Konflik Rusia Vs Ukraina
Remaja Ukraina Disandera Rusia, sang Ayah Sebut Ditawan di Sel Bersama Tahanan Perang
Seorang remaja Ukraina diduga disandera oleh pihak Rusia dan sempat ditahan di penjara.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Beberapa minggu telah berlalu sejak remaja Ukraina Vlad Buryak dilaporkan ditangkap.
Dilansir TribunWow.com, sang ayah, Oleg Buryak, mengatakan anaknya disandera oleh pasukan Rusia.
Seperti dilaporkan Al Jazeera, Jumat (1/7/2022), Buryak adalah kepala administrasi militer di Zaporizhzhia, ibu kota wilayah Zaporizhia.
Baca juga: Pemerintah Rusia Minta Rakyatnya Jadi Cepu Laporkan Aksi Kritik Pro Ukraina
Ia yakin Vlad menjadi sasaran karena perannya sebagai pejabat senior di pemerintahan.
Sementara pasukan Rusia sekarang menguasai empat distrik di Zaporizhia, wilayah tenggara di sungai Dnieper, zona Buryak tetap berada di tangan Ukraina.
"Saya tidak akan membiarkan siapa pun mengambilnya," kata Buryak kepada Al Jazeera dalam sebuah wawancara melalui telepon.
Namun, ia mengaku merasa tak berdaya terkait dugaan penangkapan putranya yang berusia 16 tahun itu.
Pada tanggal 8 April, sekitar sebulan setelah pasukan Rusia merebut kota Zaporizhian dan Melitopol, konvoi mobil sipil yang berusaha mengevakuasi daerah yang diduduki perlahan-lahan maju melalui pos pemeriksaan yang diawaki oleh tentara Rusia.
Vlad berada di salah satu mobil itu, menuju Zaporizhzhia untuk bersama ayahnya.
Setelah tentara memeriksa dokumennya dan menyadari siapa ayahnya, ia menjadi anak pertama, dan sejauh ini, diduga disandera untuk tujuan politik.

Baca juga: Dituduh Bertanggung Jawab Culik Paksa Anak-anak Ukraina, Sekutu Putin Dikenai Sanksi oleh Inggris
Buryak mengatakan selama 48 hari pertama, putranya ditahan di sel bersama tawanan perang dewasa.
Dia kemudian dipindahkan ke lokasi dengan kondisi yang lebih baik.
Dia sekarang memiliki akses ke kamar mandi dan toilet, dan ponsel yang dia gunakan untuk menelepon ayahnya.
Untuk melindungi putranya, Buryak tidak dapat mengungkapkan apa yang diinginkan penculik anak itu atau detail apa pun tentang apa yang dialami putranya.
“Saya tidak bisa mengatakan apa yang dia lihat atau dengar. Dari sandera, dia bisa menjadi saksi. Dan saksi-saksi seperti itu bisa disingkirkan sehingga tidak ada yang bisa menemukan mayatnya,” kata Buryak.
“Dia mengirimi saya sebuah lagu."
Buryan mengirim sebuah video yang di dalamnya, seorang wanita bernyanyi, "Kalau saja aku bisa melihatmu, aku bersumpah aku tidak akan membutuhkan lebih banyak lagi."
“Putraku belum pernah mengirimiku lagu sebelumnya,” desah Buryak.
Tetapi ketika ditanya bagaimana dia mengatasinya, Buryak mengatakan orang lain di Ukraina memiliki masalah yang lebih serius.
“Ada orang yang kehilangan anaknya, atau anaknya meninggal. Ada orang tua yang anaknya hilang tanpa jejak," ujar Buryak.
PBB Khawatir Terjadi Adopsi Paksa
Selama terjadinya konflik antara Ukraina dan Rusia, diketahui terdapat banyak anak warga Ukraina yang dipindahkan ke Rusia sejak terjadinya awal serangan pada Februari 2022 lalu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) alias United Nations (UN) kini menyoroti isu kemungkinan terjadinya adopsi paksa yang dilakukan oleh warga Rusia terhadap anak-anak Ukraina.
Isu ini dibahas oleh Afshan Khan selaku Direktur Regional UN Children Fund untuk Eropa dan Asia Tengah.

Baca juga: Tidak Akui Rusia Sedang Perangi Ukraina, Putin Disebut Kesulitan Mobilisasi Pasukan Militernya
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Afshan menegaskan para anak-anak Ukraina tersebut tidak bisa diasumsikan sebagai anak yatim piatu.
Afshan menjelaskan, kebijakan mengadopsi anak harus selalu didasari kepentingan sang anak.
"Terkait anak-anak yang telah dipindahkan ke Rusia, kami bekerja dengan ombudspersons dan jaringan untuk bagaimana kita dapat mendokumentasi kasus-kasus tersebut," ujar Afshan.
Afshan mengatakan, untuk saat ini tidak ada akses menuju anak-anak tersebut.
Sebelumnya diberitakan, menurut informasi dari pemerintah Ukraina sebanyak ratusan anak-anak di Ukraina telah tewas akibat konflik.
Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, informasi ini disampaikan oleh kantor Kejaksaan Ukraina.
Selain tewas terbunuh, ribuan anak-anak juga disebut telah diculik oleh pemerintah Rusia.
Pernyataan ini disampaikan oleh Kementerian Luar Negeri Ukraina.
Menurut informasi Kemenlu Ukraina, sebanyak 2.389 anak-anak warga Donetsk dan Luhansk telah dibawa keluar secara ilegal dari wilayah Ukraina.
Ribuan anak-anak tersebut diketahui dibawa masuk ke wilayah Rusia.
Pemerintah Ukraina menyatakan Rusia telah melanggar hukum internasional.
"Kami meminta dunia internasional untuk merespons segera terhadap aksi ilegal pemindahan anak-anak, untuk menekan Rusia agar menghentikan perang melawan masyarakat Ukraina," jelas Kemenlu Ukraina.(TribunWow.com/Via/Anung)