Konflik Rusia Vs Ukraina
3 Kisah Pilu Bocah di Ukraina, Ditipu Sikap Ramah Tentara Rusia hingga Memohon Dijemput Ibunya
Tak hanya tentara dan kombatan, banyak bocah di Ukraina turut menjadi korban invasi pasukan militer Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Konflik antara Rusia dan Ukraina kini telah memasuki bulan ketiga seusai terjadi pada 24 Februari 2022 lalu.
Selama konflik berlangsung, bocah di bawah umur tak luput menjadi korban perang antara Rusia dan Ukraina.
Banyak dari mereka harus mengalami kengerian perang di usia dini bahkan tak sedikit yang berakhir tewas mengenaskan.
Dilansir TribunWow.com, berikut ini adalah sejumlah kisah pilu bocah di Ukraina:
Baca juga: Media Barat Hapus Video Warga Mariupol Mengeluh Disandera Pasukan Militer Ukraina
Baca juga: Di Depan Tentara Rusia, Ayah di Ukraina Tunjukkan Tangannya yang Berlumuran Darah sang Anak
1. Tertipu Sikap Ramah Tentara Rusia
Satu keluarga Ukraina kehilangan putra sulungnya yang baru berusia 13 tahun.
Bocah bernama Elisei Ryabukon itu menjadi korban penembakan oleh tentara Rusia ketika mengungsi bersama orangtuanya.
Padahal, tentara Rusia yang sama sempat bersikap ramah dan mengizinkan mereka untuk lewat, sebelum kemudian memberondong mereka dengan peluru.
Ayah Elisei, Evhen Ryabukon menepuk peti mati dengan lembut, dan tampaknya sedang melakukan percakapan terakhir dengan putranya.
Dia beberapa kali menahan emosi dan berhenti bicara sebelum kemudian dapat menyelesaikan perkataannya.
Istrinya Inna, membenai letak foto berbingkai seorang anak laki-laki tersenyum, yang ditempatkan di peti mati.
Anak itu adalah Elisei, yang baru akan berusia 14 pada bulan Mei.
Lebih dari sebulan setelah dia terbunuh dalam penembakan oleh tentara Rusia, keluarga, teman, tetangga, dan teman sekelasnya berkumpul di sebuah gereja di kota Brovary di timur Kyiv.
Mereka datang untuk mengucapkan selamat tinggal kepada anak yang sangat dicintai dari desa Peremoha ini.
Komunitas yang telah tercerai-berai karena perang itu, kini bersatu dalam kesedihan mendalam.
Elisei dikenang sebagai bocah yang jujur, rendah hati dan suka menolong.
Ia seorang anak laki-laki yang tidak suka berkelahi dan tak berminat bermain olahraga agresif.
Inna, Elisei dan putranya yang lebih muda terjebak di Peremoha ketika pertempuran dimulai.
"Pada 11 Maret, Rusia memberi kami izin untuk pergi. Mereka bahkan melambaikan tangan kepada kami dan berharap kami beruntung. Kemudian ketika kami melintasi lapangan, mereka mulai menembaki kami dari segala arah," kata Inna dilansir TribunWow.com dari BBC, Selasa (19/4/2022).
Baca juga: Habiskan Rp 13 Triliun per Hari untuk Invasi Ukraina, Ini Kebutuhan Rusia
Baca juga: VIDEO Tentara Ukraina Gunakan Meriam Canggih dari AS, Sekali Tembakan Butuh Biaya Rp 1,4 Miliar
Ada lima mobil dalam konvoi kendaraan yang mengungsi.
Elisei berada di mobil kedua, di mana tidak ada yang selamat.
"Saya merangkak melewati lapangan dan menyelamatkan putra saya yang berusia tiga tahun dengan menyeretnya ke tudung jaketnya. Fakta bahwa salah satu dari kami berhasil keluar hidup-hidup adalah murni keberuntungan," tutur Inna lagi.
Dia mengatakan anaknya yang lebih muda adalah satu-satunya alasan dia bisa melanjutkan hidup.
Dia mengajukan pengaduan ke polisi dan menginginkan keadilan atas pembunuhan Elisei.
"Saya ingin dunia tahu tentang kejahatan Rusia. Saya ingin setiap korban dihitung. Saya ingin Rusia bertanggung jawab atas orang-orang, anak-anak dan perempuan, yang mereka bunuh di tanah kami," tegas Innai.
Elisei ada di antara lebih dari dua ratus anak yang diketahui telah terbunuh di Ukraina sejauh ini, sementara ratusan lainnya terluka.
2. Meninggal Sentuh Roket
Sebuah rumah sakit di Kramatorsk, kota di Ukraina timur menyimpan cerita pilu para pasiennya.
Mereka adalah penduduk yang rumahnya hancur oleh roket Rusia, meninggalkan mereka dengan luka fisik dan mental yang tak akan sembuh.
Seorang pria yang tengah dirawat, mengaku telah kehilangan putrinya, yang bahkan belum berusia dua tahun.
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Selasa (5/6/2022), seorang pria bernama Viacheslav Yepiefantsev, dirawat di rumah sakit tersebut dengan luka pecahan peluru yang parah.
Dia memberi tahu bahwa sebuah roket telah mendarat di rumahnya.
Namun, senjata itu tidak meledak sampai dua anaknya menyentuhnya.
"Jadi roket itu masuk melalui jendela kami dan anak-anak hanya mengambilnya," kenang Yepiefantsev.
"Roket itu bukan jenis yang besar dengan ekor. Anak-anak meraihnya, dan meledak di dalam rumah."
"Putri saya memiliki banyak pecahan peluru di kakinya dan potongan-potongan itu menembus seluruh tubuhnya."
"Anak laki-laki saya dikirim ke Dnipro ke rumah sakit."
Putrinya, Daryna, yang berusia satu tahun tujuh bulan, terluka parah akibat ledakan tersebut.
Tim bedah di rumah sakit Kramatorsk menghabiskan waktu lima jam untuk mencoba mengatasi pendarahan bocah tersebut.
Tragisnya, mereka tidak dapat menyelamatkan hidupnya.
"Kamu tidak bisa terbiasa dengan hal seperti itu," kata dokter Maksym Ubozhenok, kepala departemen bedah rumah sakit Kramatorsk.
"Saya telah merawat anak-anak selama 30 tahun, dalam operasi, tetapi cedera ini benar-benar berbeda."
Dia membawa hasil sinar-X Daryna dan meletakkannya di jendela, menyoroti bintik-bintik logam di seluruh tubuhnya.
"Ini daerah perut, ini ada beberapa pecahan. Itu hanya pecahan logam, tapi kayu dan beton (pecahan), Anda tidak bisa melihatnya di sini," ujar Ubozhenok.
"Ini benar-benar tidak masuk akal."
"Ini nyata, perang ini, semua perang tidak masuk akal. Tidak mungkin untuk dipahami."
3. Memohon Minta Dijemput Ibunya
Terjerat kasus kriminal, seorang ibu bernama Olga Khomenko (37) tidak bisa meninggalkan Inggris untuk pergi menjemput anak gadisnya yang terjebak di Ukraina.
Pada akhirnya, Olga diberikan izin untuk pergi ke Ukraina untuk menjemput anaknya.
Izin tersebut diberikan seusai Olga menampilkan video anaknya yang berada di basemen memohon agar ibunya datang menjemput.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Olga sebelumnya berhadapan dengan hukum seusai pergi membawa kabur anaknya ke Kiev/Kyiv, Ukraina seusai mengalami permasalahan rumah tangga dengan suami.
Putri Olga saat ini terjebak di Ukraina bersama sang nenek.
Pada video yang ditampilkan di pengadilan, tampak putri Olga berada di sebuah ruangan di basemen yang gelap.
Anak Olga tampak mengenakan jaket berwarna pink dan topi.
Sambil memegangi boneka bebek berwarna putih, putri Olga menyampaikan dirinya ketakutan mendengar banyak suara ledakan.
Ia lalu meminta agar ibunya segera datang menjemput dan membawanya pergi keluar dari Ukraina.
Berikut transkrip permohonan yang diucapkan oleh putri Olga.
"Ibu, kamu telah mengirimkan mainan yang begitu cantik, kamu juga berjanji akan mengirimkan mainan berwarna kunig. Tetapi aku tidak butuh mainan," kata putri olga.
"Aku membutuhkan mu. Aku sangat mencintaimu. Banyak ledakan di sini. Aku takut."
"Bawa aku pergi dari sini. Cepat datang sesegera mungkin. Aku sangat mencintaimu," ucapnya.
Olga yang telah diberikan izin untuk menjemput putrinya memastikan tidak akan ada lagi hal yang bisa menghalanginya.
"Saya harap bisa menembus blokade tetapi saya tahu saya akan menjadi satu-satunya wanita yang pergi ke Ukraina, bukan menjauhinya," ujar Olga. (TribunWow.com/Anung/Via)