Konflik Rusia Vs Ukraina
Pejabat 'Boneka' Rusia di Ukraina Tewas karena Bom di Mobil, Videonya Beredar di Medsos
Seorang pejabat pilihan pemerintah Rusia di wilayah Ukraina tewas mengenaskan karena ledakan bom yang dipasang di mobilnya.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Nasib mengenaskan menimpa seorang pejabat pemerintah daerah di Kota Kherson, Ukraina yang kini dikuasai oleh pasukan militer Rusia.
Pejabat yang tewas ini diketahui merupakan pejabat yang dipilih oleh pemerintah Rusia untuk mengatur administrasi di Kherson.
Dikutip TribunWow.com dari themoscowtimes.com, pejabat tersebut diketahui tewas karena bom yang meledak di mobilnya, pada Jumat (24/6/2022).
Baca juga: Sebut Tak Masuk Akal untuk Terus Bertahan, Gubernur Luhansk Pastikan Pasukan Militer Ukraina Mundur
Korban diduga kuat merupakan target pembunuhan berencana.
Diketahui korban bernama Dmitry Savluchenko dan menjabat di Dinas Olahraga, Keluarga dan Kepemudaan di Kherson.
Video kondisi setelah ledakan terjadi beredar luas di media sosial (medsos).
Tampak mobil yang meledak dan menewaskan Savluchenko dalam kondisi rusak parah.
Sementara itu beberapa meter dari mobil tersebut, tergeletak jasad Savluchenko.
Sebelum insiden yang menimpa Savluchenko, kasus bom di mobil sempat beberapa kali terjadi di Kherson yang mengincar tokoh-tokoh pro Rusia.
Namun sejauh ini para korban kecuali Savluchenko berhasil selamat meskipun luka-luka.
Baca juga: Sempat Dipuji, Drone Buatan Turki Kini Dianggap Sudah Tak Mampu Lawan Pasukan Rusia di Ukraina
Diketahui di wilayah Ukraina yang saat ini dikuasai Rusia masih terdapat perlawanan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina.
Dilansir TribunWow.com dari skynews, satu dari beberapa perlawanan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina terjadi di Kherson.
Meskipun dilakukan di dalam wilayah musuh, perlawanan yang dilakukan oleh pasukan Ukraina memiliki pengaruh yang tak dapat diremehkan.
Laporan dari Institut Studi Perang di Inggris menjelaskan, perlawanan yang dilakukan Ukraina menyebabkan Rusia sulit mengkonsolidasikan kekuatan di wilayah yang baru saja mereka kuasai.
Pendapat yang sama turut disampaikan oleh Letjen Purnawirawan tentara Amerika Serikat (AS), Mark Hertling.
Hertling mengatakan perlawanan yang dilakukan oleh Ukraina di wilayah kekuasaan musuh akan memiliki dampak yang nyata.
Baca juga: Ledek Macron, Pabrik Senjata di Rusia Tantang Prancis Kirim Lebih Banyak Artileri ke Ukraina

Pemerintah Ukraina Mulai Diprotes Rakyatnya
Rasa kesal dan frustasi mulai tumbuh di masyarakat Ukraina.
Rakyat Ukraina kini mulai memprotes pemerintah mereka karena mengirimkan warga sipil yang tak memiliki pengalaman militer untuk berperang menghadapi pasukan Rusia.
Dikutip TribunWow.com dari Skynews, seiring naiknya korban jiwa dari pihak Ukraina, warga di sana mulai memprotes lantaran anggota keluarga mereka ada yang dikirim untuk berperang melawan Rusia padahal tak memiliki pengalaman perang.
Warga Kyiv/Kiev bernama Viktoriia Bilan-Raschuk (43) menjelaskan bagaimana suaminya dikirim untuk berperang di Severodonetsk padahal tak memiliki latar belakang militer.
Mirisnya, Viktoriia harus menabung uang demi bisa membeli perlengkapan militer untuk suaminya.
Viktoriia mengaku siap untuk memprotes kondisi yang ia alami.
"Pemerintah tidak melakukan banyak hal untuk mendukung mereka. Semakin lama ini berlangsung, makin banyak orang yang akan marah," kata dia.
Sebelumnya, pejabat Rusia menyebut pemerintah Ukraina bersikap munafik terkait nasib warga sipil yang terjebak di pabrik kimia Azot, Severodonetsk.
Sikap yang sama diklaim pernah ditunjukkan saat insiden pengepungan di pabrik Azovtal, Mariupol.
Sama seperti di Mariupol, Rusia menekankan pasukannya tak pernah menahan warga sipil untuk menyelamatkan diri.
Dilansir TASS, Rabu (15/6/2022), Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia,mengatakan tidak ada hambatan lain bagi warga sipil untuk meninggalkan pabrik Azot di Severodonetsk.
Ia menilai justru keputusan Kiev dan pihak nasionalislah yang melarang orang-orang tersebut untuk keluar.
Hal ini diklaim sebagai strategi untuk menjadikan para tentara dan tentara yang terjebak sebagai tameng manusia.
"Federasi Rusia secara terbuka dan resmi menyatakan bahwa tidak ada hambatan untuk keluarnya warga sipil dari wilayah pabrik Azot, dengan pengecualian keputusan prinsip dari otoritas Kiev dan komandan unit nasionalis untuk terus menjaga warga sipil sebagai perisai manusia,” tegas Mizintsev dikutip TribunWow.com.
Ia mengklaim Kiev dengan munafik tidak memberikan perintah kepada tentaranya untuk menghentikan serangan.
Seperti yang terjadi di pabrik Azovstal di Mariupol, Mizintsev menyebut mereka yang bertahan di pabrik Azot hanya dijadikan martir.
Jenderal tersebut mengatakan warga sipil disandera di pabrik dan diabaikan.
"Rezim Kiev sekali lagi menunjukkan wajah aslinya dan ketidakpedulian total terhadap kehidupan wanita tak berdosa, anak-anak dan orang tua, yang ditawan oleh teroris gila di pabrik Azot," tuding Mizintsev.
Sementara itu, dilaporkan sekira 12 ribu warga Kota Severodonetsk kini tengah terjebak di dalam kota tak bisa keluar.
Mayoritas dari mereka berlindung di bunker di bawah pabrik kimia Azot.(TribunWow.com/Anung/Via)