Konflik Rusia Vs Ukraina
Nasib para Pengungsi Ukraina, Diancam Dibuang ke Afrika hingga Jadi Target Orang Mesum
Berada dalam kondisi yang rentan, sejumlah pengungsi dari Ukraina ada yang mengalami sejumlah masalah seusai pergi ke negara lain.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Nasib buruk dialami oleh sejumlah pengungsi Ukraina ketika mereka mencoba pergi dari konflik di negaranya yang diserang Rusia ke negara lain.
Masalah yang dihadapi para pengungsi Ukraina pun beragam, mulai dari isu asusila hingga kehidupan mereka di negara yang mereka tempati kini.
Dilansir TribunWow.com, berikut ini adalah sejumlah nasib para pengungsi Ukraina seusai pergi ke negara lain.
Baca juga: Survei Tunjukkan Mayoritas Warga Ukraina Salahkan Zelensky dan AS atas Konflik Lawan Rusia
Polandia Minta Pengungsi Ukraina Mandiri
Dimulai pada Jumat (1/7/2022), pemerintah Polandia kini telah menghentikan pemberian bantuan uang kepada pengungsi asal Ukraina.
Sebelumnya pengungsi asal Ukraina sehari-hari diberikan jatah oleh pemerintah Polandia sebesar $9 atau sekira Rp 135 ribu untuk makan.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pengumuman dihentikannya bantuan uang ini disampaikan oleh Pawel Szefernaker selaku Wakil Menteri Dalam Negeri dan Komisioner untuk pengungsi.
"Kami meyakini banyak orang di Polandia memiliki kapabilitas untuk independen dan beradaptasi," ujar Pawel.

Baca juga: 4 Fakta Putin Jadi Bahan Ledekan, Diandaikan Jadi Wanita hingga Foto Buka Baju
Pemerintah Polandia berharap pengungsi Ukraina dapat lebih mandiri dan aktif mencari kerja seusai bantuan uang tak lagi diberikan.
"Empat bulan perlindungan penuh, menurut kami adalah waktu yang cukup untuk beradaptasi di Polandia," jelas Pawel.
Pawel menyampaikan, pihak yang masih akan mendapat bantuan adalah penyandang disabilitas, ibu hamil, dan keluarga yang memiliki banyak anak.
Data dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjukkan Polandia menerima paling banyak pengungsi dari Ukraina dibandingkan negara-negara lainnya.
Diperkirakan ada sekira 4,3 juta warga Ukraina yang mengungsi ke luar dari Ukraina lewat Polandia, dan 1,5 juta pengungsi menetap di Polandia.
Terancam Dibuang ke Afrika
Pemerintah Inggris menyatakan akan mengusir pengungsi dari Ukraina di Inggris dalam kategori tertentu.
Pernyataan ini disampaikan oleh Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pengungsi Ukraina yang datang secara ilegal ke Inggris nantinya akan dibuang atau dideportasi ke Rwanda, Afrika.
"Jika Anda datang ke sini secara ilegal, Anda mengganggu mereka yang datang ke sini secara legal," ujar Boris.
Baca juga: 1 Keluarga Meninggal hingga Bocah 12 Tahun Tewas, Zelensky Ungkit Korban Misil Rusia di Odesa
Namun Boris menambahkan, kemungkinan besar tidak akan ada pengungsi Ukraina yang dibuang ke Afrika.
Boris sendiri mengatakan, strategi memindahkan pengungsi ilegal ke Rwanda akan merusak bisnis para pelaku perdagangan orang yang memindahkan orang-orang secara ilegal ke Inggris.
Kebijakan pemerintah Inggris terkait mendeportasi pengungsi Ukraina ke Afrika telah menuai protes dan kritik dari oposisi hingga kelompok-kelompok HAM.
Politisi di Inggris juga memperingatkan bahwa kebijakan membuang pengungsi ke Afrika justru dapat memperparah kejahatan perdagangan manusia.
Mahasiswi Ukraina Jadi Target Pelecehan
Mahasiswi asal Ukraina bernama Alina (21) mengaku butuh perjuangan sebelum menemukan rumah singgah saat mengungsi ke Inggris.
Alina menyebut banyak oknum di Inggris yang berusaha memanfaatkan kondisi para pengungsi yang segera butuh tempat tinggal.
Pada akhirnya Alina kini tinggal bersama Beth (33), seorang wanita yang bekerja sebagai ilmuwan biomedis dan ketua pramuka di Cardiff.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, sebelum memutuskan untuk tinggal bersama Beth, Alina memerlukan waktu yang tak singkat.
Ia pertama mengecek seperti apa kehidupan pribadi Beth lewat akun media sosial (medsos) milik Beth.
Selain itu, Beth juga melakukan berbagai upaya supaya mendapat kepercayaan Alina.
Beth menjelaskan bahwa ia akan menyediakan tempat tinggal gratis kepada Alina selama satu tahun tanpa menuntut bayaran apapun.
"Saya berpikir, saya merasa aman dengan wanita ini," ujar Alina.

Baca juga: Menlu Rusia Sebut Sudah Tak Percaya Lagi pada Amerika dan Uni Eropa, Singgung soal Tirai Besi
Alina bercerita, ia sempat menerima pesan-pesan mengkhawatirkan di email dan WhatsApp-nya.
"Saya berhadapan dengan banyak orang yang ingin mengambil keuntungan dari saya," kata Alina.
Alina bercerita, beberapa pesan tersebut menawarkan Alina untuk bekerja sebagai babysitter, hingga menjaga anjing.
Alina mengakui pesan-pesan itu membuatnya curiga.
"Saya seorang pengungsi, saya butuh tempat aman untuk tinggal. Saya tidak sedang mencari uang atau pekerjaan," kata dia.
"saya mendengar ada banyak orang, gadis yang ditawari kamar dengan bayaran hubungan seks," ujar Alina.
Terancam Jadi Gelandangan meskipun Kerja
Inggris adalah satu dari beberapa negara yang menjadi tujuan utama para pengungsi dari Ukraina seusai pasukan militer Rusia datang menginvasi.
Per 29 Mei 2022, total ada 65,700 pengungsi Ukraina di Inggris.
Dikutip TribunWow.com dari Theguardian.com, puluhan ribu pengungsi tersebut kini terancam berakhir menjadi gelandangan di Inggris.

Baca juga: VIDEO Alasan Rusia Tarik Pasukannya dari Pulau Ular, supaya Ukraina Bisa Ekspor Produk Pertanian
Sementara ini pengungsi Ukraina masih ditampung oleh para warga Inggris yang bersedia menjadi host atau tuan rumah bagi para pengungsi.
Namun ketika masa waktu tinggal di rumah host habis, para pengungsi Ukraina mau tidak mau harus mencari tempat tinggal sendiri.
Di Inggris sendiri terdapat pengecekan ketat mengenai latar belakang calon orang yang akan menyewa rumah.
Berbagai dokumen harus disiapkan oleh orang yang akan menyewa, mulai dari rekam jejak pendapatan hingga dokumen-dokumen penting lainnya.
Kelengkapan dokumen ini mustahil bisa dipenuhi oleh beberapa pengungsi yang pergi dari Ukraina dalam kondisi darurat karena invasi Rusia.
Opora, sebuah jaringan yang bergerak membantu masyarakat Ukraina telah mendapat laporan adanya keluarga asal Ukraina yang tidak bisa menyewa rumah karena gagal dalam pengecekan latar belakang.
Padahal ada pengungsi yang memiliki uang yang cukup dan pekerjaan dengan penghasilan yang stabil.
Pasangan suami istri asal Ukraina di Inggris bernama Dmytro Chapovski, seorang teknisi piranti lunak dan Polina, seorang fisioterapis gagal ditolak oleh 12 agensi saat mencari rumah untuk disewa.
Saat ini baru sebagian kecil pengungsi yang merasakan halangan ini, namun diprediksi ribuan pengungsi Ukraina lainnya akan terkena dampaknya seiring habisnya program warga Inggris untuk menyediakan tempat tinggal bagi pengungsi.
Dirudapaksa di Lokasi Pengungsian
Peribahasa 'Sudah jatuh tertimpa tangga' tampaknya tepat untuk melukiskan nasib nahas seorang gadis pengungsi Ukraina.
Setelah berhasil melarikan diri dari serangan Rusia, gadis muda itu justru diduga menjadi korban rudapaksa oleh dua orang pria pada Minggu (6/3/2022).
Ironisnya, aksi bejat tersebut dilakukan oleh rekan sesama pengungsi dari Ukraina yang berkewarganegaraan Irak dan Nigeria.
Dilansir Daily Mail UK, Selasa (15/3/2022), seorang gadis Ukraina berusia 18 tahun diduga telah dirudapaksa oleh dua pria di penampungan pengungsi.
Baca juga: Minta Biden Keluar dari NATO, Politisi AS Ungkap Siapa yang Raup Untung dari Konflik Ukraina
Wanita itu dilaporkan diserang oleh dua pria secara bergantian di kapal hotel Oscar Wilde yang berasal dari Jerman.
Terduga penyerang, pria berusia 37 dan 26 tahun, diketahui berasal dari Irak dan Nigeria tetapi juga memiliki kewarganegaraan Ukraina.
Kantor kejaksaan Dusseldorf mengkonfirmasi bahwa polisi telah melakukan penyelidikan dan menangkap dua pria, yang hingga saat ini masih ditahan.
Sebagai informasi, di samping tamu yang membayar, lebih dari 25 pengungsi menginap di kapal hotel tersebut setelah invasi Rusia ke Ukraina bulan lalu.
Menurut PBB, sejak dimulainya invasi Rusia, lebih dari tiga juta orang, termasuk sekitar satu juta anak-anak, telah meninggalkan Ukraina ke negara-negara lain di Eropa.
Hampir seluruhnya didominasi perempuan dan anak-anak yang melarikan diri melintasi perbatasan Ukraina.
Kekhawatiran pun berkembang tentang bagaimana cara melindungi pengungsi yang paling rentan menjadi sasaran perdagangan manusia atau menjadi korban eksploitasi lainnya itu.
Anggota parlemen Andrea Lindholz mengatakan bahwa polisi harus berbuat lebih banyak untuk memastikan perlindungan perempuan Ukraina.
Ia memperingatkan kasus dugaan pemerkosaan di Oscar Wilde menandakan bahwa petugas harus segera bertindak melaksanakan hal tersebut.
Kasus ini adalah dugaan pemerkosaan kedua terhadap pengungsi Ukraina.
Pekan lalu, seorang pria ditangkap di Polandia karena dicurigai merudapaksa seorang pengungsi berusia 19 tahun.
Seorang pria berusia 49 tahun ditahan di Wroclaw, Polandia, setelah dia diduga memikat wanita muda itu dengan tawaran bantuan melalui internet.
"Tersangka bisa menghadapi hingga 12 tahun penjara karena kejahatan brutal," kata pihak berwenang.
"Dia bertemu gadis itu dengan menawarkan bantuannya melalui portal internet."
"Gadis itu melarikan diri dari Ukraina yang dilanda perang, ia tidak berbicara bahasa Polandia. Dia memercayai seorang pria yang berjanji untuk membantu dan melindunginya. Sayangnya, semua ini ternyata merupakan manipulasi yang menipu."(TribunWow.com/Anung/Via)