Konflik Rusia Vs Ukraina
Ingin Selamatkan Warga Ukraina, Pria Asal Inggris Ditangkap Pasukan Rusia, Dicurigai Mata-mata
Dicurigai merupakan seorang mata-mata, pria asal Inggris diciduk lalu ditahan oleh pasukan militer Rusia.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
TRIBUNWOW.COM - Ingin berbuat baik, seorang ayah asal Inggris bernama Paul Urey justru berakhir ditangkap oleh pasukan militer Rusia.
Paul yang merupakan pekerja di sebuah lembaga amal ditangkap saat hendak menyelamatkan warga sipil di Ukraina.
Kini ibu Paul memohon ke Rusia agar anaknya bisa segera dibebaskan.
Baca juga: Butuh 61 Tahun untuk Lunasi Utang Senjata ke AS saat Perang Dunia 2, Rusia Peringatkan Ukraina
Baca juga: Komandan Rusia Terpaksa Bius Anak Buah agar Tak Kabur, Terungkap dari WA dan Telepon yang Disadap
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Paul diketahui ditangkap di Kota Zaporizhzhia.
Di sana, Paul ditangkap bersama temannya yang merupakan petugas medis asal Inggris bernama Dylan Healy.
Kala itu Paul dan Dylan dalam misi menyelamatkan seorang wanita dan dua anak-anak di Dniprorudne.
Dominik Bryne selaku pimpinan lembaga amal tempat Paul bekerja bercerita, keluarga seorang pekerja lembaga amal sempat diinterogasi oleh pasukan Rusia.
Pasukan Rusia menanyakan tentang mata-mata Inggris.
Setelah kejadian itu, keluarga pekerja lembaga amal tersebut melarikan diri ke Polandia.
Ibu Paul, Linda Urey menjelaskan bahwa anaknya hanya lah sukarelawan yang bekerja di bidang kemanusiaan.
"Dia pergi ke sana atas kemauannya sendiri. Kami ingin bantuan semua orang untuk membawa anak saya pulang ke rumah dan berdoa dia baik-baik saja," ujar Linda.
Pemerintah Inggris menyebut ada kemungkinan Presiden Rusia Vladimir Putin akan segera mendeklarasikan perang dunia kedua pada 9 Mei 2022 mendatang.
Kekhawatiran ini disampaikan oleh Menteri Pertahanan Inggris Ben Wallace.
Ben juga khawatir apabila Rusia terus dibiarkan menginvasi Ukraina, maka Rusia akan seperti kanker yang terus bertumbuh.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Ben menyebut sebelum invasi Rusia semakin meluas layaknya kanker maka harus segera dipotong.
Menurut Ben, deklarasi perang dunia ini akan disampaikan oleh Putin pada 9 Mei yang bertepatan pada hari perayaan kemenangan berakhirnya perang dunia kedua.
Putin disebut akan memanfaatkan momen ini untuk menggalang pasukan mengumumkan deklarasi perang melawan nazi di dunia.
"Saya tidak akan kaget," ujar Ben kepada radio LBC saat membahas kemungkinan Putin mendeklarasikan perang dunia.
Ben menyatakan, Inggris harus terus membantu Ukraina mengusir pasukan militer Rusia kembali ke asal mereka.
Ben juga mengonfirmasi bahwa Inggris akan terus menyuplai senjata ke Kiev/Kyiv dan sedang mempertimbangkan untuk mengirim rudal anti kapal.
Rusia sendiri diketahui telah melegalkan penyerangan pangkalan militer negara-negara NATO yang mendukung Ukraina.
Serangan tersebut dilakukan untuk memutus rantai logistik dan persenjataan kiriman NATO ke Ukraina.
Muncul kekhawatiran sikap Rusia tersebut akan benar-benar memicu terjadinya perang dunia ketiga.
Dilansir TribunWow.com dari Daily Mail, Rabu (27/4/2022), keputusan tersebut diungkapkan oleh juru bicara kementerian luar negeri Rusia, Maria Zakharova.
Ia menyatakan bahwa Rusia dapat mengizinkan serangan terhadap negara-negara NATO yang menyediakan senjata ke Ukraina.
"Apakah kita memahami dengan benar bahwa demi mengganggu logistik pasokan militer, Rusia dapat menyerang sasaran militer di wilayah negara-negara NATO yang memasok senjata ke rezim Kyiv?," kata Zakharova.
"Bagaimanapun, ini secara langsung menyebabkan kematian dan pertumpahan darah di wilayah Ukraina."
Kata-katanya muncul setelah Menteri Angkatan Bersenjata Inggris James Heappey mengatakan bahwa Inggris mendukung serangan udara Ukraina pada infrastruktur Rusia.
Dia menambahkan bahwa akan senjata Inggris akan sepenuhnya sah digunakan dalam serangan semacam itu.
Namun pernyataannya ditanggapi negatif oleh Kremlin, dengan kementerian pertahanan menuduhnya melakukan provokasi.
Moskow juga memperingatkan bahwa pihaknya akan bersiap untuk menyerang balik pusat pengambilan keputusan di Kyiv sebagai pembalasan, bahkan jika diplomat Barat hadir.
Hal ini disampaikan setelah Kepala Departemen Pertahanan AS, Lloyd Austin kemarin mengatakan bahwa retorika ancaman perang nuklir Moskow sangat berbahaya dan tidak membantu.
Selama kunjungan ke Jerman, dia membalas ucapan diplomat Rusia Sergei Lavrov yang mengatakan bahwa para pemimpin Barat mempertaruhkan perang dunia ketiga dengan memasok senjata berat ke Ukraina.
"Retorika semacam itu sangat berbahaya dan tidak membantu," kata Austin.
"Tidak ada yang ingin melihat perang nuklir terjadi. Ini adalah perang di mana semua pihak kalah."
"Retorika berbahaya itu jelas tidak membantu dan sesuatu yang tidak akan kita lakukan."
Baca juga: Putin Diprediksi akan Nekat Serang Pangkalan NATO untuk hentikan Pasokan Senjata ke Ukraina
Baca juga: Media Pemerintah Rusia Klaim Perang Dunia III Sudah Terjadi, Sebut Rusia Kini Perangi NATO
3 Skenario yang Buat NATO Turun Tangan
Organisasi Pertahanan Atlantik Utara (NATO) diprediksi akan langsung terlibat dalam perang Rusia dan Ukraina jika terjadi skenario darurat.
NATO yang selama ini memilih bertindak relatif pasif, menahan diri untuk tak berkonfrontasi langsung dengan Rusia.
Namun, banyak pihak menyangsikan NATO akan sanggup bersikap netral sementara ekskalasi pertempuran terus meningkat.
Berikut ini tiga skenario yang bisa menyebabkan hal tersebut terjadi.
1. Putin Nekat karena Tertekan
Sebuah rudal anti-kapal yang dipasok NATO yang ditembakkan oleh pasukan Ukraina di Odesa, menghantam dan menenggelamkan kapal perang Rusia di lepas pantai di Laut Hitam dengan kehilangan hampir 100 pelaut dan puluhan marinir.
Korban tewas sebesar ini dalam satu serangan belum pernah terjadi sebelumnya dan Putin akan berada di bawah tekanan untuk merespons dalam beberapa bentuk.
Dikhawatirkan, serangan balasan Rusia akan lebih kejam dan menyasar pada negara-negara lain.
2. Rusia Serang Perbatasan Negara Anggota NATO
Serangan rudal strategis Rusia menargetkan konvoi pasokan perangkat keras militer yang menyeberang dari negara NATO, seperti Polandia atau Slovakia, ke Ukraina.
Jika korban berjatuhan di sisi perbatasan NATO, maka hal ini berpotensi memicu Pasal 5 konstitusi NATO, di mana seluruh aliansi akan membela negara yang diserang.
3. Rusia Gunakan Senjata Pemusnah Massal Terlarang
Di tengah pertempuran sengit di Donbas, sebuah ledakan terjadi di fasilitas industri yang mengakibatkan pelepasan gas kimia beracun.
Meskipun ini telah terjadi, tidak ada kematian yang dilaporkan.
Tetapi jika hal itu mengakibatkan korban massal seperti yang terlihat dalam penggunaan gas beracun oleh Suriah di Ghouta dan jika itu ditemukan dengan sengaja disebabkan oleh pasukan Rusia, maka NATO akan berkewajiban untuk menanggapi.
Namun, diakui sangat mungkin bahwa tidak satu pun dari skenario ini akan terwujud.
NATO Ancam Agar Rusia Tarik Mundur Pasukan
Sebelumnya, NATO sejak awal konflik telah merilis tanggapan resmi terkait tindakan Rusia menginvasi Ukraina.
Sekretaris Jenderal NATO, Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg, mengecam keras keputusan Presiden Rusia Vladimir Putin tersebut.
Pihaknya mengingatkan akan adanya konsekuensi atas tindakan yang mengancam keseimbangan negara-negara di kawasan Atlantik utara tersebut.
Dilansir laman resmi nato.int, Kamis (24/2/2022), Jens Stoltenberg mengecam invasi militer Rusia tersebut.
Ia menyebut tindakan pasukan Vladimir Putin terlalu ceroboh dan berisiko tinggi pada kesalamatan rakyat.
Jens Stoltenberg juga menyinggung berbagai upaya damai yang tak digubris oleh Rusia.
"Saya mengutuk keras serangan Rusia yang sembrono tidak beralasan terhadap Ukraina, yang membahayakan nyawa warga sipil yang tak terhitung jumlahnya," tegas Jens Stoltenberg secara tertulis dikutip TribunWow.com.
"Sekali lagi, terlepas dari peringatan berulang kali dan upaya tak kenal lelah kami untuk terlibat dalam diplomasi, Rusia telah memilih jalan agresi terhadap negara yang berdaulat dan merdeka."
Pihak NATO menilai serangan yang dilakukan Rusia mencederai perdamaian yang sudah tercipta.
Ia pun meminta Rusia menghentikan tindakannya yang dikhawatirkan akan menimbulkan perang antar negara.
"Ini adalah pelanggaran berat hukum internasional, dan ancaman serius bagi keamanan Euro-Atlantik," kata Jens Stoltenberg.
"Saya meminta Rusia untuk segera menghentikan aksi militernya dan menghormati kedaulatan dan integritas wilayah Ukraina."
Atas tindakan Rusia, pihak NATO berjanji akan menggelar pertemuan demi mengambil sikap atas tindakan Rusia.
NATO menyatakan membela Ukraina yang kini tengah bersiap untuk mempertahankan negara.
Disebutkan juga adanya konsekuensi yang akan diterima Rusia atas tindakannya menginvasi Ukraina.
"Sekutu NATO akan bertemu untuk membahas konsekuensi dari tindakan agresif Rusia. Kami berdiri bersama rakyat Ukraina pada saat yang mengerikan ini. NATO akan melakukan semua yang diperlukan untuk melindungi dan membela semua Sekutu," terang Jens Stoltenberg.
Diketahui, NATO merupakan himpunan militer yang terdiri dari 30 negara di sekitar kawasan Atlantik Utara termasuk Italia, Perancis Amerika Serikat dan Inggris.
Organisasi ini awalnya dibentuk untuk menanggulangi serangan Uni Soviet seusai perang Dunia ke-II.
Meski Uni Soviet kini telah bubar, NATO terus berdiri dan
Ukraina yang awalnya berencana untuk bergabung pada organisasi tersebut, akhirnya menarik diri setelah Rusia menyatakan keberatannya. (TribunWow.com/Anung/Via)