Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Habiskan Rp 50 Triliun untuk Kirim Senjata ke Ukraina, AS Berencana Tambah Anggaran Rp 479 Triliun

AS berencana menggelontorkan uang sebesar Rp 479 triliun hanya untuk memberikan bantuan militer kepada Ukraina.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Brendan SMIALOWSKI / AFP
Presiden AS Joe Biden bertemu dengan pasukan militer Polandia di kota Rzeszow di Polandia tenggara, sekitar 100 kilometer (62 mil) dari perbatasan dengan Ukraina, Maret 25, 2022. 

TRIBUNWOW.COM - Pemerintah Amerika Serikat (AS) saat ini telah mengeluarkan hampir Rp 50 triliun hanya untuk mengirim senjata ke Ukraina.

Dari total jumlah tersebut, kini hanya tersisa Rp 3 milyar saja.

Diketahui anggaran awal bantuan militer AS untuk Ukraina adalah sebesar 3,5 milyar USD atau setara Rp 50 triliun.

Bantuan senjata anti tank javelin tipe  FGM-148 yang dikirimkan AS untuk tentara Ukraina.
Bantuan senjata anti tank javelin tipe FGM-148 yang dikirimkan AS untuk tentara Ukraina. (AFP / Sergei SUPINSKY)

Baca juga: Butuh 61 Tahun untuk Lunasi Utang Senjata ke AS saat Perang Dunia 2, Rusia Peringatkan Ukraina

Baca juga: Biden Makin Bebas Kirim Senjata ke Ukraina, AS Setujui RUU Mirip Era Perang Dunia 2

Namun karena dana tersebut hampir habis, pemerintah AS mengajukan kepada kongres tambahan anggaran untuk bantuan militer sebesar 33 milyar USD atau setara Rp 479 triliun.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pemerintah AS kini tengah meminta persetujuan kepada kongres.

Informasi ini disampaikan oleh juru bicara Gedung Putih, Jen Psaki.

Presiden AS Joe Biden telah menandatangani permintaan anggaran ini pada Kamis (28/4/2022).

Biden mengakui 33 milyar USD bukanlah jumlah yang murah.

Namun menurutnya hal ini diperlukan untuk mengatasi agresi Rusia di Ukraina.

Psaki bahkan menyebut dana bantuan militer ini bersifat darurat layaknya dana untuk mengurus Covid-19.

Psaki menyampaikan, uang milyaran USD itu nantinya akan digunakan untuk membeli senjata dan peralatan militer yang dibutuhkan oleh Ukraina.

AS diketahui merupakan negara yang mengirimkan bantuan senjata ke Ukraina dalam jumlah yang sangat besar.

Bahkan baru-baru ini, DPR AS menyetujui sebuah RUU yang akan semakin mempermudah AS untuk mengirimkan senjata ke Ukraina.

Namun bantuan senjata tersebut ternyata tidaklah diberikan secara cuma-cuma.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, anggota parlemen Rusia, Vyacheslav Volodin membongkar RUU yang baru saja disetujui oleh DPR AS.

RUU tersebut diketahui bernama Undang-Undang Pinjam-Sewa Pertahanan Demokrasi Ukraina.

Kini RUU itu hanya tinggal menunggu tanda tangan Presiden AS Joe Biden sebelum berlaku.

"Motif Washington jelas terlihat," tulis Volodin di akun sosmednya.

Volodin menyampaikan, dengan adanya aturan baru ini, AS sesungguhnya berusaha mencari untung besar-besaran untuk perusahaan senjatanya.

Volodin memperingatkan, Ukraina terancam berutang ke AS hingga generasi-generasi selanjutnya.

"Zelensky memimpin negara ke dalam lubang utang," kata Volodin.

Program baru ini ternyata pernah diadopsi oleh pemerintah AS pada era perang dunia ke-2 dulu.

Pada saat itu AS mengirimkan bantuan militer ke pihak yang berperang, namun aturan baru ini disetujui 417 anggota senat oleh 10 anggota senat.

Dalam RUU baru ini, DPR AS mengizinkan pemerintah AS untuk meminjamkan atau menyewakan alat-alat pertahanan kepada Ukraina atau seluruh negara Eropa Timur yang kini terdampak invasi pasukan militer Rusia.

Bantuan militer dari AS ini nantinya ditujukan untuk memperkuat pertahanan negara dari invasi pasukan militer Rusia agar bisa melindungi warga sipil.

Namun hal yang menjadi pertanyaan adalah mampukah Ukraina membayar?

Pada RUU ini, negara yang mendapat pinjaman atau sewaan bantuan militer diwajibkan untuk mengembalikannya atau membayarnya.

Ukraina sendiri saat ini tengah memohon kepada negara-negara Uni Eropa dan AS agar dikirimkan bantuan sebesar 7 miliar USD per bulan atau setara dengan Rp 101 triliun hanya untuk membayar gaji dan pensiun.

AS Tak Ingin Konflik di Ukraina Berakhir

Pemerintah Rusia menuding Amerika Serikat (AS) justru ingin konflik di Ukraina agar tidak segera berakhir.

Tudingan ini disampaikan oleh duta besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, Senin (25/4/2022).

Antonov menyebut segala cara saat ini tengah dilakukan oleh AS agar konflik di Ukraina terus berjalan, satu di antaranya adalah mengirimkan bantuan senjata dalam skala yang besar.

Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, Antonov mengatakan, AS ingin Ukraina memerangi Rusia hingga titik darah penghabisan.

"AS ingin memelihara ketidakstabilan di Eropa," ujar Antonov.

Antonov menyampaikan saat ini AS mengajak agar negara-negara barat bergabung bersamanya untuk mempertahankan posisi AS di arena global.

Rusia juga menyebut AS terus-terusan mengungkit bagaimana konflik di Ukraina adalah sebuah ancaman nyata bagi AS.

Menurut Rusia cara tersebut dilakukan AS agar masalah-masalah domestik mulai dari politik hingga ekonomi tidak disorot oleh publik.

Antonov mengatakan, Rusia tetap akan bertahan meskipun digempur oleh AS.

Ia menjelaskan bahwa tujuan operasi militer spesial yang dilakukan oleh Rusia bukanlah untuk memusuhi Ukraina, melainkan melindungi rakyat di republik Donetsk dan Lugansk.

Kemudian Rusia juga ingin menghilangkan ancaman dari Ukraina melalui demiliterisasi dan denazifikasi.

Pemerintah AS juga telah mengakui pihaknya ingin kekuatan Rusia terus melemah seiring berjalannya konflik di Ukraina.

Pengakuan ini disampaikan langsung oleh Menteri Pertahanan AS, Lloyd Austin seusai mengunjungi Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky bersama Sekretaris negara AS, Antony Blinken pada Senin (25/4/2022).

Lloyd mengatakan AS siap menggelontorkan uang ekstra sebesar 713 juta USD atau sekira Rp 10 triliun untuk mengirimkan bantuan senjata ke Ukraina dan negara-negara Eropa lainnya.

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pernyataan ini disampaikan ketika Lloyd menghadiri konferensi pers di Polandia.

Menurut pernyataan yang disampaikan oleh Lloyd, alasan AS ingin melemahkan Rusia adalah supaya Rusia tidak mengulangi invasi yang sama ke negara lain.

Lloyd meyakini Ukraina masih dapat memenangkan perang ini dengan bantuan dari berbagai pihak.

Koresponden diplomatik BBC, James Landale melihat pernyataan dari Lloyd sebagai statement yang kuat dari pemerintahan AS.

Sementara itu, Rusia memberikan tanggapan keras terhadap bantuan militer yang dikirim Amerika Serikat ke Ukraina.

Apalagi mengetahui bahwa paket dari Presiden AS Joe Biden itu bernilai hingga 800 juta USD atau sekitar Rp 11 triliun.

Bantuan tersebut dibahas secara resmi oleh Sekretaris Negara AS Antony Blinken dan Menteri Pertahan AS Lloyd Austin yang datang ke Kiev.

Duta Besar Rusia untuk AS, Anatoly Antonov, mengaku telah mengirim catatan khusus pada pihak Washington.

Ia menyinggung jumlah bantuan militer yang telah diumumkan Joe Biden untuk Ukraina.

Persenjataan tersebut dikirim untuk membantu Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menghalau Rusia dari wilayah Donbas.

Menurut Rusia, hal tersebut sama sekali tidak memberikan solusi untuk menghentikan perang.

"Delapan ratus juta dolar, ini adalah berapa banyak (nilai) senjata yang akan dikirim ke Kiev dari Washington," kata Antonov dilansir TribunWow.com dari TASS, Senin (25/4/2022).

"Itu jumlah yang sangat besar, dan itu tidak berkontribusi pada pencarian solusi diplomatik, atau penyelesaian apa pun."

Untuk menghalangi upaya tersebut, pihak Rusia telah mengirim peringatan pada AS.

Ia menekankan agar pengiriman bantuan itu dihentikan dengan segera.

"Apakah kami mengajukan catatan? Ya, kami menekankan bahwa AS yang membekali Ukraina dengan senjata tidak dapat diterima, dan kami menuntut agar praktik semacam ini dihentikan," tegas Antonov.

Diplomat tersebut menuding AS memiliki kepentingan tersendiri terkait hubungan geopolitiknya dengan Rusia.

Karenanya, bantuan ke Ukraina ini diduga merupakan upaya AS untuk melemahkan Rusia.

"AS telah berusaha untuk meningkatkan taruhannya dan meningkatkan situasi (konflik)," kata Antonov.

"Tujuannya adalah untuk mencegah Rusia, seperti yang telah dikatakan secara terbuka oleh para senator (Amerika), agar (Rusia) tak mampu berdiri sendiri, dan untuk menghalangi kepentingan agar dihormati atau agar suaranya didengar," imbuhnya.

Pada Minggu (24/4/2022), Zelensky telah berdiskusi dengan Blinken dan Lloyd Austin mengenai pasokan militer dan bantuan keuangan ke Kiev dari Washington.

Ia membeberkan hasil kesepakatan tersebut melalui akun media sosialnya.

"Saya berdiskusi dengan Sekretaris Negara AS Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin bantuan militer, meningkatkan tekanan sanksi terhadap Rusia, dukungan keuangan untuk Ukraina dan jaminan keamanan," tulis Zelensky di saluran Telegram resminya, Senin (25/4/2022). (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
UkrainaRusiamiliterAmerika SerikatJoe Biden
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved