Konflik Rusia Vs Ukraina
Konflik Rusia dan Ukraina Memanas, PBB Turun Tangan Ajak Putin dan Zelensky Bertemu Muka
Antonio Guterres, sekretaris jenderal PBB, meminta adanya pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Hampir dua bulan berlalu, perang antara Rusia dan Ukraina tak juga mereda.
Alih-alih, situasi makin memanas ketika kini Rusia mengklaim berhasil kuasai Mariupol, kota pelabuhan utama Ukraina.
Menanggapi hal tersebut, Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pun tak tinggal diam dalam mencari upaya perdamaian.

Baca juga: Zelensky Yakin Pertemuan dengan Putin Tak Cukup Dilakukan Sekali, Ancam Mundur dari Negosiasi Damai
Baca juga: Presiden Ukraina Zelensky Vs Presiden Rusia Putin, Mantan Komedian dan Eks KGB, Siapa Lebih Unggul?
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Kamis (21/4/2022), Antonio Guterres, sekretaris jenderal PBB, meminta adanya pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Pertemuan itu rencananya digelar secara terpisah di ibu kota negara masing-masing untuk mencoba merundingkan diakhirinya perang yang hampir dua bulan berlangsung.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric, mengatakan bahwa Guterres telah mengirim surat ke misi PBB di Rusia dan Ukraina.
Ia meminta Putin untuk menerimanya di Moskow dan meminta Zelensky untuk menyambutnya di Kyiv.
"Sekretaris Jenderal mengatakan, pada saat bahaya dan konsekuensi besar ini, dia ingin membahas langkah-langkah mendesak untuk mewujudkan perdamaian di Ukraina dan masa depan multilateralisme berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa dan hukum internasional," kata Dujarric di sebuah pernyataan, Rabu (20/4/2022).
Ini dilakukan setelah sehari sebelumnya, Guterres menyerukan gencatan senjata empat hari selama Pekan Suci Kristen Ortodoks untuk memungkinkan evakuasi warga sipil dan pengiriman bantuan kemanusiaan ke daerah-daerah yang terkena dampak parah.
"Kebutuhan kemanusiaan sangat mendesak. Orang-orang tidak memiliki makanan, air, persediaan untuk merawat yang sakit atau terluka atau hanya untuk hidup sehari-hari," kata Guterres di New York.
Diketahui, invasi Rusia pada 24 Februari ke Ukraina telah menewaskan ribuan orang dan menyebabkan lebih dari 12 juta orang membutuhkan bantuan kemanusiaan.
Sementara, sekitar lima juta penduduk telah meninggalkan Ukraina.
Sejak memulai apa yang disebutnya operasi khusus untuk demiliterisasi Ukraina, Rusia telah membom kota-kota Ukrana.
Puing-puing berserakan dan ratusan mayat sipil telah ditemukan di kota-kota setelah pasukan Rusia mundur dari daerah dekat Kyiv.
Moskow, yang pekan ini meluncurkan serangan skala penuh di timur Ukraina, membantah menargetkan warga sipil.
Tanpa memberikan bukti, Rusia menuding bahwa bukti-bukti kekejaman di Ukraina hanyalah rekayasa.
Baca juga: Rusia Tuding PBB Tidak Netral dalam Konflik di Ukraina: Benar-benar Sangat Jelas
Baca juga: Rusia Tanggapi Penangguhannya di Dewan HAM PBB, Wakil Putin Sebut akan Gunakan Segala Cara
Kata PBB soal Potensi Perang Nuklir
Sejumlah pihak semakin khawatir Rusia akan menggunakan senjata nuklir dalam konflik melawan Ukraina yang kini telah memasuki babak baru.
Ukraina dan Rusia telah mengumumkan babak baru perang akan dilakukan di daerah Donbass.
Terkait penggunaan senjata nuklir, pemerintah Rusia telah menyatakan sampai saat ini masih mempertimbangkan untuk menggunakan senjata konvensional.
Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) menyatakan tidak pernah terpikirkan akan terjadi perang nuklir di masa-masa sekarang ini.
Pernyataan ini disampaikan oleh Stephane Dujarric selaku juru bicara Sekjen PBB Antonio Guterres pada selasa (19/4/2022).
Seorang reporter menanyakan kepada Dujarric apakah PBB memilki persiapan tertentu apabila senjata nuklir dan kimia digunakan dalam konflik antara Rusia dan Ukraina.
Enggan menjawab soal itu, Dujarric menyatakan tidak pernah terpikirkan akan ada perang nuklir.
"Pikiran tentang konflik nuklir saja tidak terpikirkan. Tak perlu dikatakan lagi bahwa penggunaan segala jenis senjata kimia atau biologi akan menjadi kekejaman dan bertentangan dengan hukum internasional," paparnya.
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, eks duta besar Inggris untuk Rusia mengutarakan kekhawatirannya bahwa bukan tidak mungkin Rusia akan menggunakan senjata nuklir.
Kekhawatiran ini telah dijawab oleh pemerintah Rusia.
Pada Selasa (19/4/2022), Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov ditanya apakah Rusia mempertimbangkan menggunakan senjata nuklir di Ukraina.
Jawaban yang diberikan oleh Lavrov cenderung abu-abu dan tidak tegas.
"Dalam tahap ini, kita mempertimbangkan opsi menggunakan senjata konvensional," ujar Lavrov.
Sky News mendeskripsikan jawaban dari Lavrov dapat diartikan sebagai ancaman.
Konflik antara Rusia dan Ukraina diprediksi akan menjadi awal pecahnya perang dunia ketiga.
Analisis ini disampaikan oleh Wang Wen selaku Dekan Eksekutif Institut Studi Keuangan Chongyang (RDCY), Wakil Dekan Sekolah Jalur Sutra, Universitas Renmin China.
Dikutip TribunWow.com, Wang Wen menulis prediksinya itu lewat portal berita pemerintah Rusia RT.com.
Wen menyoroti bagaimana Rusia saat ini tengah digempur habis-habisan oleh Amerika Serikat (AS) dan blok NATO.
Meskipun tak mengirimkan langsung pasukan militernya ke Ukraina, AS dan NATO melakukan segala cara untuk menyerang Ukraina mulai dari sanksi finansial, blokade informasi, bantuan intelijen, hingga navigasi satelit.
Dua bulan setelah konflik pecah, negara-negara barat telah memberikan sekira lima ribu sanksi terhadap Rusia.
Wen menyampaikan, apa yang dilakukan oleh AS dan negara-negara barat sudah jelas semakin memperparah tensi konflik yang terjadi.
Wen juga mengungkit pernyataan kontroversial yang disampaikan oleh Presiden AS Joe Biden untuk Presiden Rusia Vladimir Putin.
Menurut Wen apa yang disampaikan oleh Biden dilihat Rusia sebagai ancaman yang nyata.
Seiring berjalannya konflik antara Rusia dan Ukraina, potensi perang dunia ketiga terus naik.
Campur tangan Biden dalam konflik ini dinilai akan menjadi pertimbangan bagi Rusia untuk menggunakan senjata nuklir. (TribunWow.com/Via/Anung)