Konflik Rusia Vs Ukraina
Sempat Divonis Hukuman Mati, Warga Inggris yang Viral Bela Ukraina di Mariupol Kini Dibebaskan Rusia
Warga Inggris bernama Aiden Aslin yang ditangkap Rusia dan hendak dieksekusi kini telah dibebaskan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Dia telah pindah ke Ukraina pada tahun 2018 dan telah bergabung dengan tentara Ukraina beberapa waktu sebelum perang.
Kabar ini dikonfirmasi Perdana menteri Inggris Liz Truss dengan mengatakan bahwa lima warga Inggris yang ditahan oleh separatis pro-Rusia di Ukraina timur telah dibebaskan.
Dia menyatakan kelegaan karena mereka dipulangkan dengan selamat, mengakhiri bulan-bulan ketidakpastian dan penderitaan bagi mereka dan keluarga mereka.
Dua orang Amerika lain juga termasuk di antara yang dibebaskan.
Mereka adalah Alexander Drueke dan Andy Tai Huynh, keduanya veteran militer AS dari Alabama yang telah mengajukan diri untuk berperang.
Baca juga: 2 Purnawirawan Tentara AS Ditangkap Pasukan Rusia saat Terlibat Konflik di Ukraina
Menghubungi Media Massa Inggris
Dua warga negara Inggris bernama Shaun Pinner dan Aiden Aslin dijatuhi vonis hukuman mati seusai menjalani persidangan di Donetsk.
Keduanya ditangkap oleh pasukan militer Rusia seusai terlibat membantu tentara Ukraina dalam konflik di Ukraina.
Informasi terbaru, Aslin dan Pinner diketahui telah menghubungi media massa di negara asalnya mengirimkan permohonan tertulis.

Baca juga: Samakan Diri dengan Tsar Rusia, Putin Bandingkan Ambisi Kuasai Ukraina dengan Perang Lawan Swedia
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Aslin dan Pinner menjelaskan bahwa mereka terancam dihukum mati jika permintaan pemerintah Rusia tidak dikabulkan.
Dengan suara bergetar, Pinner menjelaskan dirinya menghadapi ancaman hukuman 20 tahun penjara hingga mati seusai dihukum sebagai kombatan ilegal.
"Kami ketakutan," ujar Pinner.
Menanggapi kabar ini, keluarga Aslin telah menemui kedutaan Besar Ukraina di Notting Hill, London Barat.
Di sana ia menjelaskan bahwa Aslin dan Pinner merupakan bagian resmi dari pasukan militer Ukraina.
"Harus diperlakukan dengan hormat seperti tahanan perang lainnya. Mereka bukan dan tidak pernah menjadi tentara bayaran," ujar keluarga Aslin.