Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Peta Berubah, Menlu Rusia Isyaratkan Pencaplokan Wilayah, Singgung Hilangnya Perbatasan Ukraina

Juru Bicara Menteri Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyinggung perihal hilangnya perbatasan wilayah Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Aris Messinis/AFP
Warga Irpin, Ukraina membawa bayinya saat kabur dari serangan pasukan militer Rusia, 7 Maret 2022. Terbaru, menlu Rusia sebut perbatasan Ukraina sudah tak lagi sama seperti awalnya, Jumat (17/6/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Juru Bicara Menteri Luar Negeri Rusia Maria Zakharova menyinggung perihal hilangnya perbatasan wilayah Rusia.

Ia mengatakan wilayah perbatasan Ukraina sudah berubah setelah invasi Rusia.

Pernyataan ini pun disebut sebagai pertanda bahwa tujuan Rusia menyerang negara tetangganya adalah untuk menguasai wilayah dan memperlebar kekuasaan.

Diduga, Rusia ingin kembali melakukan pencaplokan seperti yang terjadi di Krimea pada 2014.

2 tentara Rusia melakukan patroli di teater Mariupol, Ukraina pada 12 April 2022.
2 tentara Rusia melakukan patroli di teater Mariupol, Ukraina pada 12 April 2022. (AFP)

Baca juga: Kembali Kunjungi Ukraina, PM Inggris Boris Johnson Tawari Zelensky Program Pelatihan Militer Berikut

Baca juga: Presenter TV Amerika Bongkar Kebohongan Joe Biden soal Putin dan Konflik Rusia-Ukraina

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Jumat (17/6/2022), Zakharova mengatakan bahwa Ukraina tidak lagi ada di bekas perbatasannya.

Dalam sebuah wawancara dengan Sky News Arabia di sela-sela forum ekonomi SPIEF, ia menekankan bahwa ini adalah fakta yang jelas.

"Ukraina yang anda dan kami tahu di dalamnya, pada kenyataannya, perbatasannya yang sebelumnya, tidak ada lagi. Dan tidak akan ada lagi. Ini jelas," kata Zakharova.

Sebelumnya, mantan Presiden Rusia Dmytri Medvedev pernah mengatakan hal serupa.

Ia sempat mencibir Ukraina dengan mengatakan negara itu sudah tak akan ada lagi di peta dalam waktu dua tahun ke depan.

Ejekan ini juga ditujukan kepada Barat terutama Amerika yang selama ini aktif membantu negara Presiden Volodymyr Zelensky tersebut.

Ucapan ini dinilai menjadi isyarat genosida atau pelenyapan etnis Ukraina oleh Rusia yang kerap dituduhkan selama perang.

Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Rabu (15/6/2022), melalui unggahan di Telegram, Medvedev terang-terangan mengejek Barat dengan mengklaim bahwa Ukraina tidak akan ada lagi pada tahun 2024.

Mantan presiden Rusia tahun 2008 hingga 2012 yang kerap memberikan pernyataan kontroversial itu pun menyinggung soal krisis yang dialami Ukraina setelah invasi.

Ia menyebut negara tersebut bergantung dengan Barat untuk mendapat cadangan gas selama dua tahun.

Namun, Medvedev sangsi Ukraina masih akan ada dalam jangka waktu dua tahun ke depan karena invasi Rusia.

"Saya melihat laporan bahwa Ukraina ingin menerima LNG (gas alam cair) dari tuannya di luar negeri di bawah Perjanjian Pinjam-Sewa, dengan pembayaran untuk pengiriman dalam dua tahun," kata Medvedev.

"Jika tidak, itu hanya akan membeku sampai mati pada musim dingin yang akan datang ini. Hanya sebuah pertanyaan. Siapa bilang Ukraina akan ada di peta dunia dalam dua tahun?"

"Meskipun Amerika tidak lagi peduli, (karena) mereka begitu terjerumus dalam proyek anti-Rusia sehingga segala sesuatu yang lain tidak ada artinya bagi mereka."

Ungkapan Medvedev ini pun menuai kontroversi lantaran pernyataannya menyebut seolah Ukraina akan lenyap.

Bahkan, perkataan tersebut dikaitkan dengan upaya genosida yang diduga tengah dilakukan Rusia selama invasi.

Di sisi lain, Medvedev juga mengklaim bahwa Barat akan menuai krisis dari sanksi terhadap Rusia, karena ekonominya anjlok.

"Kami sangat mengharapkan paket lain sanksi Eropa dan solusi sanksi besar oleh Kakek Joe (Presiden AS Joe Biden) di mana para pembuat sanksi ini segera mulai membuat skema untuk menghindarinya," ujar Medvedev.

"Tetapi beberapa politisi di Barat sekarang menyadari mereka tidak dapat bertahan hidup tanpa negara kita."

"Jika tidak, mereka tidak akan mendapatkan: makanan untuk warganya, pupuk untuk menghasilkan makanan bagi warganya, sumber energi untuk produksi makanan dan panas untuk warganya, logam dan produk lain untuk memproduksi mesin dan mekanisme bagi warganya, bahan bakar untuk PLTN Eropa dan Amerika yang menghasilkan 20-40 persen tenaga listrik untuk warganya."

Baca juga: Pancing Kemarahan Rusia, Zelensky Pamer Foto Tangkap Politikus Ukraina Sahabat Putin, Tuntut Hal Ini

Baca juga: Zelensky Kirim Pesan untuk Putin, Presiden Ukraina akan Katakan Ini jika Bertemu Pimpinan Rusia

Zelensky Tahan Tangis saat Berkunjung ke Bucha

Pada kesempatan yang sama Zelensky sempat tak kuasa menahan emosi melihat kondisi kota Bucha, yang berada di dekat ibukota Kiev.

Ia sempat kesulitan bicara lantaran berusaha membendung air mata ketika memberi pernyataan pada awak media.

Presiden 44 tahun itu pun menegaskan bahwa kejahatan perang yang dilakukan oleh Rusia harus mendapat pengadilan.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menahan tangis saat datangi lokasi mayat bergelimpangan di kota Bucha yang belum lama ditinggalkan pasukan Rusia, Senin (4/4/2022).
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menahan tangis saat datangi lokasi mayat bergelimpangan di kota Bucha yang belum lama ditinggalkan pasukan Rusia, Senin (4/4/2022). (RONALDO SCHEMIDT/AFP)

Diketahui, Bucha adalah wilayah yang sempat dijadikan pangkalan militer Rusia dalam usahanya menguasai Kiev.

Setelah pasukan Rusia ditarik mundur, baru terlihat sisa-sisa kekejaman perang di tempat tersebut.

Dari foto-foto dan video yang beredar, ratusan mayat bergelimpangan di jalan dan rumah-rumah.

Sementara itu, ditemukan bukti kekerasan pada masyarakat sipil di ruang-ruang bawah tanah.

"Ini adalah kejahatan perang dan akan dinyatakan sebagai genosida oleh dunia," kata Zelensky dilansir TribunWow.com dari YouTube Daily Mail, Selasa (5/5/2022).

"Kalian (awak media) telah datang hari ini dan melihat langsung apa yang terjadi."

"Kami tahu ribuan orang telah dibunuh dan disiksa dengan tubuh yang diamputasi, wanita dirudapaksa, anak-anak dibunuh."

Terdiam sejenak, Zelensky menunduk dan menggelengkan kepalanya.

"Ini memang genosida," ucapnya.

Dilansir The Sun, Selasa (5/4/2022), presiden 44 tahun tersebut melanjutkan pernyataannya.

“Kami adalah warga Ukraina. Kami memiliki lebih dari 100 kebangsaan. Ini tentang penghancuran, dan pemusnahan semua bangsa ini," ujar Zelensky.

Dia menekankan bahwa setiap kejahatan penjajah di wilayah negara itu akan diselidiki.

Ia juga bersumpah bahwa penjahat perang akan dibawa ke pengadilan.

"Setiap orang yang bersalah atas kejahatan semacam itu akan dimasukkan ke dalam Buku Algojo khusus, mereka)  akan ditemukan dan dihukum," tekan Zelensky.

"Dunia telah melihat banyak kejahatan perang. Waktunya telah tiba untuk menjadikan kejahatan perang yang dilakukan oleh pasukan Rusia sebagai kejahatan terakhir di Bumi."

"Sangat sulit untuk berbicara ketika anda melihat apa yang telah mereka lakukan di sini," tutupnya.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVolodymyr ZelenskyVladimir PutinMaria Zakharova
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved