Konflik Rusia Vs Ukraina
Citra Satelit Ungkap Kuburan Massal di Mariupol, Rusia Dituding Sembunyikan Bukti Kejahatan Perang
Citra satelit menunjukkan gambaran sejumlah situs yang tampaknya merupakan pemakaman massal di Mariupol, Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
Boichenko mengatakan bahwa sekitar 100 ribu orang tetap berada di daerah yang diduduki Rusia di Mariupol.
100 ribu lainnya berhasil melarikan diri, sebagian besar dengan mobil pribadi, sementara 40 ribu telah dideportasi secara paksa ke Rusia.
Ia menyebut penduduk yang lainnya ditahan di kamp filtrasi Rusia di luar kota.
"Orang-orang disiksa di kamp-kamp ini. Bukan hanya laki-laki tapi juga perempuan yang dipilih. Ini adalah ghetto yang mengerikan. Mereka mencari orang-orang yang berhubungan dengan kotamadya. Rusia menggunakan metode fasis yang sama yang digunakan oleh Nazi. Ini adalah Rusia yang fasis," ungkap Boichenko.
Wali kota mengatakan 80 orang berhasil keluar pada hari Rabu dengan empat bus dan berhasil menyeberang ke wilayah yang dikuasai pemerintah Ukraina.
Namun, tidak ada evakuasi yang terjadi pada hari Kamis, karena Rusia menembaki titik pertemuan di mana penduduk berkumpul.
Baca juga: Tentara Ukraina Tak Bisa Tembus Mariupol yang Diblokir Rusia, Zelensky Siap Tempuh Dua Cara
Baca juga: Kondisi Terkini Mariupol, Mayat-mayat Manusia Dimakan Anjing hingga Warga Minum Air Radiator
Rusia Klaim Segera Kuasai Mariupol
Panglima perang Chechnya Ramzan Kadyrov yakin Rusia akan merebut kota pelabuhan utama Ukraina Mariupol hari ini, Kamis (21/4/2022).
Sebelumnya, Kiev juga telah memperingatkan bahwa pasukannya tidak dapat bertahan lebih lama lagi.
Jika berhasil, Mariupol akan menjadi kota pertama yang dikuasai sekaligus menjadi kemenangan besar bagi Rusia.
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, kota Mariupol telah menjadi target utama Rusia sejak perang di Ukraina dimulai hampir dua bulan lalu.
Kadyrov yang pasukannya bertempur di Ukraina, menyatakan Mariupol akan jatuh hari ini.
"Sebelum jam makan siang, atau setelah makan siang, Azovstal akan sepenuhnya berada di bawah kendali pasukan Federasi Rusia," ucap Kadyrov.
Benteng terakhir perlawanan Ukraina berbasis di sekitar pabrik baja Azovstal, di mana diperkirakan 1.000 warga sipil telah berlindung dari penembakan dan serangan rudal.
Menjelang kejatuhannya, Presiden Rusia Vladimir Putin membatalkan rencana untuk menyerbu pabrik, dan sebaliknya menyerukan agar pabrik itu diblokade.