Konflik Rusia Vs Ukraina
Terpaksa Hidup di Toilet, Pasutri Lansia di Ukraina Tidur dalam Posisi Duduk
Pasutri Lansia di Ukraina menceritakan mengapa mereka tidak pergi meninggalkan rumah mereka demi pindah ke tempat yang lebih aman.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Nasib miris dialami oleh pasang suami istri lanjut usia di Kharkiv, Ukraina.
Menjadi kota yang terus menerus diserang oleh pasukan militer Rusia, nenek bernama Vera Hurovaya (73) kini terpaksa hidup di toilet bersama sang suami Vladimir Krupenya (83).
Hampir seluruh rumah Vera hancur karena serangan Rusia, yang tersisa hanyalah toilet.
Baca juga: Soroti Perubahan Sikap Putin, Eks Presiden Ukraina Yakin Rusia akan Kalah
Baca juga: Live Streaming Palsu hingga Manfaatkan Video Lama, Ini Konten Hoaks Rusia Vs Ukraina di TikTok
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, Vera dan Vladimir mengaku kini mereka terpaksa tidur dalam posisi duduk di kursi karena ruangan yang sempit.
Dikarenakan langkanya air bersih, Vera menjaga stok air bersih dengan cara memenuhi bak mandi yang ia simpan untuk memasak dan dikonsumsi.
Kondisi badan yang sudah melemah juga tidak memungkinkan Vera dan Vladimir kabur ke basemen bawah tanah.
"Apa yang mereka (Rusia) lakukan kepada kami? Saya tidak mengerti," kata Vera.
Vera mengenang bagaimana ayahnya tewas pada perang dunia ke-2 berperang melawan Nazi.
Dirinya memaki-maki Rusia yang berdalih menginvasi Ukraina untuk melakukan denazifikasi.
Sementara itu, Kementerian pertahanan Rusia mengumumkan gencatan senjata di sekitar pabrik baja Azovstal di Mariupol, Ukraina, Senin (25/4/2022).
Hal ini dilakukan untuk memungkinkan evakuasi warga sipil dari kawasan industri tersebut.
Gencatan senjata tersebut merupakan respons Rusia atas klaim Ukraina yang menyebut penduduk sipil masih berlindung di bangunan tersebut.
Dilansir TribunWow.com dari NDTV, Senin (25/4/2022), gencatan senjata ini diumumkan oleh kementerian pertahanan Rusia.
"Pasukan Rusia mulai pukul 14:00 waktu Moskow (1100 GMT) pada 25 April 2022, secara sepihak akan menghentikan permusuhan apa pun, menarik unit ke jarak yang aman dan memastikan penarikan warga sipil," kata kementerian tersebut dalam sebuah pernyataan.
Baca juga: Ahli Curiga Rusia Telah Memulai Perang Baru di Moldova
Rusia menjanjikan warga sipil akan dibawa ke arah mana pun yang mereka pilih.
Ia menambahkan bahwa pihak Ukraina harus menunjukkan kesiapan untuk memulai evakuasi kemanusiaan dengan mengibarkan bendera putih di Azovstal.
Menurut kementerian, informasi ini akan dikomunikasikan kepada orang-orang di dalam Azovstal melalui saluran radio setiap 30 menit.
Hal ini dikonfirmasin oleh Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia, yang mengatakan klaim serupa.
"Tentara Rusia dan unit Republik Rakyat Donetsk mulai pukul 14:00 waktu Moskow pada 25 April secara sepihak menghentikan operasi militer di dekat Azovstal," kata Mizintsev dilansir RIA Novosti, Senin (25/4/2022).
Menurut Mizintsev, ini adalah reaksi terhadap tuduhan yang sedang berlangsung oleh pihak Ukraina bahwa pabrik tersebut diduga dihuni oleh warga sipil.
Unit militer Rusia akan mundur ke jarak yang aman dan memastikan keluarnya warga sipil, termasuk personel yang bekerja, wanita dan anak-anak.
"Tidak ada halangan untuk keluarnya warga sipil dari Azovstal, kecuali keputusan prinsip dari otoritas Kyiv sendiri dan komandan formasi nasionalis untuk terus menjaga warga sipil sebagai tameng manusia," tambah Mizintsev.
Bendera putih yang dikibarkan oleh mereka yang ingin meninggalkan Azovtal akan berfungsi sebagai sinyal untuk dimulainya aksi kemanusiaan.
Mizintsev menambahkan bahwa Rusia telah memberi tahu pihak Ukraina tentang keputusannya melalui Wakil Perdana Menteri Irina Vereshchuk.
Rusia pekan lalu mengatakan telah menguasai penuh kota strategis Ukraina timur, kecuali kawasan industri Azovstal yang luas.
Presiden Vladimir Putin memerintahkan blokade pabrik baja, di mana ratusan warga sipil dilaporkan berlindung dengan pasukan Ukraina.
Baca juga: Berbagi 1 Toilet dengan Ribuan Orang, Pengungsi Ukraina Ungkap Mengerikannya Kamp Penyaringan Rusia
Baca juga: Rusia Hanya Tinggal Miliki 30 Persen Pasokan Persenjataan, Ukraina Disebut Berkesempatan Menang
Kondisi Pengungsi di Azovtal
Terjebak di dalam kompleks pabrik baja Azovstal, rezimen Azov Ukraina mengunggah sebuah video menampilkan kondisi terkini di dalam pabrik yang berada di Mariupol tersebut.
Seperti yang diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberikan instruksi kepada pasukan militer Rusia untuk memblokade pabrik baja Azovstal.
Dalam video yang diunggah oleh rezimen Azov tersebut, tampak para prajurit Ukraina membawakan makanan dan bantuan lainnya untuk wanita dan anak-anak yang berada di bunker bawah tanah di pabrik Azovstal.
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pada video yang beredar tampak sejumlah wanita dan anak-anak berada di ruangan yang penuh dengan orang.
Dapat terdengar suara-suara keluhan para warga yang mengatakan mulai kehabisan makanan hingga air.
Bahkan terdengar juga warga yang memohon agar bisa segera dievakuasi keluar dari kota tersebut.
Seorang wanita mengatakan ada 15 anak-anak yang berlindung di dalam bunker tersebut, mulai dari bayi hingga bocah berusia 14 tahun.
Video ini diduga diambil pada 21 April 2022.
Diketahui di dalam pabrik baja Azovstal terdapat begitu banyak terowongan.
Menurut keterangan Pimpinan Chechnya Ramzan Kadyrov mengungkapkan bagaimana para tentara Ukraina diperlakukan secara tak manusiawi oleh komandan mereka.
Diketahui kini masih tersisa sejumlah tentara Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Kota Mariupol.
Kadyrov menjelaskan, para tentara Ukraina itu saat ini dipimpin oleh batalion nasionalis Ukraina yang bersikap keji bahkan terhadap rekan seperjuangan mereka sendiri.
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, Kadyrov lewat akun Telegram miliknya menjelaskan bagaimana para tentara Ukraina yang terjebak di dalam Mariupol dipaksa untuk terus berperang oleh komandan mereka.
Informasi ini diperoleh Kadyrov seusai bertanya ke seorang tawanan perang.
Batalion nasionalis Ukraina yang kini memimpin para tentara Ukraina di Azovstal disebut akan menembak mati para tentara yang memilih untuk menyerah ke Rusia.
"Menurut keterangan tawanan, mayoritas dari mereka yang terkurung di belakang tembok tebal pabrik ingin cepat-cepat pergi meninggalkan wilayah sambil memegang bendera putih," ungkap Kadyrov.
"Namun inisiatif ini tidak didukung oleh sang komandan batalion nasionalis."
"Kami telah mengkonfirmasi informasi tentang mengeksekusi mati anggota mereka sendiri yang ingin menyerah," papar Kadyrov.
Kadyrov menyampaikan, batalion nasionalis juga telah menyebarkan disinformasi kepada anggota mereka tentang nasib para tahanan perang di tangan Rusia.
Diketahui pemerintah Rusia telah memberikan kesempatan kepada pasukan militer Ukraina di Mariupol agar menyerah.
Namun beberapa tentara Ukraina tetap enggan menyerah dan memutuskan untuk melawan Rusia hingga titik darah penghabisan.
Beberapa di antaranya bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Mariupol.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Mayor Serhiy Volyna menyatakan pasukannya yakni brigade marinir ke-36 akan terus bertempur melawan Rusia.
Lewat sebuah video, Volyna menyampaikan sebuah permohonan kepada para pemimpin dunia untuk membantu Mariupol dan Ukraina.
"Ini adalah pesan kami kepada dunia. Ini mungkin jadi pesan terakhir kami," ucap Volyna.
"Kami mungkin hanya memiliki beberapa hari atau jam tersisa."
"Kekuatan musuh 10 kali lebih besar dibandingkan kami. Mereka menguasai udara, artileri, tank dan unggul dalam kendaraan tempur."
Volyna mengatakan, misinya dan pasukannya di Mariupol adalah mempertahankan pabrik baja Azovstal.
"Kami meminta kepada para pemimpin dunia untuk bantu kami," kata Volyna.
Volyna ingin agar dirinya dan para pasukannya dievakuasi ke negara dunia ketiga.
Menurut Volyna ada 500 tentara yang terluka, dan ratusan warga sipil di Mariupol termasuk wanita dan anak-anak yang belum dievakuasi.
"Kami meminta diberikan keamanan di teritori negara dunia ketiga," ujar Volyna. (TribunWow.com/Anung/Via)