Konflik Rusia Vs Ukraina
VIDEO - Berebut Kherson, Ini Strategi Pasukan Kyiv untuk Hambat Rantai Suplai Pasukan Rusia
Pasukan militer Ukraina menargetkan 2 jembatan menggunakan senjata artileri bantuan Amerika Serikat.
Editor: Elfan Fajar Nugroho
TRIBUNWOW.COM - Setelah diduduki Rusia, wilayah Kherson ditargetkan akan direbut kembali oleh Pemerintah Ukraina.
Ditargetkan, wilayah Kherson bisa kembali direbut oleh Pemerintah Ukraina dari Pasukan Militer Rusia pada bulan September 2022 mendatang.
Untuk dapat merebut kembali Kherson, pasukan militer Ukraina diketahui telah melancarkan serangan yang menargetkan jembatan di sekitar daerah tersebut.
Baca juga: VIDEO Kecanggihan Stasiun Rudal Anti Pesawat Milik Rusia, Mampu Deteksi Musuh saat Cuaca Ekstrem
Baca juga: VIDEO Pasukan Tentara Rusia Merasa Dipaksa Harus Berperang Lwan Ukraina atau di Penjara
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pada Sabtu (23/7/2022) kemarin, Kemenhan Inggris melaporkan terjadi kontak senjata intensitas tinggi di dekat Kherseon.
Saat ini pasukan militer Ukraina tengah berusaha menghambat rantai suplai pasukan Rusia .
Beberapa jembatan yang diserang oleh Ukraina di antaranya adalah jembatan Daryivskyi dan Antonivskyi.
Kedua jembatan tersebut diserang oleh Ukraina menggunakan senjata artileri bantuan Amerika Serikat (AS).
Pihak pemerintah Kherson pro Rusia menyampaikan, jika serangan terus dilakukan maka kedua jembatan tersebut akan hancur.
Pemerintah Inggris menyampaikan, apabila kedua jembatan tersebut hancur maka kekuatan pasukan militer Rusia di Ukraina akan menurun drastis.
Sebelum serangan dilakukan, Wakil PM Ukraina Iryna Vereshchuk telah mendesak agar warga Ukraina di Kherson segera melakukan evakuasi pergi dari kota tersebut.
Pemerintah Ukraina menyampaikan bahaya warga terjebak di dalam Kherson ketika serangan balik dilakukan oleh pasukan militer Ukraina.
Baca juga: VIDEO - Prajurit Ukraina Melarikan Diri, Pasukan Chechnya Temukan Benteng Terbengkalai
Di sisi lain, China mendesak seluruh pihak yang terlibat dalam konflik di Ukraina agar segera melakukan gencatan senjata.
Pihak yang terlibat sebagaimana dimaksud oleh China adalah Amerika Serikat (AS), NATO dan negara-negara aliansinya, hingga Rusia .
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, China menjelaskan bagaimana konflik di Ukraina menyebabkan timbulnya berbagai macam krisis.
Gang, Rabu (20/7/2022).
Qin Gang mengungkit saat ini telah terjadi banyak krisis mulai dari ekonomi, naiknya jumlah imigran, krisis energi hingga pangan.
"China menyerukan gencatan senjata segera, dimulainya kembali perundingan damai. Seluruh pihak yang terlibat harus ikut, termasuk Rusia , AS dan aliansi NATO," kata Qin Gang.
Qin Gang meminta seluruh pihak untuk duduk bersama dan mencari jalan keluar yang disetujui bersama.
Ia turut menegaskan bahwa kedaulatan dan integritas wilayah seluruh negara harus dihormati.
Sementara itu pada Senin (18/7/2022), Menteri Luar Negeri Ukraina, Dmitry Kuleba mendeklarasikan bahwa negosiasi damai dengan Rusia hanya mungkin terjadi saat Rusia kalah di medan perang.
Semenjak gagalnya perundingan damai di Turki, belum ada lagi agenda besar perundingan damai yang dilakukan oleh Rusia dan Ukraina.
Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina Hari ke-152, Rusia Buka Jalan ke Donetsk, Ukraina Tolak Diplomasi
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, namun NATO justru meyakini konflik antara Rusia dan Ukraina akan berakhir lewat negosiasi.
Pernyataan ini disampaikan oleh Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg, Sabtu (25/6/2022).
"Kemungkinan besar, perang ini akan berakhir di meja negosiasi," kata Stoltenberg.
Stoltenberg menjelaskan, saat ini tanggung jawab NATO adalah untuk memastikan Ukraina memiliki posisi yang kuat saat melakukan perundingan dengan Rusia agar kedaulatan negara di Eropa tetap terjaga.
Menurut Stoltenberg, cara paling ampuh untuk membantu Ukraina adalah dengan mengirimkan bantuan militer, ekonomi, hingga sanksi terhadap musuh Ukraina yakni Rusia .
Saat ditanya kapan negosiasi damai akan terwujud, Stoltenberg menolak untuk berkomentar.
"Perdamaian selalu dapat dicapai jika Anda menyerah," kata dia.
"Namun Ukraina berperang demi kemerdekaannya, demi haknya untuk berdiri, demi hak untuk menjadi negara demokrasi tanpa menyerah kepada kekuatan Rusia ."
"Dan Ukraina siap untuk membayar harga yang sangat tinggi untuk mengorbankan diri mereka demi nilai-nilai tersebut."
"Bukan hak kita untuk menjelaskan kepada mereka sejauh mana pengorbanan harus dilakukan," papar Stoltenberg. (*)
Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina
Artikel ini telah tayang di Tribun Video dengan judul Upaya Rebut Kembali Kherson, Pasukan Kyiv Serang 2 Jembatan untuk Hambat Rantai Suplai Pasukan Rusia