Konflik Rusia Vs Ukraina
Mahkamah Agung Rusia Nyatakan Resimen Azov sebagai Organisasi Teroris, Ini Nasib Mereka yang Ditahan
Rusia menetapkan resimen Azov yang dibentuk di Ukraina sebagai organisasi teroris.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Mahkamah Agung Rusia menyatakan Resimen Azov Ukraina sebagai organisasi teroris, Selasa (2/8/2022).
Dilansir TribunWow.com, hal ini akan membuka jalan bagi unit yang ditangkap untuk diadili di pengadilan Rusia.
Sehingga mereka akan berpotensi menghadapi hukuman penjara dalam waktu yang lama.
Baca juga: Kembali Terjadi, Orang Dekat Putin Diduga Diracun, Kali Ini Pejabat Rusia yang Naikkan Jadi Presiden
Seperti dilaporkan Moscow Times, Rusia secara teratur mengecam batalion Azov karena hubungan sayap kanan ekstremisnya di masa lalu.
Presiden Rusia Vladimir Putin menggunakan narasi tersebut untuk membenarkan invasinya ke Ukraina yang oleh Kremlin disebut sebagai denazifikasi Kyiv.
Sebagai informasi, batalyon tersebut dibentuk pada tahun 2014 sebagai unit paramiliter sukarelawan sayap kanan yang berperang melawan separatis pro-Moskow di Ukraina timur.
Tetapi kemudian, resimen Azov direformasi dan diintegrasikan ke dalam penjaga nasional Ukraina.
Menurut kantor berita pemerintah, mahkamah Agung Rusia menjatuhkan putusan yang menyatakan batalyon Azov sebagai organisasi teroris dalam sesi tertutup.
Itu adalah upaya ketiga pengadilan untuk menyatakan resimen itu teroris setelah sidang sebelumnya ditunda pada Mei dan Juni.
Keputusan itu bisa membuka jalan bagi anggota Resimen Azov yang ditahan di Rusia untuk diadili sebagai teroris.

Baca juga: Perang Makin Genting, Zelensky Wajibkan Warga di Wilayah Pendudukan Rusia Segera Evakuasi
KUHP Rusia menghukum mereka yang terbukti bersalah mengorganisir kegiatan teroris dengan hukuman penjara seumur hidup dan peserta dengan 10-20 tahun penjara.
Padahal, ada sekitar 2.500 pembela Ukraina di kota pelabuhan Mariupol, termasuk anggota Resimen Azov, menyerah pada Mei untuk mengepung pasukan Rusia setelah bertahan di pabrik baja Azovstal di kota itu selama berminggu-minggu.
Sekitar 1.000 pejuang yang menyerah dilaporkan telah dipindahkan ke Rusia.
Yang lainnya ditahan oleh separatis yang didukung Moskow di Ukraina timur, di mana pihak berwenang mengancam akan menjatuhkan hukuman mati kepada mereka.
Kyiv telah berjanji untuk mengembalikan para pembela Mariupol ke rumah melalui pertukaran tahanan dan mengatakan menuntut para tentara akan melanggar konvensi Jenewa.