Breaking News:

Tragedi Arema Vs Persebaya

Ungkap Respons FIFA, Media Asing Rangkum Kesaksian Penonton yang Selamat dari Stadion Kanjuruhan

Media asing menyoroti tragedi di Stadion Kanjuruhan dan merangkum kisah-kisah dari para korban selamat.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Surya Malang/Purwanto
Kericuhan suporter Arema FC yang bentrok melawan polisi buntut kekalahan Arema FC dalam pertandingan Liga 1 melawan Persebaya Surabaya dengan skor 2-3 di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) malam. Dalam bentrok ini polisi menembakkan gas air mata dan 125 suporter termasuk 2 polisi dilaporkan tewas. 

"Orang-orang berhamburan dan berlarian berusaha keluar," kata Reihan.

"Tapi pintu keluarnya terkunci dan kami menumpuk di sana."

Reihan akhirnya berhasil keluar tetapi mengatakan polisi terus menembakkan gas air mata bahkan setelah mereka melarikan diri dari stadion.

Suasana salah satu tribun di stadion Kanjuruhan yang penuh gas air mata usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022). Media asing Nytimes menyoroti kontroversi tembakan gas air mata yang dilontarkan pihak kepolisian ke arah penonton.
Suasana salah satu tribun di stadion Kanjuruhan yang penuh gas air mata usai laga Arema FC vs Persebaya, Sabtu (1/10/2022). Media asing Nytimes menyoroti kontroversi tembakan gas air mata yang dilontarkan pihak kepolisian ke arah penonton. (istimewa via TribunJatim.com)

Baca juga: Manchester United Ucapkan Belasungkawa atas Tragedi di Kanjuruhan yang Telan Korban Ratusan Jiwa

Laga tersebut berlangsung alot dengan sedikitnya 42.000 orang di stadion, meski suporter Persebaya Surabaya dilarang bertanding karena persaingan ketat antara kedua tim di timur pulau Jawa yang berpenduduk padat itu.

Saksi mata mengatakan masalah dimulai setelah Arema kalah dan fans mulai turun ke lapangan.

"Semua panik, itu kacau," kata Nanda Rizki, yang pergi ke pertandingan dengan saudaranya dan mengatakan ada banyak anak-anak di kerumunan.

"Orang-orang berlarian menuju pintu keluar, tetapi pintu keluar terkunci, dan mereka mematikan lampu di stadion. Jadi tribun gelap, orang-orang saling mendorong untuk keluar. Melangkahi satu sama lain."

"Saya melihat banyak korban di gerbang utama. Begitu banyak korban tergeletak di sana, banyak dengan wajah terbakar."

Sepak bola adalah olahraga yang sangat populer di Indonesia, tetapi telah lama dirusak oleh aksi kekerasan dan fanatisme.

Data dari pengawas sepak bola Indonesia, Save Our Soccer, menunjukkan bahwa 78 orang telah tewas dalam insiden terkait selama 28 tahun terakhir.

Anak laki-laki dari warga sekitar, Yayak Suprianti, yang berusia 17 tahun, Refano Dwi Afriansyah, termasuk di antara kerumunan pada hari Sabtu.

Setelah tak kembali ke rumah, Yayak menemukan Refano di rumah sakit setempat sedang dirawat karena luka-lukanya.

"Saya bertanya-tanya mengapa ini terjadi," ucap Yayak kepada Al Jazeera.

"Sekarang anda melihat para korban, banyak diantaranya anak laki-laki seperti anak saya. Masih sekolah."(TribunWow.com)

Berita terkait lainnya

Tags:
FIFAStadion KanjuruhanArema FCPersebaya SurabayaKerusuhanLiga 1 2022
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA
KOMENTAR

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved