Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Mulai Bagikan Paspor untuk Warga Ukraina, Putin Diduga Sengaja Percepat Strategi Penjajahan

Otoritas Rusia yang menduduki Ukraina selatan dikabarkan telah mulai membagikan paspor Rusia kepada penduduk Kherson dan Melitopol.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
Sergei Malgavko / TASS
Pasukan militer Rusia mencapai Kota Kherson, Ukraina, Rabu (2/3/2022). Terbaru, Rusia mulai bagikan paspor pada warga Ukraina, Sabtu (11/6/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Otoritas Rusia yang menduduki Ukraina selatan dikabarkan telah mulai membagikan paspor Rusia kepada penduduk Kherson dan Melitopol.

Ukraina mengutuk penciptaan kewarganergaraan Rusia di wilayahnya dengan istilah Rusifikasi.

Dengan strategi ini, Presiden Rusia Vladimir Putin diduga telah mempercepat prosedurnya untuk mencaplok wilayah Ukraina.

Video warga Kherson terus demo tak peduli pasukan Rusia terus mengeluarkan tembakkan peringatan, Minggu (13/3/2022).
Video warga Kherson terus demo tak peduli pasukan Rusia terus mengeluarkan tembakkan peringatan, Minggu (13/3/2022). (BBC.com)

Baca juga: Ulangi Insiden Mariupol, Rusia Serang Warga yang Berlindung di Pabrik Kimia Azot Ukraina Timur

Baca juga: Rusia Paksa Penduduk Kherson Gunakan Uang Rubel, Ini yang Dilakukan Warga untuk Melawan

Dilansir TribunWow.com, kantor berita Rusia Tass yang dikutip BBC,mengatakan 23 warga Kherson pertama mendapatkan paspor Rusia pada sebuah upacara pada hari Sabtu (11/6/2022).

Tass mengatakan ribuan telah melamar mereka, tetapi klaimnya tidak dapat diverifikasi.

"Semua rekan Khersonite kami ingin menerima paspor dan kewarganegaraan (Rusia) sesegera mungkin," kata Gubernur militer yang ditunjuk Rusia di Kherson, Volodymyr Saldo.

Ukraina mengecam langkah itu sebagai pelanggaran mencolok terhadap integritas teritorialnya.

Pemerintah Kiev mengatakan bahwa keputusan Presiden Putin itu secara hukum tidak berlaku.

Kebijakan tersebut mengikuti distribusi paspor Rusia kepada penduduk wilayah Ukraina yang telah diduduki pasukannya sejak 2014, Krimea dan sebagian besar Donbas.

Diketahui,Rusia mencaplok Krimea dan menciptakan republik rakyat gadungan di Donetsk dan Luhansk, dan menjadi tindakan yang dikutuk secara internasional.

Ukraina sekarang khawatir proses yang sama sedang berlangsung di daerah-daerah yang direbut oleh pasukan Rusia dalam invasi saat ini.

Begitu penduduk setempat menjadi orang Rusia, Kremlin dapat mengklaim bahwa mereka harus 'melindungi' warganya.

Ada pula laporan bahwa pemerintah Rusia memerintahkan penduduk menggunakan rubel, bukan hryvnia mata uang Ukraina, di Kherson.

Adapun Melitopol yang berada di wilayah tenggara Zaporizhzhia, sebagian besar sekarang dipegang oleh pasukan Rusia, termasuk pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa.

Sementara, di Krimea dan Donbas yang dikuasai Rusia, Rusia telah memperkenalkan rubel dan memaksa sekolah untuk mengadopsi kurikulum Rusia.

Pemerintah Rusia juga telah menggulingkan pejabat lokal yang ditunjuk oleh Kyiv dan mengulangi tindakan seperti itu di daerah yang baru diduduki.

Di sisi lain, pertempuran sengit terus berkecamuk di kota Donbas, Severodonetsk.

Kepala Luhansk yang ditunjuk Kyiv, Serhiy Haidai, mengatakan pasukan Ukraina masih menguasai zona industri kota, termasuk pabrik kimia besar Azot.

Baca juga: UPDATE Invasi Rusia ke Ukraina: Kota Kherson Direbut hingga Peperangan Terus Terjadi di Kharkiv

Baca juga: Rusia Rilis Video Tentaranya Bersih-bersih Ranjau Milik Ukraina di Kherson, Ada yang Diledakkan

Rusia Tuding Ukraina akan Lakukan Rekayasa di Kherson

Rusia menuding pihak Ukraina tengah mempersiapkan provokasi baru untuk menyalahkan tentara Presiden Vladimir Putin.

Menurut sumber Rusia, rekayasa yang dilakukan tersebut akan mengambil tempat di wilayah Kherson.

Disebutkan bahwa sabotase yang dilakukan bertujuan untuk menguatkan status Rusia sebagai penjahat perang di mata dunia.

Dikutip TribunWow.com dari RIA Novosti, Rabu (6/4/2022), sebuah kelompok sabotase Ukraina dikatakan telah berada di dekat desa Aleksandrovka, wilayah Kherson.

Kelompok tersebut diklaim sedang mempersiapkan provokasi dengan kematian warga sipil untuk menyalahkan Rusia atas hal itu.

Mengutip informannya di pasukan Ukraina di wilayah Nikolaev, sebuah sumber di lembaga penegak hukum Rusia di Kherson menyebutkan sosok yang dicurigai.

"Kelompok sabotase, yang mencakup militan Pioneer dan Ded, yang bernama asli: Yevgeny Klymenko dan Yaroslav Barannik, yang sebelumnya bekerja di Donbass, dipindahkan ke arah Nikolaev," kata sumber tersebut.

Disebutkan bahwa tugas kelompok tersebut adalah sabotase dan kegiatan subversif terkait dengan penembakan, peledakan rumah dan sekolah secara terorganisir, yang dapat menyebabkan sejumlah besar korban sipil.

Menurut sumber tersebut, para penyabotase menganggap sekolah sebagai target mereka.

Para militan tampaknya membidik artileri di daerah pemukiman pemukiman garis depan untuk lebih menyalahkan militer Rusia.

"Mereka sudah beberapa kali melakukan cara serupa di wilayah DPR (Donetsk-red)," kata sumber tersebut.

Baca juga: Bukti Tentara Ukraina Kekurangan Senjata, Berikut Situasi di Garis Depan Melawan Rusia

Pasukan Rusia selama operasi khusus untuk demiliterisasi Ukraina menguasai seluruh wilayah Kherson di selatan negara itu.

Kemudian, di wilayah Kherson dan di selatan wilayah Zaporozhye Ukraina, yang berada di bawah kendali militer Rusia, mereka mulai membentuk administrasi militer-sipil, meluncurkan siaran televisi dan radio Rusia.

Dilansir TribunWow.com dari TASS, Senin (4/4/2022), Rusia mengklaim tidak ada korban sipil yang dilaporkan di kota Bucha ketika kota itu dikendalikan oleh Angkatan Bersenjatanya.

Namun Duta Besar Rusia untuk Washington Anatoly Antonov menuding media AS mengabaikan penembakan yang dilakukan militer Ukraina di kota itu.

Ia pun terang-terangan membantah tudingan bahwa Rusia telah melakukan kejahatan perang pada warga sipil di Bucha.

"Kementerian Pertahanan Rusia telah sepenuhnya menolak tuduhan palsu ini," ujar Antonov saat diwawancarai Newsweek.

Menurut Antonov, pasukan Rusia sudah seminggu meninggalkan Bucha.

Selama itu, pasukan Ukraina disebut sudah mengetahui kondisi di Bucha dan memilih diam.

Namun belakangan potret mengenaskan di wilayah itu justru digunakan untuk menyalahkan Rusia.

Hal ini senada disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia pada hari Minggu, (3/4/2022) bahwa Angkatan Bersenjata Rusia telah meninggalkan Bucha, yang terletak di wilayah Kiev, pada 30 Maret.

Sementara bukti kejahatan muncul baru empat hari kemudian, setelah petugas Dinas Keamanan Ukraina tiba di kota itu.

"Saya ingin menunjukkan bahwa pasukan Rusia meninggalkan Bucha pada 30 Maret. Pihak berwenang Ukraina tetap diam selama ini, dan sekarang mereka tiba-tiba memposting rekaman sensasional untuk menodai citra Rusia dan ini membuat Rusia harus mempertahankan diri," kata Antonov.

"Saya ingin menekankan dengan penuh tanggung jawab bahwa tidak ada satu pun warga sipil yang menderita akibat kekerasan ketika kota itu dikendalikan oleh Angkatan Bersenjata Rusia. Sebaliknya, pasukan kami mengirimkan 452 ton bantuan kemanusiaan untuk warga sipil."

Menurut pihak Rusia, tentara Ukraina justru melakukan penembakan dan menghancurkan kotanya sendiri.

Dikatakan bahwa Ukraina sengaja ingin menjatuhkan kesalahan ke pihak Rusia.

"Sementara itu, fakta bahwa Angkatan Bersenjata Ukraina menembaki kota Bucha tepat setelah pasukan Rusia pergi sengaja diabaikan di AS. Inilah yang bisa menyebabkan korban sipil. Yang mengatakan, rezim Kiev jelas berusaha menyalahkan kekejamannya. di Rusia," ujar Antonov. (TribunWow.com)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved