Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sadap Percakapan di Mariupol, Rusia Ungkap Alasan Tentara Ukraina di Azovstal Tak Kunjung Menyerah

Pemerintah Rusia mengklaim berhasil menyadap percakapan tentara Ukraina yang terjebak di Mariupol.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Tiffany Marantika Dewi
Capture Video BBC
Svyatoslav Palamar, dari resimen Azov yang kontroversial, menuturkan kondisi pertahanan terakhir di Mariupol yang dikepung Rusia, Jumat (22/4/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Pasukan militer Rusia mengklaim telah berhasil menyadap percakapan yang terjadi di dalam pabrik baja Azovstal di Mariupol.

Seperti yang diketahui, sejumlah tentara Ukraina yang menolak menyerah ke Rusia, sampai saat ini masih berada di sana.

Berdasarkan hasil sadapan Rusia, ada alasan tertentu yang menyebabkan tentara Ukraina di Azovstal tidak kunjung menyerah.

Baca juga: Media Rusia Soroti Keanehan Warga Sipil di Mariupol Enggan Menyerah padahal Diberi Jaminan Selamat

Baca juga: Viral Video Puluhan Mayat Tergeletak di Jalan Raya Mariupol yang Dibiarkan, Ini Faktanya

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, saat ini batalion nasionalis dan tentara Ukraina yang berada di Azovstal diketahui mengalami kekurangan logistik mulai dari makanan hingga minuman.

Dikabarkan mereka bahkan sesungguhnya tak sabar ingin segera menyerah.

Namun karena belum ada perintah dari Kiev, para prajurit Ukraina yang ada di Azovstal takut akan berakhir di peradilan militer jika menyerah ke Rusia.

Terakhir pada Kamis (21/4/2022) Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengklaim masih ada kesempatan bagi pasukan militer Ukraina untuk merebut Mariupol asalkan ada bantuan dari negara-negara barat.

Sebelumnya, Pimpinan Chechnya Ramzan Kadyrov mengungkapkan bagaimana para tentara Ukraina diperlakukan secara tak manusiawi oleh komandan mereka.

Diketahui kini masih tersisa sejumlah tentara Ukraina yang bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Kota Mariupol.

Kadyrov menjelaskan, para tentara Ukraina itu saat ini dipimpin oleh batalion nasionalis Ukraina yang bersikap keji bahkan terhadap rekan seperjuangan mereka sendiri.

Dikutip TribunWow.com dari Tass.com, Kadyrov lewat akun Telegram miliknya menjelaskan bagaimana para tentara Ukraina yang terjebak di dalam Mariupol dipaksa untuk terus berperang oleh komandan mereka.

Informasi ini diperoleh Kadyrov seusai bertanya ke seorang tawanan perang.

Batalion nasionalis Ukraina yang kini memimpin para tentara Ukraina di Azovstal disebut akan menembak mati para tentara yang memilih untuk menyerah ke Rusia.

"Menurut keterangan tawanan, mayoritas dari mereka yang terkurung di belakang tembok tebal pabrik ingin cepat-cepat pergi meninggalkan wilayah sambil memegang bendera putih," ungkap Kadyrov.

"Namun inisiatif ini tidak didukung oleh sang komandan batalion nasionalis."

"Kami telah mengkonfirmasi informasi tentang mengeksekusi mati anggota mereka sendiri yang ingin menyerah," papar Kadyrov.

Kadyrov menyampaikan, batalion nasionalis juga telah menyebarkan disinformasi kepada anggota mereka tentang nasib para tahanan perang di tangan Rusia.

Diketahui pemerintah Rusia telah memberikan kesempatan kepada pasukan militer Ukraina di Mariupol agar menyerah.

Namun beberapa tentara Ukraina tetap enggan menyerah dan memutuskan untuk melawan Rusia hingga titik darah penghabisan.

Beberapa di antaranya bertahan di pabrik baja Azovstal yang berada di Mariupol.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Mayor Serhiy Volyna menyatakan pasukannya yakni brigade marinir ke-36 akan terus bertempur melawan Rusia.

Lewat sebuah video, Volyna menyampaikan sebuah permohonan kepada para pemimpin dunia untuk membantu Mariupol dan Ukraina.

"Ini adalah pesan kami kepada dunia. Ini mungkin jadi pesan terakhir kami," ucap Volyna.

"Kami mungkin hanya memiliki beberapa hari atau jam tersisa."

"Kekuatan musuh 10 kali lebih besar dibandingkan kami. Mereka menguasai udara, artileri, tank dan unggul dalam kendaraan tempur."

Volyna mengatakan, misinya dan pasukannya di Mariupol adalah mempertahankan pabrik baja Azovstal.

"Kami meminta kepada para pemimpin dunia untuk bantu kami," kata Volyna.

Volyna ingin agar dirinya dan para pasukannya dievakuasi ke negara dunia ketiga.

Menurut Volyna ada 500 tentara yang terluka, dan ratusan warga sipil di Mariupol termasuk wanita dan anak-anak yang belum dievakuasi.

"Kami meminta diberikan keamanan di teritori negara dunia ketiga," ujar Volyna.

Presiden Rusia Vladimir Putin telah memerintahkan pasukannya untuk tidak menyerbu benteng terakhir Ukraina yang tersisa di kota Mariupol yang terkepung.

Hal ini diutarakan setelah menteri pertahanannya, Sergei Shoigu mengakui tentara Rusia masih memerangi ribuan tentara Ukraina di sana.

Putin menilai rencana untuk menyerbu pabrik baja Azovstal tidak praktis dan justru mengintruksikan pasukan Rusia untuk memblokade daerah itu agar tak seekor lalat bisa lewat. (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait lainnya

Sumber: TribunWow.com
Tags:
MariupolRusiaUkrainaTentaraVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved