu (26/10/2022), kekurangan pasokan militer Rusia dalam perang delapan bulan telah begitu terasa sehingga Putin harus membuat struktur baru untuk mencoba mengatasinya.

Baca juga: Konflik Makin Tak Terkendali, Rusia Serukan Warga Ukraina di Kherson Perangi Tentaranya Sendiri

Pada hari Selasa, Putin mengetuai komite baru yang dirancang untuk mempercepat produksi dan pengiriman senjata dan pasokan untuk pasukan Rusia.

Dalam kesempatan tersebut Putin menekankan perlunya mendapatkan tempo yang lebih tinggi di semua bidang.

Putin telah memobilisasi kurang lebih 222.000 orang dari target awal 300.000 tentara untuk dikirim ke Ukraina.

Laporan berita Rusia telah mengakui bahwa banyak dari mereka yang dimobilisasi untuk berperang di Ukraina, belum dilengkapi dengan peralatan dasar yang memadai, seperti peralatan medis dan jaket antipeluru, dan telah harus mencari perbekalan sendiri.

Pekan lalu, Putin mencoba menunjukkan semuanya baik-baik saja dengan mengunjungi tempat pelatihan di Rusia di mana dia ditunjukkan tentara yang diperlengkapi dengan baik.

Laporan lain menunjukkan bahwa pasukan Rusia semakin dipaksa untuk menggunakan peralatan lama dan terkadang tidak dapat diandalkan, dan bahwa beberapa pasukan yang baru dimobilisasi telah dilarikan ke garis depan dalam perang dengan sedikit pelatihan.

Untuk menggantikan senjata presisi jarak jauh buatan Rusia yang semakin langka, Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan Rusia kemungkinan akan menggunakan sejumlah besar drone untuk mencoba menembus pertahanan udara Ukraina.

“Amunisi artileri Rusia hampir habis,” kata kementerian itu dalam sebuah laporan pada hari Selasa.

Video warga Rusia yang direkrut untuk mobilisasi perang ke Ukraina diminta mempesiapkan sendiri kebutuhan darurat mereka.
Video warga Rusia yang direkrut untuk mobilisasi perang ke Ukraina diminta mempesiapkan sendiri kebutuhan darurat mereka. (youtube the telegraph)

Baca juga: Ngaku Diperlakukan seperti Hewan, Tentara Rusia Protes setelah Dikirim Wajib Militer ke Ukraina

Senada dengan pernyataan tersebut, sebuah lembaga studi perang menyebut Rusia mulai kehabisan amunisi yang ditandai dengan menurunnya aktivitas serangan Moskow.

"Tempo lebih lambat serangan udara, rudal, dan pesawat tak berawak Rusia mungkin mencerminkan penurunan persediaan rudal dan pesawat tak berawak dan efektivitas serangan yang terbatas untuk mencapai tujuan militer strategis Rusia," kata Institut Studi Perang yang berbasis di Washington DC .

Terlepas dari masalah pasokan, militer Rusia telah menimbulkan kerusakan besar dan korban besar di Ukraina, menghancurkan rumah, bangunan umum, dan jaringan listrik Ukraina.

Menurut PBB, dari awal invasi Rusia pada 24 Februari hingga awal Oktober, tercatat 15.246 korban sipil di Ukraina.

Dari jumlah tersebut, 6.114 orang tewas dan 9.132 terluka. Sekitar 7,7 juta orang Ukraina telah meninggalkan negara itu dan sekarang hidup sebagai pengungsi di seluruh Eropa, menurut PBB.

Bank Dunia memperkirakan kerusakan di Ukraina sejauh ini mencapai 350 miliar euro (Rp 5 kuadriliun).

Baca juga: Rusia Bawa Isu Agama dalam Konflik, Sebut Harus Usir Setan dari Ukraina saat Operasi Militer Khusus

Komandan Rusia Akui Kewalahan Hadapi Ukraina

Komandan baru pasukan Rusia di Ukraina mengatakan situasi di wilayah Kherson telah menjadi sangat sulit.

Dilansir TribunWow.com, disebutkan bahwa pasukan Ukraina telah maju dengan serangan gencar untuk merebut kembali wilayah selatan dan timur negara itu.

Sementara Rusia sedang bersiap untuk mengevakuasi warga sipil setelah berminggu-minggu mencaplok daerah tersebut.

Baca juga: Tarik Mundur Warga Sipil dari Kherson, Rusia Akui Konflik Lawan Ukraina Sedang Memanas

Dilaporkan Al Jazeera, Rabu (19/10/2022), Sergei Surovikin, seorang jenderal angkatan udara Rusia yang ditunjuk pada 10 Oktober untuk memimpin invasi, mengatakan situasi di Kherson sangat sulit bagi warga sipil dan tentara Rusia.

"Tentara Rusia di atas segalanya akan memastikan evakuasi yang aman dari penduduk Kherson," kata Surovikin kepada televisi pemerintah Rossiya 24.

"Musuh tidak mengabaikan upayanya untuk menyerang posisi pasukan Rusia," tambahnya.

Pasukan Rusia di wilayah tersebut telah didesak mundur antara 20 dan 30 kilometer dalam beberapa minggu terakhir.

Akibatnya, tentara Presiden Rusia Vladimir Putin berisiko terjepit di tepi barat sepanjang 2.200 kilometer Sungai Dnieper yang membelah Ukraina.

Surovikin mengatakan posisi Rusia di kota Kupiansk dan Lyman di Ukraina timur dan daerah Kherson utara antara Mykolaiv dan Kryvyi Rih terus-menerus diserang.

"Situasi di area ‘Operasi Militer Khusus’ dapat digambarkan sedang berada dalam ketegangan," ujar Surovikin.

Seorang prajurit Rusia berpatroli di sebuah jalan di Kherson, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, 20 Mei 2022. Terbaru, ilustrasi tentara Rusia.
Seorang prajurit Rusia berpatroli di sebuah jalan di Kherson, di tengah invasi Rusia ke Ukraina, 20 Mei 2022. Terbaru, ilustrasi tentara Rusia. (AFP)

Baca juga: Rusia Mulai Panik, Serukan Evakuasi di Kherson Lantaran Pasukan Ukraina Bergerak Makin Dekat

Sebagaimana diketahui, Kherson adalah salah satu dari empat provinsi Ukraina yang diduduki sebagian oleh Rusia.

Wilayah tersebut telah dianeksasi dan bisa dibilang menjadi bagian paling penting secara strategis.

Kherson mengontrol satu-satunya rute darat ke semenanjung Krimea yang direbut Rusia pada tahun 2014.

Setelah menggelar referendum pada bulan September yang menurut Ukraina dan sekutunya ilegal dan memaksa, Putin memproklamirkan pencaplokan provinsi perbatasan timur Donetsk dan Luhansk, yang bersama-sama membentuk kawasan industri yang dikenal sebagai Donbas, serta Kherson dan Zaporizhia di selatan.

Vladimir Saldo, kepala wilayah Kherson yang diangkat Kremlin, mengatakan pihak berwenang telah memutuskan untuk mengevakuasi beberapa warga sipil karena risiko serangan oleh militer Ukraina.

"Pihak Ukraina sedang membangun kekuatan untuk serangan skala besar," kata Saldo dalam sebuah pernyataan video.

"Militer Rusia sedang bersiap untuk mengusir serangan itu. Di mana militer beroperasi, tidak ada tempat bagi warga sipil. Biarkan tentara Rusia memenuhi tugasnya," tandasnya.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait lainnya

Tags:
RusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyKonflik Rusia Vs Ukraina
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved