Tragedi Arema FC Vs Persebaya
Melihat Suporter Arema FC Meninggal Dalam Pelukan Pemainnya, Javier Roca: Saya Hancur Secara Mental
Javier Roca ungkap beberapa pemain Arema FC memeluk para Aremania yang telah meninggal dunia dalam insiden mengerikan di Stadion Kanjuruhan.
Penulis: Adi Manggala Saputro
Editor: Tiffany Marantika Dewi
“Ini adalah derby yang sangat lama dan selama seminggu sudah terasa di seluruh kota bahwa itu adalah pertandingan dengan lebih dari tiga poin. Mereka bilang ini adalah permainan hidup dan mati, bahwa kita bisa kalah di setiap pertandingan kecuali yang ini. Ada ketegangan di udara. Setelah kami kalah, kami pergi untuk meminta maaf kepada para penggemar. Mereka mulai memanjat pagar, pagar, kami pergi ke ruang ganti," jelas Abel Camara kepada Mias Futebal.

Baca juga: Arema FC Berpotensi Terkena Hukuman FIFA, Timnas Indonesia dan Piala Dunia U-20 2023 Turut Serta?
Seusai memasuki ruang ganti, Abel Camara mengaku mendengar beberapa tembakan.
Ia bahkan turut membantu beberapa suporter yang terkena gas air mata untuk dieksekusi ke ruang ganti Arema FC.
Tak hanya membantu para suporter yang terkena imbas gas air mata, Abel Camara juga mengaku melihat dengan mata kepalanya sendiri 7-8 orang telah meregang nyawa tepat di depannya.
“Sejak saat itu kami mulai mendengar tembakan, mendorong. Kami memiliki orang-orang di dalam ruang ganti yang terkena gas air mata dan meninggal tepat di depan kami. Kami memiliki sekitar tujuh atau delapan orang tewas di ruang ganti," katanya kepada Maisfutebol.
Imbas kericuhan tersebut, para pemain Arema FC harus menunggu selama 4 jam sebelum pada akhirnya behasil dieksekusi oleh pihak keamanan untuk kembali ke pusat pelatihan.
Dalam perjalanannya keluar Stadion Kanjuruhan, Abel Camara mengaku melihat beberapa barang milik Aremania dan mobil sipil dan polisi yang turut dibakar imbas amukan para suporter SIngo Edan di depan stadion.
"Kami harus tinggal di sana selama empat jam sebelum mereka bisa mengeluarkan semua orang. Ketika kami pergi, ketika semuanya lebih tenang, ada darah, sepatu kets, pakaian di seluruh aula stadion. Ketika kami meninggalkan stadion dengan bus, ada mobil sipil dan polisi yang terbakar, tetapi kami memiliki perjalanan yang mulus ke pusat pelatihan kami, kami mengambil mobil dan pulang. Sekarang kami berada di rumah, menunggu untuk melihat apa yang akan terjadi," tutup Abel Camará.
(TribunWow.com/Adi Manggala S)