Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Tangkap Warga AS, Tuding Tendang Polisi saat Ketegangan 2 Negara Memanas akibat Perang Ukraina
Pemerintah Rusia memenjarakan seorang pria warga negara AS dengan tuduhan melakukan kekerasan pada aparat.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Rusia kembali memenjarakan seorang warga negara asing yang berada di wilayahnya.
Dilansir TribunWow.com, kali ini pemerintah Rusia menangkap pria warga negara Amerika dengan tuduhan kekerasan.
Namun pihak terdakwa masih berusaha mengajukan banding dan menghubungi duta besar negaranya.
Baca juga: Berhasil Rebut Lyman dari Rusia, Tentara Ukraina Sebut Pasukan Putin Seperti Tak Niat Bertahan
Pengadilan di kota Voronezh, Rusia barat, Selasa (3/10/2022), menjatuhkan hukuman empat tahun enam bulan penjara kepada seorang warga negara AS.
Pria bernama Robert Gilman yang berusia 28 tahun itu dipenjara karena dituding telah menendang seorang pejabat penegak hukum.
"Pria ini, yang tidak setuju dengan tindakan sah yang diambil oleh pihak berwenang, menggunakan kekerasan terhadap seorang petugas polisi yang sedang bertugas, menendangnya beberapa kali," kata Komite Investigasi dikutip The Moscow Times, Rabu (5/10/2022).

Baca juga: AS Tawarkan Kebebasan Napi Penjual Kematian Ditukar Pebasket dan Mantan Marinir yang Ditawan Rusia
Robert Gilman dilaporkan bermaksud untuk mengajukan banding atas putusan tersebut.
Pengacaranya, Valery Ivannikov, menambahkan bahwa dia berencana untuk menghubungi pejabat AS untuk mengatur pertukaran tahanan.
Komite Investigasi mengatakan Gilman ditahan oleh polisi setelah mengganggu ketertiban umum saat mabuk di kereta.
Dikatakan dia awalnya mengaku tidak bersalah tetapi kemudian tak memberikan bantahan atas tudingan itu.
Sebagaimana diketahui, pada bulan April, Rusia dan Amerika Serikat bertukar tahanan meskipun ada ketegangan atas konflik di Ukraina.
Moskow menyerahkan mantan Marinir Trevor Reed yang dipenjara dengan imbalan seorang pilot Rusia yang dihukum karena penyelundupan narkoba.
Reed dijatuhi hukuman sembilan tahun penjara oleh pengadilan Rusia pada Juli 2020 setelah diduga menyerang petugas polisi saat mabuk.
Namun, warga negara AS lainnya, Paul Whelan, mantan pejabat keamanan di sebuah perusahaan suku cadang kendaraan, tetap berada di penjara Rusia dengan hukuman 16 tahun atas tuduhan spionase.
Baca juga: Jika Putin Nekat Pakai Nuklir, Eks Bos CIA Sebut AS akan Pimpin NATO Serbu Pasukan Rusia di Ukraina
Polisi Rusia Dituding Rudapaksa Pendemo Anti-Wajib Militer
Demonstrasi besar-besaran di sejumlah wilayah setelah Presiden Rusia Vladimir Putin umumkan wajib militer untuk perang ke Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, kini mulai beredar kabar bahwa pemerintah menggunakan kekerasan untuk menekan aktivis yang menolak.
Bahkan, pihak kepolisian Rusia diduga melakukan kekerasan seksual kepada sejumlah pendemo.
Baca juga: Geger Pria Rusia Tembak Petugas Wajib Militer Perang Ukraina, Buat Warga Berhamburan saat Teriak Ini
Dikutip dari The Moscow Times, Selasa (27/9/2022), seorang aktivis anti-mobilisasi dirawat di rumah sakit di Moskow setelah dia diduga dirudapaksa dan dilecehkan oleh polisi.
Outlet media independen Novaya Gaztea Europe melaporkan bahwa polisi menggerebek rumah Artyom Kamardin dan aktivis anti-perang lainnya, yang merekam pembacaan puisi kritis terhadap militer Rusia di Lapangan Mayakovsky pada hari Minggu.
Rusia telah membungkam kritik publik terhadap operasi militer khusus di Ukraina yang dapat dihukum dengan denda atau hukuman penjara.
Menurut laporan, petugas memukuli Kamardin dengan sangat parah dan memasukkan benda ke anus pemuda tersebut.
Pengacaranya, Leonid Solovyov, membenarkan pernyataan itu kepada surat kabar Kommersant, tetapi mengatakan Kamardin tidak perlu dirawat di rumah sakit.
Saluran Telegram dengan tautan ke layanan keamanan Rusia kemudian menerbitkan video Kamardin dan dua tahanan lainnya yang meminta maaf atas tindakan mereka sembari berlutut.
Kamardin didakwa dengan tuduhan telah menghasut dan melakukan ujaran kebencian.

Baca juga: Penduduk Wilayah Mayoritas Muslim di Rusia Protes Putin Ogah Dipaksa Perang ke Ukraina
Menurut Solovyov, kejahatan jenis ini dapat menyebabkan kliennya dihukum hingga enam tahun penjara.
Video yang disiarkan oleh outlet berita online independen Sota, Selasa pagi, menunjukkan sosok Kamardin yang berantakan sedang keluar dari kantor polisi Moskow ditemani oleh petugas medis.
Dia tidak mengomentari dugaan pelecehan tersebut.
Alexandra Popova, aktivis anti-perang lain yang ditahan bersama Kamardin, juga dipukuli.
Popova mengaku diancam akan dirudapaksa beramai-ramai oleh penegak hukum Rusia.
Insiden itu terjadi di tengah beberapa protes berkelanjutan terbesar sejak Rusia menginvasi Ukraina, dipicu oleh pengumuman Putin tentang mobilisasi parsial pekan lalu.
Pemantau independen mengatakan setidaknya 2.000 pengunjuk rasa telah ditahan sejak Rabu lalu.
Penerbangan dari Rusia ke tujuan yang tersedia telah terjual habis selama seminggu terakhir, sementara perbatasan darat Rusia dengan negara-negara tetangga mengalami lonjakan lalu lintas dalam seminggu terakhir.
Dalam insiden terpisah dari Kamardin dan Popova, Sota melaporkan Senin malam bahwa aktivis anti-perang Daria Ivanova dicekik, ditendang, ditinju, dijambak dan dipukuli oleh petugas di apartemennya di Moskow.
Ivanova kemudian didakwa dengan tuduhan mendiskreditkan Angkatan Bersenjata Rusia dan diperintahkan hadir untuk diinterogasi.(TribunWow.com/Via)