Konflik Rusia Vs Ukraina
Nasib Ribuan Tentara Ukraina yang Menyerah di Mariupol, Dibawa ke Rusia dan Terancam Hal Ini
Ribuan tentara Ukraina yang menyerah di Mariupol dikabarkan telah dibawa ke Rusia untuk proses penyelidikan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Para tentara Ukraina yang menyerah di Mariupol dikabarkan telah dibawa ke Rusia.
Sebanyak lebih dari 1.000 tentara Ukraina dipindahkan ke wilayah kekuasaan Presiden Vladimir Putin untuk penyelidikan.
Para tentara itu menghadapi ancaman hukuman seperti halnya seorang perwira Ukraina yang sudah dinyatakan bersalah dengan tuduhan kejahatan perang.

Baca juga: Nasib Komandan Azov yang Ditangkap Rusia di Mariupol, Sempat Hubungi Istri Kabarkan Hal Ini
Baca juga: Rusia Klaim Kuasai Pabrik Baja Azovstal Mariupol, Ini Kata Komandan Marinir Ukraina seusai Menyerah
Dilansir TribunWow.com, Selasa (7/6/202), kantor berita Rusia Tass membeberkan kabar ini dengan mengutip sumber penegak hukum Rusia.
Menurut sumber tersebut nantinya ada lebih banyak tahanan Ukraina akan dipindahkan ke Rusia.
Sementara itu, Komite Investigasi Rusia telah mengajukan tuntutan terhadap seorang perwira artileri lapangan Ukraina atas pelanggaran terhadap warga sipil.
Hal ini diumumkan oleh layanan pers komite dalam sebuah pernyataan.
Komite menuduh Letnan Kolonel Alexander Plotnikov, komandan batalion artileri self-propelled, melakukan tindakan kejam terhadap warga sipil dan penggunaan metode perang yang dilarang.
Plotnikov, menyadari bahwa daerah-daerah di Republik Rakyat Donetsk dihuni oleh warga sipil yang tidak terlibat dalam pertempuran, justru melakukan serangan membabi buta.
Sejak bertugas dari 25 Februari hingga 10 Maret 2022, ia dituding telah memberi perintah untuk menembaki bangunan tempat tinggal dan infrastruktur sipil dengan senjata self-propelled 152 mm Akatsiya yang melanggar Konvensi Jenewa 1949 tentang perlindungan warga sipil pada waktu perang.
Menurut Komite Investigasi, Plotnikov mengaku bersalah dan mengakui pelanggaran tersebut.
Namun tudingan ini belum bisa dibuktikan secara independen karena keterbatasan informasi.
Baca juga: Rusia Klaim Berhasil Kuasai Donetsk dan Luhansk, Ukraina Minta Warganya Tak Berkecil Hati
Mengenai hal ini, Ukraina mengatakan pihaknya sedang mengupayakan agar semua tahanan dikembalikan sementara beberapa legislator Rusia mengatakan mereka harus diadili.
Sebelumnya, Rusia menyatakan lebih dari 900 tentara Ukraina yang berada di pabrik baja Azovstal Mariupol telah dikirim ke koloni penjara di wilayah yang dikuasai Rusia.
Namun, nasib mereka masih belum pasti lantaran ada kemungkinan terjadi pertukaran tahanan ataupun pengadilan perang.
Dilansir TribunWow.com dari The Guardian, Rabu (18/5/2022), seorang juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova, mengatakan 959 personel layanan Ukraina telah menyerah sejak Selasa lalu.
51 pasukan dirawat karena luka-luka mereka dan sisanya telah dikirim ke bekas koloni penjara di kota Olenivka di wilayah yang dikuasai Rusia di wilayah Donetsk.
Kementerian pertahanan Rusia juga telah merilis video pada hari Rabu tentang pasien yang dikatakannya tentara Ukraina di rumah sakit Novoazovsk yang dikuasai Rusia.
Dalam video tersebut, sekelompok pria ditampilkan berbaring di tempat tidur di sebuah ruangan.
Seorang tentara mengatakan dia diperlakukan secara normal, menambahkan bahwa dia tidak sedang ditekan secara psikologis.
Zakharova juga mengatakan kepada wartawan bahwa semua tentara Azovstal yang terluka akan diberikan perawatan medis yang berkualitas.
Namun hingga saat ini, Ukraina belum mengomentari pembaruan terbaru Rusia.
Dalam pidatonya Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, mengatakan sebuah misi evakuasi terus berlanjut dengan bantuan dari mediator internasional paling berpengaruh.
Denis Pushilin, kepala republik Donetsk yang memproklamirkan diri, mengatakan pada hari Rabu bahwa komandan tingkat tertinggi masih bersembunyi di pabrik.
Sebelumnya, para pejabat Ukraina mengatakan beberapa tentaranya tetap tinggal.
Kedua pihak dalam perang itu praktis tidak merilis rincian kesepakatan yang menyebabkan penyerahan pasukan, yang bersembunyi selama berminggu-minggu di jaringan terowongan dan bunker yang luas di bawah pabrik baja.
Wakil menteri pertahanan Ukraina mengatakan pada hari Selasa bahwa tentara tersebut akan dibawa pulang dalam pertukaran tahanan.
Tetapi sejumlah pejabat Rusia pada hari Rabu mengulangi pernyataan yang dibuat sehari sebelumnya oleh kelompok garis keras lainnya bahwa tentara harus diadili.
Pushilin sempat menyerukan pengadilan internasional untuk memutuskan nasib tentara tersebut.
"Adapun penjahat perang serta mereka yang nasionalis, nasib mereka, jika mereka meletakkan senjata, harus diputuskan oleh pengadilan," kata Pushilin.
"Jika musuh telah meletakkan senjata, maka nasibnya akan diputuskan oleh pengadilan. Jika itu adalah penjahat Nazi, maka itu adalah pengadilan."
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov, yang pasukannya telah berpartisipasi dalam pertempuran untuk Mariupol, mengatakan resimen Azov, tidak boleh ditukar dan harus dihukum.
Diketahui, resimen Azov dibentuk pada tahun 2014 sebagai milisi sukarelawan untuk memerangi pasukan yang didukung Rusia di Ukraina Timur.
Banyak dari anggota aslinya memiliki pandangan ekstremis sayap kanan.
Sejak itu, unit tersebut telah diintegrasikan ke dalam garda nasional Ukraina dan komandannya mengatakan bahwa unit tersebut telah menjauh dari asal-usul sayap kanannya.
Duma Rusia diperkirakan akan membahas masalah itu minggu ini dan berpotensi menerima resolusi baru yang akan melarang pertukaran tahanan pejuang Azov.
Pekan depan, Mahkamah Agung Rusia juga akan mendengarkan permohonan untuk menunjuk resimen Azov Ukraina sebagai organisasi teroris, membuka jalan untuk hukuman hingga 20 tahun bagi mereka yang terbukti terlibat.
Komite Investigasi Rusia, yang ada untuk memeriksa kejahatan besar, telah mengumumkan rencana untuk menginterogasi tentara yang menyerah, tanpa menunjukkan apakah mereka akan diperlakukan sebagai tersangka.
Baca juga: Alami Teror Mengerikan, Aktivis Ukraina yang Siram Diplomat Rusia dengan Cairan Merah Melarikan Diri
Baca juga: Langgar Aturan, Dubes Ukraina Buka Lowongan Tentara di Austria, Langsung Hapus Website saat Ketahuan
Putin Disebut Lebih Jahat dari Hitler
Sebuah sindiran disampaikan oleh Wali Kota Mariupol Vadym Boychenko terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin.
Vadym menyebut, Putin jauh lebih sadis ketimbang Adolf Hitler gara-gara banyaknya jumlah korban tewas di Mariupol.
Selain lebih sadis, Vadym juga menyebut Putin lebih jahat dibanding Hitler.

Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Vadym membandingkan jumlah korban jiwa pada era perang dunia kedua dan era konflik antara Rusia dan Ukraina di tahun 2022 ini.
Diketahui pada era perang dunia dua total ada 10 ribu orang di Mariupol dibunuh dalam waktu dua tahun okupasi.
Sedangkan dalam waktu dua bulan invasi, menurut klaim Vadym tentara Rusia telah membunuh lebih dari 20 ribu orang.
"Putin adalah kejahatan yang lebih besar dan kita harus menghentikannya," kata Vadym.
Vadym menyampaikan, ribuan warga sipil lainnya kini terancam tewas seiring berjalannya waktu karena pembusukkan jasad korban perang akan meracuni suplai air bersih.
"Orang-orang ketakutan. Tidak ada listrik atau bensin, tidak ada makanan, tetapi masalah paling mendesak saat ini adalah air minum," kata Vadym.
"Suhu semakin hangat dan menurut estimasi dokter, kita dapat menduga datangnya penyakit menular yang akan mengancam ribuan nyawa warga sipil."
"Jasad dikubur di seluruh penjuru kota," kata Vadym.
Sebelumnya, pemerintah Ukrania pernah mengunggah kecaman atas serangan Rusia ke wilayahnya di media sosial.
Bahkan melalui laman resminya, Ukrania membagikan gambar diktator Jerman Adolf Hitler bersama Presiden Rusia Vladimir Putin.
Disampaikan pula imbauan dan berita terkini mengenai perkebangan peperangan yang telah dimulai tersebut.
Dilansir akun Twitter resmi @Ukraine, Kamis (24/2/2022), potret Hitler mengenakan pakaian militer lengkap menjadi sorotan dalam utasan akun tersebut.
Dalam gambar tersebut, terlihat Hitler membungkuk dengan senyum lebar terkembang.
Di hadapannya, berdiri sosok Putin yang digambarkan lebih kecil dari sang diktator.
Tampak Hitler mengelus pipi Putin bak seorang ayah yang bangga terhadap anaknya.
Pada tautannya, Ukraina menuliskan keterangan singkat terkait gambar tersebut.
"Ini bukan sebuah meme, tetapi realita kami dan kalian sekarang," tulis @Ukraine.
Unggahan itu dimaksudkan sebagai kecaman keras atas genderang perang yang ditabuh Rusia terhadap Ukraina.
Pihak Ukraina menyindir keputusan Putin yang melakukan penyerangan agresif yang kini dikabarkan telah menewaskan 137 warga Ukraina.
Bahkan hingga saat ini, serangan masih terus berlanjut lantaran Rusia berusaha menguasai pangkalan-pangkalan militer Ukraina.
"Rusia telah memulai gelombang agresi baru melawan Ukraina. Dimanapun kalian berada, dan apa pun yang kalian lakukan, kalian bisa membantu Ukraina sekarang. Kalian bisa membantu Ukraina melawan agresi Rusia," cuit @Ukraine.
Ditautkan pula infografik mengenai cara sederhana untuk membantu Ukraina melawan Rusia.
Yakni dengan menyebarkan informasi yang sudah terverifikasi dan mendukung organisasi yang menguatkan kemampuan bertahan Ukraina.
Dalam utasannya, Ukraina menyerukan ajakan pada pengguna Twitter untuk menghapus akun Rusia dari platform tersebut.
"Mari kita mendesak @Twitter untuk menghapus @Russia dari sini.
Tak ada tempat untuk agresor seperti Rusia di platform media sosial Barat.
Mereka tak seharusnya diizinkan untuk menggunakan platform ini untuk mempromosikan image-nya sementara mereka secara brutal membunuh rakyat Ukraina," tulis @Ukraine.(TribunWow.com/Via/Anung)