Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Mulai Produksi Massal Rudal S-500 Prometheus, Disebut Tulang Punggung Pertahanan Udara Rusia
Rusia dikabarkan telah memulai produksi massal rudal anti pesawat terbaru S-500 Prometheus.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Perusahaan yang berkantor pusat di Moskow ini beroperasi di Rusia dan lebih dari 50 negara lainnya.
Baca juga: Video Peluncuran Rudal Setan Andalan Putin, Disebut 1.000 Kali Lebih Kuat dari Bom Hiroshima
Baca juga: Rudal Dibalas Rudal, Rusia Kembali Serang Kiev dan Kota Ukraina Lain Balas Tenggelamnya Kapal Moskva
Pasokan Senjata Rusia Tinggal 30 Persen
Rusia dikabarkan telah mengalami kerugian yang begitu besar sejak perang dengan Ukraina dimulai.
Pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin dikabarkan telah kehilangan puluhan ribu pasukan.
Bahkan pasokan persenjataan rudal presisi tinggi yang dimiliki dikatakan telah digunakan hingga 70 % dari total yang dimiliki.
Meskipun negara tersebut mampu memproduksinya secara mandiri, Rusia diprediksi akan mengalami kesulitan jika pernag terus berkepanjangan.
Dilansir TribunWow.com dari Ukrinform, Minggu (24/4/2022), klaim ini dinyatakan oleh Christo Grozev, seorang jurnalis investigasi, direktur eksekutif dan ketua dewan platform investigasi Bellingcat.
"Mereka hanya memiliki sekitar 30% dari apa yang mereka gunakan untuk memulai perang," kata Grozev dalam wawancara dengan saluran TV Ukraina 24.
"Ada juga pertanyaan, siapa yang mengoperasikan rudal ini? Lagi pula, sumber daya yang dapat bekerja dengan rudal ini juga terbatas."
"Intelijen kami mengatakan (sumber daya) ini sekitar 30 hingga 40 orang."
Menurut Grozev, pihak Ukraina sengaja menyasar para tentara yang bisa mengoperasikan rudal tersebut.
Sehingga, Rusia tak hanya kehabisan amunisi tapi juga sejumlah tentara ahli senjata.
"Bagaimanapun, Ukraina bekerja tidak hanya untuk menembak jatuh dan menghancurkan rudal, tetapi juga untuk mengidentifikasi orang yang dapat memprogram rudal ini. Oleh karena itu, saya tidak akan terkejut jika tidak hanya perangkat keras tetapi juga perangkat lunak yang disebut habis di Rusia,” kata Grozev.
Mengenai Mariupol, jurnalis senior itu mencatat bahwa pertempuran di kota pelabuhan itu hanya kalah taktis.
Namun, ini tidak berarti kekalahan dalam pertempuran, karena alasan untuk tidak dapat mempertahankan kendali Mariupol adalah kurangnya senjata, masalah di Angkatan Darat atau kurangnya motivasi.