Konflik Rusia Vs Ukraina
Kekacauan Mulai Terjadi di Pemerintahan Putin, Para Elite Rusia Dikabarkan Siap Melarikan Diri
Isu kudeta untuk melengserkan Presiden Rusia Vladimir Putin semakin mencuat ke permukaan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Isu kudeta untuk melengserkan Presiden Rusia Vladimir Putin semakin mencuat ke permukaan.
Hal ini menyusul perkembangan invasi di Ukraina, di mana Rusia disebut telah menderita kekalahan.
Memperkuat isu tersebut, para petinggi Rusia dikabarkan telah mulai mencari cara untuk melarikan diri.

Baca juga: Operasi Kanker, Putin akan Serahkan Rusia ke Tangan Mantan KGB Arsitek Perang Ukraina
Baca juga: Teka-teki Alasan Putin Jebloskan Jenderal Kepala FSB ke Penjara Terkejam Rusia, Diduga karena Ini
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Kamis (19/5/2022), Christo Grozev, seorang ahli Rusia, meyakini elit GRU dan FSB adalah yang paling mungkin untuk mencoba dan menggulingkan Putin.
Pasalnya, mereka dinilai lebih banyak tahu kebenaran dari apa yang terjadi di lapangan.
Para elite itu juga dikabarkan sudah mencari cara untuk memindahkan uang dan keluarga mereka ke luar negeri untuk mengantisipasi jatuhnya Putin.
Grozev mengatakan bahwa tokoh senior di FSB, badan keamanan internal utama Rusia, dan di direktorat intelijen militer GRU, sedang mempersiapkan kehidupan setelah Putin lengser.
Disebutkan bahwa FSB dan GRU yang merupakan badan intelejen Rusia, mengetahui kenyataan bahwa negaranya menderita kekalahan dari Ukraina.
Invasi yang diinisiasi Putin itu pun dinilai mulai tak bisa lagi terkontrol.
"Bagian intelektual dari GRU, mereka yang memiliki informasi lengkap memahami kesulitan yang dihadapi Putin," kata Grozev.
"Dan juga elite FSB, yang mengetahui jumlah spesifik korban di antara pasukan Rusia, dan memahami bahwa ibu, istri, saudara perempuan tentara Rusia yang tewas atau hilang tidak berhenti bertanya."
"Mereka tahu bahwa situasi ini pada akhirnya akan lepas kendali."
Menyadari kondisi yang terjadi akan berbahaya untuk kedudukan Putin, para petinggi ini pun mulai melakukan persiapan.
Beberapa di antaranya bahkan telah merencanakan pelarian diri dan keluarganya berikut aset mereka ke luar Rusia.
"Ini adalah bagian dari pasukan keamanan yang mengetahui bahaya bagi rezim, dan mereka sendiri sekarang sedang mempersiapkan masa depan mereka," tutur Grozev.
"Beberapa dari mereka mencari kesempatan untuk membawa keluarga mereka keluar dari Rusia, semuanya mencari cara untuk mentransfer akumulasi uang (dalam banyak kasus uang korupsi) ke dalam dolar dan euro."
"Ini sudah semacam pengkhianatan oleh orang-orang ini, karena mereka tidak mengikuti perintah ideologis Kremlin, tetapi sedang mempersiapkan realitas alternatif."
Baca juga: 4 Orang Dekat Putin Tewas Mengenaskan secara Misterius, Eks Petinggi FSB Ungkap Kecurigaan Ini
Baca juga: Putin Tahan 2 Pejabat Intelejen Rusia dan Pecat 8 Komandan Buntut Terhambatnya Invasi ke Ukraina
Putin Tangkap Jenderal FSB Rusia
Beredar kabar bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin kini tengah mengatasi perpecahan dalam tubuh pemerintahannya sendiri.
Hal ini ditandai dengan penangkapan Kolonel Jenderal Sergei Beseda, kepala Dinas Kelima dari dinas intelijen FSB dan wakilnya.
Menurut laporan intelijen, konflik internal tersebut terjadi lantaran adanya pertikaian pendapat mengenai invasi Rusia ke Ukraina.
Dikutip TribunWow.com dari The Wall Street Journal, Senin (21/3/2022), badan mata-mata dan pertahanan Rusia disebut telah saling melemparkan tudingan.
Hal ini akibat penyerangan ke Ukraina yang kini dinilai terlambat dari jadwal.
Dikatakan bahwa Rusia mengira invasi tersebut akan dapat dilakukan dengan mudah dan dalam waktu yang singkat.
Namun para pejabat militer AS justru menilai Rusia kini kewalahan lantaran menderita kerugian yang mahal dan memalukan.
Meski begitu, untuk saat ini perpecahan dalam staf pemerintahan Rusia dinilai masih belum sampai mengancam kedudukan Putin.
Dikatakan bahwa pihak berwenang Rusia pada awalnya percaya bahwa mereka akan dapat mengambil Kyiv, ibu kota Ukraina, dalam hitungan hari.
Namun hampir sebulan kemudian, pasukan Rusia masih gagal melakukannya, karena Ukraina pasukan melakukan perlawanan yang kuat dan bantuan Barat mengalir ke negara itu.
"Sulit membayangkan beberapa orang intelijen senior berbicara dengan Putin dan tidak memberi tahu Putin apa yang ingin dia dengar, terutama jika itu adalah keyakinan yang dipegang teguh, seperti keyakinan Putin tentang Ukraina," kata Jeffrey Edmonds, mantan pejabat CIA dan Dewan Keamanan Nasional AS.
Dilansir dari Jerusalem Post, Minggu (20/3/2022), Putin telah menangkap Beseda dan wakil Beseda yang kini menjadi tahanan rumah.
Baseda sebagai kepala Layanan Kelima FSB, bertanggung jawab untuk memberikan informasi intelijen kepada Putin menjelang perang.
"Sepertinya setelah dua minggu perang, akhirnya Putin sadar bahwa dia benar-benar disesatkan. Departemen yang dinilai takut akan tanggapannya, tampaknya hanya memberi tahu Putin apa yang ingin dia dengar," tulis jurnalis investigasi Rusia Irina Borogan dan Andrei Soldatov. dalam laporan CEPA.
Namun, hingga saat ini, pihak berwenang Rusia belum mengkonfirmasi laporan bahwa Beseda ditangkap sebagai tahanan rumah.
Beseda merupakan satu dari sejumlah pejabat Rusia yang menjadi sasaran sanksi yang diterapkan oleh AS, Inggris, dan Uni Eropa pada 2014, di tengah kerusuhan di Ukraina dan pendudukan Rusia di Krimea.
Pada hari Sabtu, seorang pejabat AS mengatakan kepada The Wall Street Journal bahwa laporan tentang Beseda yang ditempatkan di bawah tahanan rumah adalah merupakan informasi kredibel.
Pihaknya juga menambahkan bahwa pertengkaran telah pecah antara FSB dan Kementerian Pertahanan Rusia mengenai invasi ke Ukraina.
Vladimir Osechkin, seorang aktivis hak asasi manusia Rusia yang diasingkan, mengkonfirmasi penangkapan itu.
Ia menambahkan bahwa petugas FSB telah mencari lebih dari 20 alamat di sekitar Moskow dari sesama petugas FSB yang dicurigai melakukan kontak dengan wartawan.
"Dasar formal untuk melakukan penggeledahan ini adalah tuduhan penggelapan dana yang dialokasikan untuk kegiatan subversif di Ukraina. Alasan sebenarnya adalah informasi yang tidak dapat diandalkan, tidak lengkap, dan sebagian palsu tentang situasi politik di Ukraina," kata Osechkin.
Osechkin mengunggah laporan tentang situasi tersebut yang diduga ditulis oleh analis dari FSB dalam beberapa pekan terakhir di situs Gulagu.ru-nya.
"Sekarang mereka secara metodis menyalahkan kami (FSB). Kami ditegur karena analisis kami," tutur analis FSB tersebut.
Sejumlah pejabat Rusia tambahan telah dicopot dari posisi mereka di tengah perang di Ukraina, termasuk Jenderal Roman Gavrilov.
Namun kabar ini masih simpang siur dengan laporan media Rusia yang terpecah tentang apakah dia dipecat atau mengundurkan diri. (TribunWow.com/Via)