Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Putin Sebut Sanksi Rusia Justru Timbulkan Kemerosotan Ekonomi Barat, Klaim Nilai Rubel Menguat

Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa rentetan sanksi Barat yang dijatuhkan terhadap Rusia telah gagal.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
AFP/Alexey Nikolski
Presiden Rusia Vladimir Putin. Putin klaim sanksi yang dijatuhka ke Rusia justru membuat pihak barat mengalami kemerosotan ekonomi, Senin (18/4/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa rentetan sanksi Barat yang dijatuhkan terhadap Rusia telah gagal.

Sanksi yang diberuikan akibat invasinya ke negara tetangga Ukraina itu disebut justru merugikan pihak barat.

Ia menilai upaya Barat untuk mengasingkan Rusia justru membuat perekonomian negara itu makin meningkat.

Bendera-bendera anggota negara NATO yang dikibarkan setengah tiang sebagai tanda berkabung dalam Hari Peringatan Holocaust, Kamis (27/1/2022).
Bendera-bendera anggota negara NATO yang dikibarkan setengah tiang sebagai tanda berkabung dalam Hari Peringatan Holocaust, Kamis (27/1/2022). (Instagram @nato)

Baca juga: Amerika Beri Sanksi Rusia, Mulai Lumpuhkan Ekonomi hingga Bekukan Cadangan Emas Negara Putin

Baca juga: Turis Rusia Terjebak di Bali Buntut Sanksi Global, Kehabisan Uang Akibat Tak Bisa Tarik Tunai di ATM

Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Senin (18/4/2022), Putin mengatakan bahwa Barat sedang menghadapi kesulitan di bidang ekonomi.

Menurut Putin, embargo yang dikenakan pada Rusia akan membuat Barat kewalahan.

“Diprediksi segera mengacaukan situasi keuangan-ekonomi, memprovokasi kepanikan di pasar, runtuhnya sistem perbankan dan kekurangan di toko-toko," ujar Putin.

"Strategi serangan ekonomi telah gagal dan malah menyebabkan kemerosotan ekonomi di Barat," imbuhnya.

Pemimpin Rusia itu berbicara dalam pidato yang disiarkan televisi selama panggilan video dengan pejabat tinggi ekonomi.

Negara-negara Barat telah memberlakukan sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya pada perusahaan dan sistem keuangan Rusia sejak mengirim pasukan ke Ukraina pada 24 Februari dalam apa yang disebutnya 'operasi militer khusus'.

Putin mencatat bahwa Rusia telah bertahan dari tekanan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Ia mengatakan bahwa rubel telah menguat dan negara tersebut telah mencatat surplus perdagangan tinggi yang bersejarah sebesar $58 miliar pada kuartal pertama tahun ini.

Sebaliknya, Putin berpendapat bahwa sanksi tersebut menjadi bumerang bagi Amerika Serikat dan sekutu Eropanya, mempercepat inflasi dan menyebabkan penurunan standar hidup.

Putin mengakui kenaikan tajam dalam harga konsumen di Rusia, ia menyebut adanya kenaikan 17,5 persen pada April dan mengarahkan pemerintah untuk menghitung indeks upah dan pembayaran lainnya untuk mengurangi dampak inflasi.

Putin mengatakan Rusia harus menggunakan anggarannya untuk mendukung ekonomi dan likuiditas dalam kondisi aktivitas pinjaman yang berkontraksi meskipun penurunan suku bunga bank sentral akan membuat pinjaman menjadi lebih murah.

Dia juga mengatakan Rusia harus mempercepat proses penggunaan mata uang nasional dalam perdagangan luar negeri di bawah kondisi baru.

Baca juga: Berencana Kirim Bom 3 Ton, Rusia Serang Pabrik Baja Azovtal Tempat Ribuan Warga Ukraina Berlindung

Baca juga: Inggris Dibuat Bingung Gara-gara Ada 2 Warganya Terlibat Konflik di Ukraina dan Kini Ditangkap Rusia

Kemungkinan Rusia Putus Hubungan dengan Barat

Semenjak melakukan invasi ke Ukraina, Rusia terus dikecam oleh negara-negara barat dan menerima banyak sanksi ekonomi.

Kehidupan perekonomian Rusia kini tengah babak belur lantaran banyak perusahaan-perusahaan negara-negara barat yang menutup aktivitas usaha mereka di Rusia.

Kini Rusia menyatakan pihaknya tidak menutup kemungkinan akan memutus hubungan dengan negara-negara barat.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Rusia menyatakan akan memutus hubungan diplomatik dengan negara-negara yang mengeluarkan diplomat Rusia.

"Ada potensi risiko seperti itu, karena setiap hari kita dihadapkan dengan tindakan bermusuhan seperti itu. Pengusiran diplomat adalah keputusan yang menutup jendela hubungan diplomatik," ujar juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin, Dmitry Peskov.

Jawaban ini diberikan oleh Peskov saat diwawancarai oleh stasiun televisi asal Prancis.

Pada Rabu (6/4/2022), Peskov ditanyakan apakah Rusia akan memutus hubungan diplomatik seusai puluhan diplomatnya diusir dari negara-negara Anggota NATO.

Diketahui Italia, Spanyol dan Denmark telah mengeluarkan total 70 diplomat Rusia pada Selasa (5/4/2022).

Kemudian Jerman dan Prancis telah mengeluarkan 40 diplomat Rusia pada Senin (3/4/2022).

Pengeluaran diplomat Rusia tersebut dilakukan terkait insiden pembantaian warga sipil di Bucha, Ukraina.

Hubungan Rusia sendiri dan negara-negara barat serta Eropa tengah memburuk semenjak Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer spesial di Ukraina pada 24 Februari 2022 silam.

Mendukung Ukraina, negara-negara barat kompak memberikan sanksi ekonomi terhadap Rusia.

Kini giliran para diplomat Rusia terkena imbas konflik Rusia-Ukraina.

Dikutip TribunWow.com dari Aljazeera.com, puluhan diplomat Rusia yang tersebar di negara-negara Eropa kini diusir oleh negara tuan rumah.

Negara-negara Eropa mencurigai para diplomat Rusia yang ada di negara mereka telah melakukan aksi spionase terkait perang Rusia dan Ukraina.

Belanda telah mengusir 17 diplomat Rusia yang dicurigai merupakan agen intelijen Rusia menyamar sebagai diplomat.

Sementara itu Belgia telah mengusir 21 diplomat Rusia.

Kemudian Irlandia meminta empat pejabat senior Rusia untuk segera keluar dari Irlandia karena disebut telah melakukan aktivitas yang tidak sesuai dengan standar diplomatik.

Polandia turut mengusir 45 warga Rusia yang dicurigai agen intelijen Rusia menggunakan status diplomat sebagai kedok.

Kementerian Luar Negeri Belanda menyatakan pengusiran para diplomat Rusia tersebut berdasarkan pertimbangan untuk menjaga keamanan negara.

Di sisi lain, pemerintah Ukraina mengklaim ada sekira 600 agen rahasia Rusia yang kedoknya telah berhasil dibongkar.

Klaim pemerintah Ukraina ini diberitakan oleh media asal Inggris The Telegraph.

Namun pemerintah Ukraina sendiri tidak menjelaskan secara rinci bagaimana pihaknya bisa membongkar kedok para agen rahasia tersebut.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, grup junalisme investigatif Bellingcat menyatakan, ada kemungkinan informasi yang dimiliki oleh pemerintah Ukraina berasal dari kebocoran data di internet.

Para agen rahasia yang berhasil dikuak kedoknya itu dituding ikut andil dalam aksi kriminal di wilayah Eropa bahkan di Inggris.

Kertas berisi daftar nama mata-mata Rusia itu turut menyimpan informasi berupa paspor, nomor telepon, bahkan kebiasaan masing-masing agen.

Seorang agen bahkan diketahui menggunakan nama 'jamesbond007' untuk akun media sosial Skype.

James Bond sendiri adalah seorang tokoh fiksi dalam sebuah film bertema agen rahasia yang menceritakan kisah mata-mata negara Inggris.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaUkrainaVolodymyr ZelenskyRusiaVladimir Putin
Rekomendasi untuk Anda
ANDA MUNGKIN MENYUKAI

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved