Konflik Rusia Vs Ukraina
Kadyrov Sesumbar Bisa Kuasai Polandia dalam Waktu 6 Detik, Ancam akan Invasi Negara Tetangga Ukraina
Pemimpin Republik Chechnya Ramzan Kadyrov, telah mengancam akan melancarkan serangan militer ke Polandia.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Baca juga: AS Peringatkan Ukraina Perang Lawan Rusia Dapat Membesar karena Pakai Senjata NATO
Baca juga: Menteri Putin Umumkan Negara-negara Barat Telah Deklarasikan Perang Total Lawan Rusia
Kadyrov Nyatakan Rusia Perangi NATO di Ukraina
Pemimpin Chechnya Ramzan Kadyrov menyatakan hal kontroversial mengenai perang Rusia dan Ukraina.
Ia menyebut konflik tersebut sejatinya adalah perang antara Rusia dengan aliansi NATO.
Kadyrov pun mengecam negara-negara NATO dan menuntut permintaan maaf dari Barat.
Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Rabu (18/5/2022), Kadyrov menuturkan pendapatnya soal perang Ukraina.
Ia terang-terangan mengatakan Rusia sedang bertempur melawan NATO.
"Hari ini kami tidak berperang melawan Ukraina, Bandera, kami berperang melawan NATO," kata Kadyrov, berbicara di acara maraton pendidikan New Horizons dari Komunitas Pengetahuan Rusia.
"NATO mempersenjatai mereka, Barat mempersenjatai mereka, tentara bayaran mereka ada di sana."
"Itulah mengapa tidak mudah bagi negara kita, tetapi ini adalah pengalaman yang sangat bagus. Kami akan membuktikan sekali lagi bahwa Rusia tidak dapat dikalahkan."
Di sisi lain, Kadyrov menyamakan tindakan NATO yang dituduhkannya sebagai praktik Satanisme.
Menurutnya, aliansi pakta pertahanan itu berusaha untuk menghapuskan budaya dan sejarah Rusia.
"Musuh utama negara kita adalah Satanisme. Dan mereka (negara-negara NATO - red.) melakukan segalanya untuk mencabik-cabik kita dan membunuh budaya kita, menghancurkannya sepenuhnya. Sehingga kita melupakan sejarah kita, pahlawan kita," kata Kadyrov.
"Kita melihat bagaimana mereka menghancurkan monumen di Ukraina dan di tempat lain. Di Polandia, apa yang mereka lakukan dengan duta besar? Ini adalah trik tidak manusiawi, ini adalah Setanisme."
Dia mencatat bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin dengan tegas memilih kebijakan yang tepat.