Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Berhasil Bebas, Warga Ukraina Sebut Ada Tentara Asing di Severodonestk, Akui Sempat Dilarang Keluar

Seorang wanita yang mengaku sebagai warga Ukraina menuturkan kondisi di pabrik kimia Azot di Severodonetsk yang dikepung Rusia.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Atri Wahyu Mukti
Telegram RIA Novosti
Mengaku sebagai warga sipil Ukraina, seorang wanita yang berhasil mengungsi dari pabrik kimia Azot, Severodonetsk memberikan kesaksian, Kamis (16/6/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Seorang wanita yang mengaku sebagai warga Ukraina menuturkan kondisi di pabrik kimia Azot, Severodonetsk, wilayah Luhanks yang dikepung Rusia.

Warga sipil yang disebut berhasil melarikan diri itu mengatakankan adanya tentara asing di bunker pabrik.

Dilaporkan media Rusia, masyarakat sipil juga dilarang keluar oleh pasukan militer Ukraina yang mempertahankan tempat tersebut.

Severodonetsk, kota Ukraina paling timur yang selama berminggu-minggu berada di bawah serangan berat Rusia.
Severodonetsk, kota Ukraina paling timur yang selama berminggu-minggu berada di bawah serangan berat Rusia. (AFP)

Baca juga: Berakhir Ditangkap Rusia, Veteran Tentara AS Ingin Bantu Ukraina karena Kasihan Lihat Pemuda di Sana

Baca juga: Sebut Ukraina Munafik seperti di Mariupol, Rusia Bantah Larang Warga Sipil Keluar dari Pabrik Azot

Dilansir TribunWow.com, sebuah video singkat dibagikan RIA Novosti melalui kanal resmi Telegram, Kamis (16/6/2022).

Dalam tayangan tersebut, seorang wanita berambut pirang dan memakai hoodie beige memberikan keterangan.

Ia disebut berhasil melarikan diri dari tempat perlindungan di Azot.

Dibelakangnya, tampak sejumlah orang berjalan dan beberapa mobil serta kendaraan militer terparkir di tanah lapang.

Anna dan menantu perempuannya Alina, bersama anak-anak mereka, tinggal di ruang bawah tanah pabrik yang disebut pos pemeriksaan kedua Azot itu.

Mereka berlindung selama dua bulan (sejak tanggal 5 April) setelah sebuah bom menghantam rumahnya.

Di pabrik tersebut, dia menyoroti adanya sejumlah tentara asing yang juga berada di lokasi.

"Banyak tentara bayaran, sangat banyak. Berapa jumlahnya yang ada, saya tidak tahu, mereka dipisahkan dari yang lain. Mereka kebanyakan berbicara satu sama lain dalam bahasa Inggris. Dan dalam bahasa asing lainnya," kata Anna.

Dikatakan pula bahwa para militan asing dan tentara Ukraina tidak mengizinkan warga sipil meninggalkan ruang bawah tanah.

"Mereka menjelaskan kepada kami bahwa di luar berbahaya, ada semacam pembersihan yang terjadi. Jangan keluar sampai malam," tutur Anna.

Kerabat laki-laki Anna dan Alina, yang ingin membawakan makanan untuk mereka, juga tidak diperbolehkan memasuki Azot.

Namun, pada Jumat (10/6/2022), ketika perhatian para militan melemah, para wanita itu berhasil keluar.

Mereka pun terpaksa harus meninggalkan pabrik itu dengan berjalan kaki.

Padahal dua wanita tersebut juga membawa serta anak-anaknya.

"Saya punya dua anak, Alina punya seorang anak. (Berusia) dua tahun, lima tahun dan delapan," sebut Anna.

Sekarang mereka telah mengungsi dan berada di desa tetangga Novaya Astrakhan.

Sebagai informasi, pertarungan antara Rusia dan Ukraina di Severodonetsk telah berlangsung sejak awal Mei.

Pekan lalu, Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu mengumumkan pembebasan total wilayah pemukiman kota itu.

Kemudian, pada hari Rabu (15/6/2022), dari pukul 8:00 hingga 20:00 waktu Moskow, pihak Rusia mengumumkan diadakannya koridor kemanusiaan.

Jalur aman itu mengarah ke utara menuju kota Svatovo di Republik Rakyat Luhansk untuk mengevakuasi warga sipil dari wilayah Azot.

Namun, Rusia menyebutkan bahwa militan Ukraina mengganggu proses ini dengan melanggar gencatan senjata dan menembaki daerah pemukiman Severodonetsk.

Adapun penuturan tersebut belum dapat diverifikasi secara independen karena terbatasnya akses jurnalis ke wilayah yang diduduki Rusia.

Baca juga: Ukraina Tangkap Agen Propaganda Rusia di Kiev, Terungkap Cara Intelijen Putin Sebarkan Hoaks

Baca juga: Kadyrov Dukung Hukuman Mati untuk 3 Tentara Asing di Ukraina, Beri Pesan untuk Para Prajurit Bayaran

Rusia Serentak Menyerang dari 9 Arah

Rusia dikabarkan memulai serangan besar-besaran dari sembilan arah di wilayah Luhanks, Ukraina.

Pejabat militer Ukraina mengatakan bahwa pertarungan sengit masih berlangsung untuk mempertahankan wilayah.

Sementara itu, kota penting Severodonetsk di Luhansk dilaporkan hampir jatuh ke tangan pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dilansir TribunWow.com dari Reuters, Rabu (16/6/2022), tampaknya Rusia menunjukkan perkembangan signifikan dalam invasinya ke Ukraina.

Pasukan Moskow kini berada di atas angin setelah berhasil mengisolasi kota Severodonetsk di Luhanks.

Panglima militer Ukraina, Valeriy Zaluzhny, mengatakan Rusia telah memusatkan pasukan serangan utamanya di utara wilayah Luhansk.

Bahkan, pasukan tersebut kini telah berusaha menyerang secara serentak dari sembilan arah.

"Perjuangan sengit untuk wilayah Luhansk berlanjut," kata Valeriy Zaluzhny dalam sebuah pesan online, Rabu (15/6/2022).

Ia mengatakan bahwa Rusia menggunakan pesawat, granat berpeluncur roket, dan artileri.

Hal ini sejalan dengan penilaian Barat baru-baru ini bahwa Ukraina timur yang kini menjadi target utama Kremlin, dapat segera jatuh ke tangan Rusia jika dinamika saat ini berlanjut.

Saat Barat mempercepat pengiriman senjata, Kyiv telah berjanji untuk terus berperang dengan harapan bahwa pertempuran di timur akan menjauhkan Rusia dari negara lain.

Dilansir TribunWow.com dari BBC, Selasa (14/6/2022), dilaporkan sekitar 70% wilayah kota Severodonetsk yang juga terletak di Luhanks telah berada di bawah kendali Rusia.

Pertempuran sengit terjadi selama berminggu-minggu, di mana merebut Severodonetsk telah menjadi tujuan militer utama bagi Rusia.

Dengan mengambil Severodonetsk dan kota terdekatnya Lysychansk, Moskow akan mendapat kendali atas seluruh wilayah Luhansk, yang sebagian besar sudah dikendalikan oleh separatis yang didukung Rusia.

Melalui pernyataan di Telegram, Gubernur Provinsi Luhanks, Serhiy Haidai menuliskan bahwa ketiga jembatan menuju Severodonetsk telah hancur.

Ia menyebut penduduk yang tersisa di kota itu dipaksa untuk bertahan hidup dalam kondisi yang sangat sulit.

Pasalnya, pasukan Rusia diklaim telah menghancurkan infrastruktur gas, air dan listrik kota itu, di samping apa yang dia sebut 'masalah besar' dengan perawatan medis.

"Semua jembatan telah hancur, jadi sayangnya tidak mungkin membawa apa pun ke kota hari ini," kata Haidai dilansir Newsweek, Selasa (14/6/2022).

Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky menggambarkan korban jiwa dalam pertempuran di kota itu sebagai kondisi yang mengerikan.

Ia mengatakan pasukan Ukraina, telah memerangi pasukan Rusia di setiap meter secara harafiah.

"Pasukan Ukraina yang tersisa di kota itu harus menyerah atau mati," kata Eduard Basurin, seorang perwakilan militer dari Republik Rakyat Donetsk yang memproklamirkan diri sendiri.

"Divisi Ukraina yang ada (di Severodonetsk) akan ada selamanya."

Seorang pejabat tinggi Rusia mengatakan tujuan Moskow adalah untuk melindungi republik rakyat Donetsk dan Luhansk yang dideklarasikan sendiri.

"Secara umum, perlindungan republik adalah tujuan utama dari operasi militer khusus," kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov seperti dikutip oleh kantor berita RIA Novosti. (TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
UkrainaRusiaAzovTentaraVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved