Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia Tuding Pemimpin G7 akan Gunakan Aset Negaranya yang Dibekukan untuk Bantu Ukraina
Para pemimpin negara G7 disebut-sebut akan gunakan aset Rusia yang dibekukan untuk memberi bantuan pada Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
Ia mengatakan negara-negara UE juga memblokir aset berwujud, khususnya, kapal pesiar dan vila, nilainya diperkirakan 10 miliar euro (Rp 156 triliun).
Komisaris tersebut tidak merinci apakah semua negara Uni Eropa memberikan informasi tentang pemblokiran aset Rusia.
Baca juga: Putin Disebut Anak Bermasalah sejak Kecil, Guru dan Sahabat Ungkap Kisah Hidup Presiden Rusia
Dia juga tidak menjelaskan mengapa UE hanya dapat membekukan 'begitu sedikit aset' Bank Rusia.
Negara-negara Barat, dengan latar belakang invasi Ukraina, memberlakukan sanksi keras terhadap Rusia, termasuk membekukan cadangan devisa.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov sebelumnya memperkirakan jumlah aset yang diblokir adalah setengah dari cadangan emas Rusia, atau sekitar $300 miliar (Rp 4,3 kuadriliun).
Kremlin menyebut sanksi itu sebagai perang ekonomi, tetapi mencatat kesiapan untuk perkembangan peristiwa semacam itu.
Bank Rusia diklaim telah mengambil langkah-langkah untuk menstabilkan situasi di pasar valuta asing.
Selain itu, Rusia menuntut pembayaran untuk pasokan gas ke negara-negara yang tidak bersahabat dalam bentuk ke rubel.
Pemerintah juga menyiapkan rencana untuk melawan tindakan pembatasan, yang mencakup sekitar seratus inisiatif.
Jumlah pendanaannya akan menjadi sekitar satu triliun rubel (sekitar Rp 224 triliun).
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov sempat mengecam gagasan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell.
Pasalnya, Borell mengusulkan untuk menyita aset Rusia yang dibekukan di luar negeri guna menyerahkannya ke Ukraina.
Pemberian aset Rusia tersebut dinilai tepat sebagai bentuk pertanggungjawaban atas kerusakan yang ditimbulkan di Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari TASS, Kamis (12/5/2022), Lavrov naik pitam dan mengatai usulan itu sebagai pencurian terang-terangan.
"(Proposal ini), bisa dikatakan, adalah pencurian, yang bahkan tidak mereka coba sembunyikan," kata Lavrov pada hari Selasa (10/5/2022) saat konferensi pers yang mengakhiri kunjungannya ke Aljazair.