Tragedi Arema Vs Persebaya
Minta Kapolri Usut Kerusuhan di Kanjuruhan, Jokowi Sorot Prosedur Pengamanan Pertandingan Sepak Bola
Presiden Jokowi mengumumkan akan memberhentikan sementara kompetisi sepak bola di Liga 1 hingga terjadi perbaikan di prosedur pengamanan.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan seluruh pertandingan di Liga 1 akan disetop hingga waktu yang tidak akan ditentukan.
Kebijakan ini disampaikan oleh Jokowi saat menyampaikan ucapan duka terkait tragedi di Stadion Kanjuruhan, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022) yang menewaskan 187 orang seusai pertandingan antara Arema FC Vs Persebaya Surabaya.
Dikutip TribunWow dari YouTube Sekretariat Presiden, Jokowi dalam pesannya berkali-kali menyoroti soal prosedur pengamanan pertandingan.
Baca juga: Mahfud MD Sebut Panitia Abaikan Saran Polri soal Laga Arema FC Vs Persebaya di Kanjuruhan
Pada keterangannya, awalnya Jokowi menyampaikan ucapan duka.
Kemudian Jokowi meminta Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dan Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa untuk memonitor pelayanan medis terhadap korban tragedi Kanjuruhan.
Setelah berpesan kepada Menkes RI dan Gubernur Jatim, Jokowi turut mentipkan pesan kepada Menpora, Kapolri dan Ketum PSSI untuk mengevaluasi pertandingan dan prosedur pengamanan sepak bola.
"Khusus kepada Kapolri saya minta investigasi dan mengusut tuntas kasus ini," tegas Jokowi, Minggu (2/10/2022).
Hingga ada perbaikan prosedur keamanan, Jokowi menyatakan Liga 1 akan dihentikan sementara.
"Saya menyesalkan terjadinya tragedi ini dan saya berharap ini adalah tragedi terakhir sepak bola di Tanah Air," pungkas Jokowi.
Di sisi lain, Rezqi Wahyu adalah seorang penonton yang saat itu menyaksikan pertandingan Arema FC Vs Persebaya Surabaya di Stadion Kanjuruhan.
Dikutip TribunWow dari tribunnews, Rezqi yang merupakan seorang Aremania mengaku melihat langsung bagaimana tembakan gas air mata mengenai ibu-ibu hingga anak-anak yang kemudian menyebabkan kerusuhan para penonton berdesak-desakkan berebut keluar dari stadion.
Baca juga: Nasib Laga Persib Bandung Kontra Persija Imbas Kerusuhan Arema FC Vs Persebaya, Berikut Keputusannya
Rezqi yang membagikan kisah lewat medsos tak menampik awalnya ada sejumlah oknum suporter yang anarkis seusai pertandingan berakhir dengan kekalahan Arema.
Ia bercerita selain mengkritik para pemain, oknum Aremania ada juga yang melempar beragam benda ke arah lapangan.
Setelah para pemain masuk ke ruang ganti, Rezqi menyebut para suporter justru semakin rusuh.
"Pihak aparat juga melakukan berbagai upaya untuk memukul mundur para suporter, yang menurut saya perlakuannya sangat kejam dan sadis, dipentung (dipukul) dengan tongkat panjang, 1 suporter dikeroyok aparat, dihantam tameng dan banyak tindakan lainnya," ungkap Rezqi.
Rezqi bercerita, setelah kondisi semakin rusuh, akhirnya aparat keamanan menembakkan gas air mata ke arah penonton.
"Terhitung puluhan gas air mata sudah ditembakkan ke arah suporter, di setiap sudut lapangan telah dikelilingi gas air mata."
Menurut Rezqi, tembakan gas air mata tersebut menyebabkan kepanikan di antara penonton.
"Banyak ibu-ibu, wanita-wanita, orang tua dan anak-anak kecil yang terlihat sesak gak berdaya, gak kuat ikut berjubel untuk keluar dari stadion."

Baca juga: Tragedi Kerusuhan Laga Arema FC Vs Persebaya Trending Nomor 1 di Twitter, Kalahkan Persib-Persija
Panitia di Kanjuruhan Abaikan Saran Polisi
Menko Polhukam Mahfud MD turut buka suara soal insiden tewasnya 187 orang dalam kerusuhan pertandingan Arema FC Vs Persebaya yang terjadi di Stadion Kanjuruhan di Kabupaten Malang, Jawa Timur, Sabtu (1/10/2022).
Mahfud MD menegaskan, sebelum pertandingan dilaksanakan, aparat keamanan telah melakukan koordinasi terkait teknis pelaksanaan pertandingan di Stadion Kanjuruhan.
Dikutip TribunWow dari Instagram @mohmahfudmd, Minggu (2/10/2022), Mahfud MD menyampaikan, saran dari aparat terkait pelaksanaan teknis pertandingan diabaikan oleh pihak panitia pelaksana.
Baca juga: Peristiwa Kelam Kanjuruhan Bakal Berbuntut Sanksi Berat PSSI untuk Arema FC, Berikut Penjelasannya
Penjelasan ini disampaikan oleh Mahfud pada unggahan akun media sosial miliknya.
"Sebenarnya, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sdh mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan," tulis Mahfud.
"Misal, pertandingan agar dilaksanakan sore (bukan malam), jumlah penonton agar disesuaikan dgn kapasitas stadion yakni 38.000 orang."
"Tapi usul2 itu tidak dilakukan oleh Panitia Pelaksana yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan tetap dilangsungkan malam, dan ticket yang dicetak jumlahnya 42.000."
Mahfud turut menjelaskan, tidak ada bentrok antar suporter dalam pertandingan di Kanjuruhan.
Berdasarkan keterangan dari Mahfud, pada saat pertandingan hanya ada Aremania yang menonton langsung di Kanjuruhan.
Mahfud menegaskan, korban meninggal dan luka-luka disebabkan oleh desak-desakkan, saling himpit, terinjak-injak hingga sesak napas.

Berikut caption lengkap yang ditulis oleh Mahfud:
"TERKAIT KERUSUHAN PASCA PERTANDINGAN SEPAKBOLA DI KANJURUHAN MALANG:
Saya sdh dpt informasi dari Kapolri, Jenderal Listyo Sigit. Saya juga sdh berkordinasi dgn Kapolda Jatim, Irjen Nico Afinta. Pemerintah menyesalkan atas kerusuhan di Kanjuruhan. Pemerintah akan menangani tragedi ini dgn baik.
Kepada keluarga korban, kami menyampaikan belasungkawa. Kami juga berharap agar keluarga korban bersabar dan terus berkordinasi dgn aparat dan petugas pemerintah di lapangan. Pemda Kabupaten Malang akan menanggung biaya rumah sakit bagi para korban.
Sebenarnya, sejak sebelum pertandingan pihak aparat sdh mengantisipasi melalui koordinasi dan usul-usul teknis di lapangan. Misal, pertandingan agar dilaksanakan sore (bukan malam), jumlah penonton agar disesuaikan dgn kapasitas stadion yakni 38.000 orang. Tapi usul2 itu tidak dilakukan oleh Panitia Pelaksana yang tampak sangat bersemangat. Pertandingan tetap dilangsungkan malam, dan ticket yang dicetak jumlahnya 42.000.
Perlu saya tegaskan bahwa tragedi Kanjuruhan itu bukan bentrok antar supporter Persebaya dgn Arema. Sebab pada pertandingan itu supporter Persebaya tidak boleh ikut menonton. Supporter di lapangan hanya dari pihak Arema. Oleh sebab itu, para korban pada umumnya meninggal karena desak-desakan, saling himpit, dan terinjak-injak, serta sesak nafas. Tak ada korban pemukulan atau penganiayaan antar supporter.
Pemerintah telah melakukan perbaikan pelaksanaan pertandingan sepak bola dari ke waktu dan akan terus diperbaiki. Tetapi olahraga yang menjadi kesukaan masyarakat luas ini kerap kali memancing para supporter untuk mengekspresikan emosi secara tiba-tiba." (TribunWow.com/Anung)