Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Klaim Berhasil Menang Lawan Ukraina di Nikolaev, Rebut Wilayah Seluas 12 KM Persegi
Pemerintah Rusia mengklaim telah menang besar melawan Ukraina di wilayah Nikolaev.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Pasukan militer Rusia mengklaim telah berhasil melangkah maju mengalahkan tentara Ukraina di wilayah Nikolaev.
Wilayah Nikolaev sendiri merupakan daerah strategis yang terletak di bagian selatan Ukraina.
Dikutip TribunWow dari rt, update kemenangan besar Rusia ini disampaikan oleh Kementerian Pertahanan Rusia pada Selasa (23/8/2022).
Baca juga: Viral Foto Kurungan Besi Dibangun di Gedung Konser, akan Dipakai Rusia Adili Tawanan Perang Ukraina
Juru bicara Kemenhan Rusia, Letjen Igor Konashenkov menjelaskan bahwa pasukan Rusia berhasil mengalahkan tentara Ukraina yang bertahan di Kota Aleksandrovka.
Seusai mengalahkan Ukraina di Aleksandrovka, pasukan militer Rusia lanjut masju ke wilayah Nikolaev.
Menurut keterangan Konashenkov, pasukan militer Rusia berhasil menguasai wilayah Nikolaev seluas 12 kilometer persegi.
Sebelumnya diberitakan, serangkaian serangan dan bencana logistik diderita pasukan Rusia pada minggu ke-25 perang di Ukraina.
Dilansir TribunWow.com, kerugian ini dapat mengindikasikan bahwa serangan balasan yang dijanjikan Ukraina masih layak dilakukan.
Meskipun sejauh ini, tidak ada perebutan ataupun perolehan teritorial yang signifikan bagi Kyiv.
Baca juga: Robot Militer Rusia Dicibir, Disebut Hanya Beli dari Marketplace China, akan Digunakan di Ukraina?
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Kamis (18/8/2022), Ukraina mengatakan sekitar sembilan pesawat tempur Rusia hancur pada 9 Agustus dalam ledakan di pangkalan udara Saky di Krimea.
Serangan yang terjadi 225 km di belakang garis depan konflik ini tampaknya menjadi serangan besar pertama Ukraina di pangkalan Rusia.
Citra satelit kemudian menunjukkan tujuh pesawat hancur di Saky, dan lainnya rusak parah.
Ukraina tidak secara langsung mengklaim bertanggung jawab atas serangan itu, tetapi presiden Ukraina Volodymyr Zelensky sempat menyinggung mengenai hal ini dalam pidato malamnya.
"Hanya dalam satu hari, penjajah kehilangan 10 pesawat tempur: sembilan di Krimea dan satu lagi ke arah Zaporizhzhia," tutur Zelensky.

Baca juga: Kabur saat Rusia Menginvasi, Warga Ukraina Bayar Orang demi Cari dan Evakuasi Kucing Peliharaannya
Kementerian pertahanan Rusia mengatakan ledakan amunisi penerbangan di pangkalan itu disebabkan karena kelalaian.
Institute for the Study of War mengatakan target pangkalan Rusia ini terlalu jauh di luar jangkauan sistem yang disediakan AS.
Pasalnya, artileri roket berpemandu presisi yang digunakan dalam sistem HIMARS yang dipasok AS hanya memiliki jangkauan 80-120km.
Tetapi pasukan Ukraina diduga memiliki berbagai sistem yang dapat mereka gunakan atau modifikasi.
Tetapi sumber-sumber Ukraina mengatakan kepada New York Times bahwa serangan tersebut justru diprakarsai para partisan di belakang garis musuh.
Secara terpisah, pada hari yang sama, pasukan Ukraina menunjukkan kemampuan serangan dalam mereka dengan menghancurkan gudang amunisi di Novooleksiivka di Krimea, 150km selatan garis depan, dan di pos komando Resimen Pengawal Udara ke-217 di Maksyma Horkoho pada pantai Kherson barat daya.
Para pejabat Ukraina telah mengatakan sejak Juli bahwa Kyiv sedang mempersiapkan serangan balasan untuk merebut kembali wilayah-wilayah di oblast Kherson, dan pasukan Ukraina sering menerima pujian karena menghancurkan gudang amunisi Rusia dan titik-titik logistik.
Namun di Kherson dan di negara tetangga Krimea dalam beberapa pekan terakhir, tampaknya juga ada taktik baru Ukraina untuk mengintensifkan serangan yang tidak diklaim.
Yang pertama terjadi pada 31 Juli, ketika sebuah drone Ukraina yang diduga menyerang markas Armada Laut Hitam Rusia di Sevastopol pada Hari Angkatan Laut Rusia, melukai lima orang.
Ukraina kembali diam ketika serangkaian ledakan mengguncang desa Mayskoye di Krimea pada 16 Agustus, saat depot amunisi Rusia terbakar hingga memaksa 3.000 orang dievakuasi.
Angkatan bersenjata Ukraina memposting video ledakan spektakuler di area yang luas. Rusia menyebutnya hasil sabotase.
Penargetan cadangan logistik Rusia telah berjalan seiring dengan memukul rute logistik.
Ukraina dalam beberapa pekan terakhir telah melemahkan jembatan di seberang sungai Dnieper di oblast Kherson untuk mencegah tentara Rusia memasok kembali posisi depan mereka di tepi barat.
Pada 10 Agustus, komando selatan Ukraina mengatakan bahwa jembatan yang melintasi Dnieper di pembangkit listrik tenaga air Kakhovska tidak layak untuk digunakan oleh militer Rusia.
Kata kementerian pertahanan Inggris, berarti pasukan Rusia sekarang bisa mengirim logistik lewat dua feri ponton yang mereka bawa.
"Membawa amunisi, bahan bakar, dan peralatan berat yang cukup untuk ofensif atau bahkan operasi defensif skala besar melintasi feri ponton atau melalui udara tidak praktis jika bukan tidak mungkin," kata Institute for the Study of War dalam sebuah pernyataan.
"Pasukan Rusia di tepi barat Dnieper kemungkinan akan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan diri dari serangan balik Ukraina yang terbatas."
Namun hingga saat ini, serangan balik belum ada yang dilakukan dalam skala besar.
Baca juga: Vladimir Putin Copot Komandan Laut Hitam Rusia, Diduga Buntut Serangan Ukraina Lolos di Krimea
Ukraina akan Ciptakan Kekacauan di Pasukan Rusia
Beberapa hari belakangan ini berturut-turut terjadi ledakan di wilayah Krimea yang saat ini dikuasai Rusia.
Pemerintah Rusia berdalih ledakan terjadi karena kebakaran, sedangkan pemerintah Ukraina mengklaim ledakan terjadi karena serangan mereka.
Dikutip TribunWow dari Theguardian, pemerintah Ukraina memperingatkan dalam waktu beberapa bulan ke depan akan terjadi lagi insiden ledakan serupa.
Baca juga: Robot Militer Rusia Dicibir, Disebut Hanya Beli dari Marketplace China, akan Digunakan di Ukraina?
Peringatan ini disampaikan oleh penasihat dari Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky yakni Mykhailo Podolyak.
Podolyak menjelaskan bahwa saat ini Ukraina ingin menciptakan kekacauan di dalam tubuh pasukan militer Rusia.
"Strategi kami adalah menghancurkan logistik, jalur pasok, gudang amunisi, serta infrastruktur militer," ujar Podolyak.
"Menciptakan kekacauan di dalam tubuh internal mereka."
Podolyak menjelaskan bahwa perlawanan balik tidak selalu memerlukan banyak orang.
"Kami tidak menggunakan taktik tahun 60an dan 70an," kata dia.
Pada Selasa (16/8/2022) kembali terjadi ledakan di daerah Krimea yang kini dikuasai oleh Rusia, tepatnya di distrik Dzhankoi.
Pemerintahan Presiden Rusia Vladimir Putin menyebut ledakan terjadi karena adanya kebakaran yang mengenai gudang amunisi di daerah tersebut.

Baca juga: Karena Rasa Takut, 20 Ribu Umat Yahudi di Rusia Kabur ke Negara Lain sejak Terjadi Invasi Ukraina
Dikutip TribunWow dari bbc, sebelumnya juga sempat terjadi ledakan di bandara militer Rusia di Saky yang berada di barat Krimea.
Media asal Inggris BBC, menyebut ada kemiripan narasi atau cara pemerintah Rusia menanggapi insiden ledakan tersebut, yakni bukan serangan melainkan musibah kebakaran.
Menurut BBC, insiden ledakan yang terjadi di Krimea menjadi aib yang memalukan bagi pemerintahan Rusia.
BBC menyebut Rusia berusaha menjadikan Krimea sebagai benteng seusai berhasil merebut wilayah tersebut dari Ukraina pada tahun 2014 silam.
Sampai saat ini Ukraina belum mengklaim melakukan serangan yang terjadi di Distrik Dzhankoi.
Namun gambar dari satelit menunjukkan bahwa ledakan yang terjadi di Distrik Dzhankoi memiliki pola seperti serangan yang disengaja.
Sementara itu seorang pejabat senior di pemerintahan Ukraina secara implisit menyebut ada keterlibatan Ukraina dalam insiden ledakan tersebut.
Di media sosial (medsos) beredar video menampilkan kebakaran besar membakar gudang senjata yang berada di Desa Mayskoye/Maiske, Distrik Dzhankoi tersebut.
Menurut keterangan pemerintahan lokal pro Rusia di Krimea, saat ini warga di sekitar lokasi ledakan telah dievakuasi.
Kementerian Pertahanan Rusia menegaskan ledakan terjadi karena muncul api di dalam gudang tersebut.
Dijelaskan juga bahwa tempat itu hanya menjadi gudang sementara penyimpanan amunisi pasukan militer Rusia.(TribunWow.com/Via)