Konflik Rusia Vs Ukraina
Sempat Divonis Hukuman Mati, Warga Inggris yang Viral Bela Ukraina di Mariupol Kini Dibebaskan Rusia
Warga Inggris bernama Aiden Aslin yang ditangkap Rusia dan hendak dieksekusi kini telah dibebaskan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Seorang warga Inggris yang terancam dieksekusi Rusia karena membela Ukraina, akhirnya dibebaskan.
Dilansir TribunWow.com, pria bernama Aiden Aslin tersebut ditangkap oleh pasukan Rusia di Mariupol karen tergabung dalam tentara Ukraina.
Bersama empat warga Inggris dan lima tahanan internasional lainnya, ia dibebaskan setelah ada intervensi Arab Saudi.
Baca juga: Demonstrasi Pecah di Rusia Buntut Wajib Militer Putin, Ribuan Ditangkap karena Tolak ke Ukraina
Kata anggota parlemen Inggris, Robert Jenrick, Aslin dan tawanan perang Inggris lainnya yang ditawan oleh otoritas Rusia sudah dalam perjalanan kembali ke negaranya, setelah diterbangkan dari Rusia ke Arab Saudi.
Dikutip The Guardian, Kamis (22/9/2022), Aslin dibebaskan bersama dengan Shaun Pinner, dan seorang Maroko bernama Brahim Saadoun.
Mereka dijatuhi hukuman mati dalam persidangan kontroversial di Ukraina timur yang dikuasai Rusia pada bulan Juni.
"Kami hanya ingin memberi tahu semua orang bahwa kami keluar dari zona bahaya," kata Aslin dalam video yang direkam di pesawat dengan Pinner di sampingnya.
"Dengan kulit gigi kami (masih lengkap)," tambah Pinner.
Kedua pria itu berterima kasih kepada pihak yang telah mendukung mereka selama penahanan.
Warga Inggris lainnya yang dibebaskan adalah John Harding, Andrew Hill dan Dylan Healy.
Selain itu juga Vjekoslav Prebeg, yang berkebangsaan Kroasia, dan Mathias Gustafsson, seorang Swedia, yang bersama-sama diadili oleh separatis pro-Rusia pada Agustus karena menjadi tentara bayaran.

Baca juga: Kalah dari Ukraina, Putin Umumkan Wajib Militer Parsial, akan Kirim Warga Rusia ke Medan Perang
Aslin, Pinner dan Saadoun yang merupakan tentara, diadili dan dinyatakan bersalah atas terorisme dalam putusan yang dikecam sebagai penghakiman palsu.
Konvensi Jenewa menyatakan bahwa tawanan perang di semua pihak tidak boleh dituntut karena terlibat langsung dalam konflik.
Seorang teman Aslin mengatakan, dalam sebuah posting Instagram, bahwa dia telah berbicara dengan Aslin yang telah ditikam dan dipukuli dalam tahanan tetapi sekarang kondisinya cukup baik.
Aslin telah dipaksa untuk menyerah dengan rekan-rekannya pada bulan April setelah mereka kehabisan makanan dan amunisi ketika Rusia mendekati Mariupol.
Dia telah pindah ke Ukraina pada tahun 2018 dan telah bergabung dengan tentara Ukraina beberapa waktu sebelum perang.
Kabar ini dikonfirmasi Perdana menteri Inggris Liz Truss dengan mengatakan bahwa lima warga Inggris yang ditahan oleh separatis pro-Rusia di Ukraina timur telah dibebaskan.
Dia menyatakan kelegaan karena mereka dipulangkan dengan selamat, mengakhiri bulan-bulan ketidakpastian dan penderitaan bagi mereka dan keluarga mereka.
Dua orang Amerika lain juga termasuk di antara yang dibebaskan.
Mereka adalah Alexander Drueke dan Andy Tai Huynh, keduanya veteran militer AS dari Alabama yang telah mengajukan diri untuk berperang.
Baca juga: 2 Purnawirawan Tentara AS Ditangkap Pasukan Rusia saat Terlibat Konflik di Ukraina
Menghubungi Media Massa Inggris
Dua warga negara Inggris bernama Shaun Pinner dan Aiden Aslin dijatuhi vonis hukuman mati seusai menjalani persidangan di Donetsk.
Keduanya ditangkap oleh pasukan militer Rusia seusai terlibat membantu tentara Ukraina dalam konflik di Ukraina.
Informasi terbaru, Aslin dan Pinner diketahui telah menghubungi media massa di negara asalnya mengirimkan permohonan tertulis.

Baca juga: Samakan Diri dengan Tsar Rusia, Putin Bandingkan Ambisi Kuasai Ukraina dengan Perang Lawan Swedia
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Aslin dan Pinner menjelaskan bahwa mereka terancam dihukum mati jika permintaan pemerintah Rusia tidak dikabulkan.
Dengan suara bergetar, Pinner menjelaskan dirinya menghadapi ancaman hukuman 20 tahun penjara hingga mati seusai dihukum sebagai kombatan ilegal.
"Kami ketakutan," ujar Pinner.
Menanggapi kabar ini, keluarga Aslin telah menemui kedutaan Besar Ukraina di Notting Hill, London Barat.
Di sana ia menjelaskan bahwa Aslin dan Pinner merupakan bagian resmi dari pasukan militer Ukraina.
"Harus diperlakukan dengan hormat seperti tahanan perang lainnya. Mereka bukan dan tidak pernah menjadi tentara bayaran," ujar keluarga Aslin.
Keluarga Aslin kini berharap vonis Aslin dapat berubah, mereka juga memohon bantuan pemerintah Inggris dan Ukraina untuk berusaha maksimal membantu keselamatan Aslin dan Pinner.
Aslin dan Pinner kini memiliki waktu satu bulan untuk mengajukan banding atas vonis hukuman mati yang mereka terima.
Media Rusia memberitakan, vonis Aslin dan Pinner dapat berkurang menjadi 25 tahun penjara hingga hukuman penjara seumur hidup.
Sebelumnya diberitakan, pemerintah Inggris disebut tengah mendapat masalah besar gara-gara ada dua warga negaranya terlibat dalam konflik di Ukraina dan kini berakhir ditangkap oleh tentara Rusia.
Dua orang itu adalah Shaun Pinner dan Aiden Aslin.
Keduanya bahkan sempat dipertontonkan ke publik lewat sebuah acara milik stasiun televisi (TV) pemerintah Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari Skynews.com, eks diplomat Inggris, Lord Ricketts menyoroti bagaimana hal ini merupakan masalah besar bagi pemerintah Inggris.
Ricketts mengungkit bagaimana pemerintah Inggris sebenarnya telah melarang keras warganya agar tidak pergi ke Ukraina.
Ricketts juga menyampaikan bagaimana pemerintah Rusia memanfaatkan momen ini untuk menekan Ukraina lewat pemerintah Inggris.
Dalam situasi ini, menurut Ricketts pemerintah Inggris tengah mengalami dilemma bagaimana harus merespons.
Saat ditampilkan di TV Rusia, Shaun dan Aiden berharap agar mereka dapat pulang kembali ke Inggris dengan cara pertukaran tahanan dengan politisi pro Rusia Viktor Medvedchuk yang kini ditahan oleh Ukraina.(TribunWow.com/Via/Anung)