Konflik Rusia Vs Ukraina
Wanita dan Anak-anak Terjebak di Bunker, Rezimen Azov Sebar Video Penampakan Terkini Mariupol
Rezimen Azov mengunggah sebuah video menampilkan kondisi terkini basemen atau bunker yang terdapat di Mariupol.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Atri Wahyu Mukti
TRIBUNWOW.COM - Terjebak di dalam kompleks pabrik baja Azovstal, rezimen Azov Ukraina mengunggah sebuah video menampilkan kondisi terkini di dalam pabrik yang berada di Mariupol tersebut.
Seperti yang diketahui, Presiden Rusia Vladimir Putin telah memberikan instruksi kepada pasukan militer Rusia untuk memblokade pabrik baja Azovstal.
Dalam video yang diunggah oleh rezimen Azov tersebut, tampak para prajurit Ukraina membawakan makanan dan bantuan lainnya untuk wanita dan anak-anak yang berada di bunker bawah tanah di pabrik Azovstal.
Baca juga: Sadap Percakapan di Mariupol, Rusia Ungkap Alasan Tentara Ukraina di Azovstal Tak Kunjung Menyerah
Baca juga: Gagal Bujuk Bos Kantor Berita Ukraina, Rusia Rilis Koran Tiruan Berisi Propaganda
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pada video yang beredar tampak sejumlah wanita dan anak-anak berada di ruangan yang penuh dengan orang.
Dapat terdengar suara-suara keluhan para warga yang mengatakan mulai kehabisan makanan hingga air.
Bahkan terdengar juga warga yang memohon agar bisa segera dievakuasi keluar dari kota tersebut.
Seorang wanita mengatakan ada 15 anak-anak yang berlindung di dalam bunker tersebut, mulai dari bayi hingga bocah berusia 14 tahun.
Video ini diduga diambil pada 21 April 2022.
Diketahui di dalam pabrik baja Azovstal terdapat begitu banyak terowongan.
Menurut keterangan Pimpinan Chechnya Ramzan Kadyrov mengungkapkan bagaimana para tentara Ukraina diperlakukan secara tak manusiawi oleh komandan mereka.
Diketahui kini masih tersisa sejumlah tentara Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Kota Mariupol.
Kadyrov menjelaskan, para tentara Ukraina itu saat ini dipimpin oleh batalion nasionalis Ukraina yang bersikap keji bahkan terhadap rekan seperjuangan mereka sendiri.
Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, Kadyrov lewat akun Telegram miliknya menjelaskan bagaimana para tentara Ukraina yang terjebak di dalam Mariupol dipaksa untuk terus berperang oleh komandan mereka.
Informasi ini diperoleh Kadyrov seusai bertanya ke seorang tawanan perang.
Batalion nasionalis Ukraina yang kini memimpin para tentara Ukraina di Azovstal disebut akan menembak mati para tentara yang memilih untuk menyerah ke Rusia.
"Menurut keterangan tawanan, mayoritas dari mereka yang terkurung di belakang tembok tebal pabrik ingin cepat-cepat pergi meninggalkan wilayah sambil memegang bendera putih," ungkap Kadyrov.
"Namun inisiatif ini tidak didukung oleh sang komandan batalion nasionalis."
"Kami telah mengkonfirmasi informasi tentang mengeksekusi mati anggota mereka sendiri yang ingin menyerah," papar Kadyrov.
Kadyrov menyampaikan, batalion nasionalis juga telah menyebarkan disinformasi kepada anggota mereka tentang nasib para tahanan perang di tangan Rusia.
Diketahui pemerintah Rusia telah memberikan kesempatan kepada pasukan militer Ukraina di Mariupol agar menyerah.
Namun beberapa tentara Ukraina tetap enggan menyerah dan memutuskan untuk melawan Rusia hingga titik darah penghabisan.
Beberapa di antaranya bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Mariupol.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Mayor Serhiy Volyna menyatakan pasukannya yakni brigade marinir ke-36 akan terus bertempur melawan Rusia.
Lewat sebuah video, Volyna menyampaikan sebuah permohonan kepada para pemimpin dunia untuk membantu Mariupol dan Ukraina.
"Ini adalah pesan kami kepada dunia. Ini mungkin jadi pesan terakhir kami," ucap Volyna.
"Kami mungkin hanya memiliki beberapa hari atau jam tersisa."
"Kekuatan musuh 10 kali lebih besar dibandingkan kami. Mereka menguasai udara, artileri, tank dan unggul dalam kendaraan tempur."
Volyna mengatakan, misinya dan pasukannya di Mariupol adalah mempertahankan pabrik baja Azovstal.
"Kami meminta kepada para pemimpin dunia untuk bantu kami," kata Volyna.
Volyna ingin agar dirinya dan para pasukannya dievakuasi ke negara dunia ketiga.
Menurut Volyna ada 500 tentara yang terluka, dan ratusan warga sipil di Mariupol termasuk wanita dan anak-anak yang belum dievakuasi.
"Kami meminta diberikan keamanan di teritori negara dunia ketiga," ujar Volyna.
Putin Larang Pasukannya Serbu Azovstal
Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerbu benteng terakhir Ukraina yang tersisa di kota Mariupol yang terkepung.
Hal ini diutarakan setelah menteri pertahanannya, Sergei Shoigu mengakui tentara Rusia masih memerangi ribuan tentara Ukraina di sana.
Putin menilai rencana untuk menyerbu pabrik baja Azovstal tidak praktis dan justru mengintruksikan pasukan Rusia untuk memblokade daerah itu agar tak seekor lalat bisa lewat.
Informasi terbaru, pasukan militer Rusia menawarkan para tentara dan warga Ukraina yang ada di Mariupol untuk menyerah kapanpun mereka mau.
Saat ini sejumlah tentara dan warga Ukraina masih ada yang terus bertahan di pabrik baja Azovstal.
Dikabarkan, mereka bersembunyi di dalam basemen yang berada di bawah pabrik tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, tawaran menyerah masih terus berlaku.
Kemenhan Rusia juga menyampaikan, pasukan militer Rusia siap untuk melakukan gencatan senjata dan membuka jalur kemanusiaan jika ada warga sipil yang ingin pergi ke luar.
Menurut penjelasan Kemenhan Rusia, para tentara Ukraina yang ada di Mariupol diperbolehkan pergi ke luar kapanpun mereka mau asalkan tidak membawa senjata dan amunisi mereka.
RT.com menginfokan, seorang komandan pasukan Ukraina di Mariupol menyebut ada ratusan warga sipil yang terjebak di dalam kompleks pabrik Azovstal.
Namun tidak dijelaskan mengapa para warga sipil tersebut secara sukarela ikut bersembunyi bersama para tentara Ukraina yang sedang bertempur melawan tentara Rusia.
Kemenhan Rusia mengatakan, para tentara Ukraina tersebut hanya perlu mengangkat bendera putih untuk menyatakan mereka telah menyerah.
Pemerintah Rusia menyampaikan, keselamatan para kombatan dan warga sipil yang menyerah akan dijamin.
Berdasarkan keterangan Kemenhan Rusia, koridor kemanusiaan yang diorganisir oleh pasukan Rusia di Mariupol telah mengevakuasi sebanyak 143 ribu warga sipil Ukraina, 341 warga negara asing, dan 1,844 tentara Ukraina.
(TribunWow.com/Anung/Via)