Konflik Rusia Vs Ukraina
Perang akan Berlarut-larut, Eks Dubes Inggris Ungkap Kelanjutan Babak Baru Rusia Vs Ukraina
Eks Dubes Inggris menganalisis bagaimana berjalannya babak baru perang antara Rusia dan Ukraina di Donbass.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Ukraina dan Rusia saat ini telah sama-sama mengumumkan bahwa babak baru konflik dimulai di daerah Donbass.
Eks duta besar Inggris untuk Ukraina, Leigh Turner memastikan babak baru konflik akan berlangsung lama atau berlarut-larut.
Turner mengatakan, dalam kondisi seperti ini akan penting bagi negara-negara barat untuk terus menyuplai senjata ke Ukraina.
Baca juga: Membelot Dukung Rusia, Politisi Ukraina Minta Putin Pakai Senjata Nuklir untuk Akhiri Konflik
Baca juga: Putin akan Pakai Nuklir di Babak Baru Konflik? Menlu Rusia Beri Jawaban Ambigu
Dikutip TribunWow.com dari Sky News, Turner juga mengingatkan bahwa jalur negosiasi juga harus terus ditempuh demi menghindari jatuhnya korban lebih banyak.
"Rakyat Ukraina sangat menderita dan terus menderita. Ratusan orang terbunuh sejauh yang bisa kita lihat setiap hari," jelas Turner.
Turner mengatakan, para keluarga di Rusia juga merasakan kehilangan yang sama ketika anak mereka gugur di medan perang.
Namun menurut Turner sulit untuk mencapai resolusi yang memuaskan kedua belah pihak.
Turner menyampaikan, Putin dipastikan tidak akan mau menyetujui resolusi jika Rusia tidak memeroleh teritori baru dalam konflik ini.
Terkait kemungkinan penggunaan senjata nuklir, Turner menyampaikan sulit untuk menilai potensi terjadinya penggunaan senjata nuklir.
Turner mengatakan, jika Rusia kalah dalam konflik ini, tak menutup kemungkinan Rusia akan menggunakan senjata nuklir.
Perang yang berlangsung antara Rusia dan Ukraina telah berlangsung selama 56 hari pada Rabu (20/4/2022).
Setelah mundur dari ibu kota Kiev, pasukan Rusia masih meningkatkan kekuatan di wilayah Donbas dan menambah ekskalasi penyerangan.
Para ahli memprediksi, jika tak segera mengerahkan perlawanan, maka daerah timur Ukraina termasuk Mariupol akan segera diduduki Rusia.
Dilansir dari The Guardian, Kamis (20/4/2022), berikut rangkuman peristiwa di hari ke-56 invasi Rusia ke Ukraina yang disusun TribunWow.com.
1. Situasi Perang di Kota-kota Ukraina
Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, mengatakan intensitas tembakan oleh pasukan Rusia di Kharkiv, Donbas dan di Dnipro telah meningkat secara signifikan.
Para pejabat Rusia mengatakan total 1.260 sasaran militer terkena roket dan artileri di sepanjang garis depan 300 mil di wilayah Donbas dan Kharkiv.
Walikota Kharkiv, Ihor Terekhov, mengatakan pasukan Rusia telah terlibat dalam pemboman tanpa henti terhadap distrik sipil di kota kedua Ukraina sejak Minggu.
Empat orang, termasuk tiga pekerja darurat, tewas pada Selasa, menurut Terekhov.
Secara terpisah, kantor kejaksaan untuk wilayah Kharkiv mengatakan roket Rusia melukai 14 orang di kota itu pada Selasa.
Zelensky juga mengatakan situasi di kota Mariupol yang terkepung sudah sangat parah.
"Tentara Rusia menghalangi segala upaya untuk mengatur koridor kemanusiaan dan menyelamatkan orang-orang kami," kata Zelensky.
"Nasib setidaknya puluhan ribu penduduk Mariupol yang sebelumnya dipindahkan ke wilayah yang dikuasai Rusia juga tidak diketahui."
Namun, Kementerian pertahanan Rusia mengatakan akan menawarkan gencatan senjata di Mariupol pada hari Rabu.
Gencatan senjata ini dilakukan agar para pembela Ukraina yang bersembunyi di pabrik baja Azovstal meletakkan senjata mereka.
Pernyataan ini dibuat menyusul ultimatum baru yang diumumkan Rusia setelah peringatan serupa pada hari Minggu (18/4/2022) diabaikan.
Namun, menurut seorang pejabat pro-Rusia yang dikutip oleh BBC, para prajurit yang didukung Rusia telah menyerbu pabrik tersebut.
Pihak berwenang Ukraina mengatakan bahwa tidak kurang dari 1.000 warga sipil bersembunyi di kompleks pabrik baja Azovtal bersama dengan pejuang Ukraina.
Pasukan Rusia telah merebut Kreminna di wilayah Donbas Ukraina timur dan pasukan Ukraina telah ditarik dari kota itu, kata gubernur regional.
Kreminna, sebuah kota berpenduduk lebih dari 18.000 orang sekitar 350 mil (560km) tenggara Kyiv, tampaknya merupakan kota pertama yang direbut dalam serangan Rusia di Ukraina timur.
2. Aksi Menolak Perang
Seorang pengusaha Rusia, Oleg Tinkov, telah berbicara menentang perang 'gila' di Ukraina dan menggambarkan pendukung aksi militer Moskow sebagai 'orang bodoh'.
Dalam sebuah posting Instagram, Tinkov, yang telah diberi sanksi oleh pemerintah Inggris, mengatakan 90% orang Rusia menentang perang.
Baca juga: Sampai Kerahkan Kekuatan Militer ke Mariupol, Mengapa Rusia Anggap Kota Kecil di Ukraina Berharga?
Baca juga: Putin Beri Penghargaan pada Pasukan Rusia yang Dituding Ukraina Lakukan Kekejaman di Bucha
3. Tantangan Rusia Kuasai Donbas
Rusia telah meningkatkan serangannya di Donbas tetapi kemajuannya terhambat tantangan lingkungan, logistik dan teknis.
"Ketidakmampuan Rusia untuk membasmi perlawanan di Mariupol dan serangan tanpa pandang bulu mereka, yang telah merugikan penduduk sipil, merupakan indikasi kegagalan mereka yang berkelanjutan untuk mencapai tujuan mereka secepat yang mereka inginkan," kata Kementerian Pertahanan Inggris pada Selasa malam.
Dikabarkan, Rusia telah mengerahkan hingga 20.000 tentara bayaran dari Suriah, Libya dan tempat lain di wilayah Donbas Ukraina.
Seorang pejabat Eropa mengatakan tentara bayaran dikirim ke medan perang tanpa alat berat atau kendaraan lapis baja.
4. Suplai Amunisi Ukraina
Dalam pidato malamnya, Zelensky mengklaim bisa memenangkan perang jika memiliki kekuatan persenjataan seperti Rusia.
Ia pun kembali menyerukan agar negara-negara sekutu segera mengirimkan suplai senjata.
"Jika Ukraina memiliki akses ke semua senjata yang dibutuhkan dan yang sebanding dengan senjata yang digunakan oleh Federasi Rusia, kita pasti sudah mengakhiri perang ini," kata Zelensky.
"Tidak adil jika Ukraina masih dipaksa untuk meminta apa yang telah disimpan mitranya di suatu tempat selama bertahun-tahun."
Menanggapi hal ini, Presiden AS, Joe Biden, kembali mengumumkan paket bantuan militer lain untuk Ukraina.
Bantuan tersebut diprediksi akan sebanding dengan bantuan $ 800 juta (sekitar Rp 11 miliar) yang diumumkan presiden AS pekan lalu.
Beberapa sumber mengatakan kepada Reuters, bantuan itu akan menambah lebih dari $3 miliar total bantuan AS ke Ukraina, sejak invasi Rusia.
5. Pembalasan Sanksi oleh Rusia
Rusia mengusir 31 diplomat Belanda, Belgia dan Austria karena Moskow menghadapi isolasi internasional yang meningkat.
Itu terjadi setelah Belanda, Belgia dan Austria mengumumkan pengusiran beberapa diplomat Rusia.
6. Krisis Kemanusiaan
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, telah menyerukan jeda kemanusiaan Paskah Ortodoks selama empat hari dalam pertempuran di Ukraina.
Guterres mengatakan PBB siap mengirim konvoi bantuan kemanusiaan ke Mariupol, Kherson, Donetsk dan Luhansk mulai Kamis Putih dan berlangsung hingga Minggu 24 April, tanggal Paskah Ortodoks, yang dirayakan oleh sebagian besar orang Ukraina dan Rusia. (TribunWow.com/Anung/Via)