Konflik Rusia Vs Ukraina
VIDEO - Berebut Kherson, Ini Strategi Pasukan Kyiv untuk Hambat Rantai Suplai Pasukan Rusia
Pasukan militer Ukraina menargetkan 2 jembatan menggunakan senjata artileri bantuan Amerika Serikat.
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Qin Gang mengungkit saat ini telah terjadi banyak krisis mulai dari ekonomi, naiknya jumlah imigran, krisis energi hingga pangan.
"China menyerukan gencatan senjata segera, dimulainya kembali perundingan damai. Seluruh pihak yang terlibat harus ikut, termasuk Rusia , AS dan aliansi NATO," kata Qin Gang.
Qin Gang meminta seluruh pihak untuk duduk bersama dan mencari jalan keluar yang disetujui bersama.
Ia turut menegaskan bahwa kedaulatan dan integritas wilayah seluruh negara harus dihormati.
Sementara itu pada Senin (18/7/2022), Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitry Kuleba mendeklarasikan bahwa negosiasi damai dengan Rusia hanya mungkin terjadi saat Rusia kalah di medan perang.
Semenjak gagalnya perundingan damai di Turki, belum ada lagi agenda besar perundingan damai yang dilakukan oleh Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-152, Rusia Buka Jalan ke Donetsk, Ukraina Tolak Diplomasi
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, namun NATO justru meyakini konflik antara Rusia dan Ukraina akan berakhir lewat negosiasi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Sabtu (25/6/2022).
"Kemungkinan besar, perang ini akan berakhir di meja negosiasi," kata Stoltenberg.
Stoltenberg menjelaskan, saat ini tanggung jawab NATO adalah untuk memastikan Ukraina memiliki posisi yang kuat saat melakukan perundingan dengan Rusia agar kedaulatan negara di Eropa tetap terjaga.
Menurut Stoltenberg, cara paling ampuh untuk membantu Ukraina adalah dengan mengirimkan bantuan militer, ekonomi, hingga sanksi terhadap musuh Ukraina yakni Rusia .
Saat ditanya kapan negosiasi damai akan terwujud, Stoltenberg menolak untuk berkomentar.
"Perdamaian selalu dapat dicapai jika Anda menyerah," kata dia.
"Namun Ukraina berperang demi kemerdekaannya, demi haknya untuk berdiri, demi hak untuk menjadi negara demokrasi tanpa menyerah kepada kekuatan Rusia ."
"Dan Ukraina siap untuk membayar harga yang sangat tinggi untuk mengorbankan diri mereka demi nilai-nilai tersebut."
"Bukan hak kita untuk menjelaskan kepada mereka sejauh mana pengorbanan harus dilakukan," papar Stoltenberg. (*)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
Artikel ini telah tayang di Tribun Video dengan judul Upaya Rebut Kembali Kherson, Pasukan Kyiv Serang 2 Jembatan untuk Hambat Rantai Suplai Pasukan Rusia