Konflik Rusia Vs Ukraina
Tak Gubris Ultimatum Rusia, Zelensky Justru Ancam Tak akan Berdamai jika Warga Mariupol Dihabisi
Tuntutan Rusia agar pasukan Ukraina di Mariupol menyerah, berlalu tanpa adanya tanggapan.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Tuntutan Rusia agar pasukan Ukraina di Mariupol menyerah, berlalu tanpa adanya tanggapan.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky pun menegaskan bahwa pasukannya tak akan mundur.
Ia juga mengancam akan menolak kesepakatan damai jika Rusia neka menghabisi penduduk dan pasukan pertahanan yang tersisa.

Baca juga: Diultimatum Rusia, Zelensky Tegas Tak akan Serahkan Wilayah Timur ke Tangan Pasukan Putin
Baca juga: Potret Detik-detik Terakhir Armada Perang Moskva, Muncul Bukti 500 Awak Kapal Rusia Tewas
Dikutip TribunWow.com dari The Guardian, Senin (18/4/2022) sirene serangan udara terdengar di seluruh Ukraina, termasuk di wilayah Kiev, Minggu pagi.
Pada saat yang bersamaan, Rusia mengatakan pasukannya telah membersihkan sebagian besar kota Mariupol.
Disebutkan hanya ada kontingen kecil pejuang Ukraina yang tersisa di pabrik baja raksasa Azovstal di pelabuhan wilayah tenggara.
Jika jatuh, Mariupol akan menjadi kota besar pertama yang berhasil direbut oleh Rusia.
Dalam sebuah video, Zelensky mengungkapkan keadaan di Mariupol yang menjadi lokasi pertempuran paling sengit selama invas.
"Situasi di Mariupol masih sangat parah. Tidak manusiawi. Rusia dengan sengaja berusaha menghancurkan semua orang yang ada di sana," klaim Zelensky.
Rusia diketahui telah menjatuhkan ultimatum agar pasukan pertahanan Ukraina menyerah.
Pasukan presiden Rusia Vladimir Putin memberikan waktu hingga pukul 06.00 pagi waktu Moskow pada Minggu (17/4/2022).
Batas waktu itu pun tak digubris Ukraina yang memilih bertahan hingga titik penghabisan.
Zelensky pun ikut turun tangan dan mengancam akan mundur dari negosiasi damai jika Rusia nekat menghabisi penduduk Mariupol dan tentara yang tersisa.
"Penghapusan pasukan kami, orang-orang kami (di Mariupol) akan mengakhiri negosiasi apa pun," tegas Zelensky.
Ia pun kembali meminta bantuan pada Barat untuk mengirimkan senjata dengan segera.
Kota yang hancur itu telah menjadi simbol perlawanan sengit yang tak terduga dari Ukraina sejak pasukan Rusia menginvasi pada Kamis (14/2/2022).
Mykhailo Fedorov, menteri transformasi digital Ukraina, mengatakan kota itu berada di ambang bencana kemanusiaan.
Pihaknya juga memperingatkan bahwa Ukraina sedang mengumpulkan bukti dugaan kekejaman Rusia di sana.
“Kami akan menyerahkan semuanya ke Den Haag. Tidak akan ada impunitas,” kata Fedorov.
Pekan lalu Zelensky telah memperingatkan bahwa Rusia sedang mempersiapkan tahap baru teror yang dapat melibatkan penggunaan senjata kimia di Ukraina.
Laporan mulai beredar minggu lalu di media sosial bahwa zat beracun telah digunakan pada penduduk Mariupol, yang menyebabkan masalah pernapasan.
Pekan lalu, Liz Truss, menteri luar negeri Inggris, mengatakan Inggris segera menyelidiki tuduhan itu, sementara juru bicara Pentagon mengatakan laporan itu sangat memprihatinkan.
Baca juga: Ternyata Bawa Nuklir, Benarkah Tenggelamnya Kapal Perang Moskva jadi Pukulan Berat untuk Rusia?
Baca juga: Rusia Ledakkan Pabrik Senjata Ukraina yang Diduga Ikut Andil Dalam Tenggelamnya Kapal Moskva
Rusia Ultimatum Tentara di Mariupol
Rusia mengatakan pasukannya telah berhasil membersihkan kota pelabuhan Mariupol, Ukraina.
Disebutkan hanya ada kontingen kecil pejuang Ukraina yang tetap berada di dalam pabrik baja di pelabuhan selatan yang terkepung.
Pihak Rusia pun mengimbau pasukan pertahanan itu untuk menyerah sebelum menjadi sasaran perang.
Dilansir TribunWow.com dari Aljazeera, Sabtu (16/4/2022), klaim Rusia untuk menguasai Mariupol belum dapat diverifikasi secara independen.
Namun jika benar, ini akan menjadi kota besar pertama yang jatuh ke tangan pasukan Rusia sejak invasi 24 Februari.
“Seluruh wilayah perkotaan Mariupol telah sepenuhnya dibersihkan. Sisa-sisa kelompok Ukraina saat ini sepenuhnya diblokade di wilayah pabrik metalurgi Azovstal,” kata Igor Konashenkov, kepala juru bicara kementerian pertahanan Rusia.
“Satu-satunya kesempatan mereka untuk menyelamatkan hidupnya adalah dengan sukarela meletakkan senjata dan menyerah.”
Konashenkov mengatakan total 1.464 prajurit Ukraina telah menyerah.
Kementerian pertahanan Rusia menyatakan jika pasukan Ukraina yang masih bertempur di Mariupol meletakkan senjata mereka mulai pukul 6 pagi waktu Moskow (03:00 GMT), hidup mereka akan selamat.
Di kota pelabuhan utama, wartawan di distrik yang dikuasai Rusia mendatangi pabrik baja tersebut.
Azovtal merupakan satu dari dua pabrik logam tempat para tentara Ukraina bertahan di terowongan bawah tanah dan bunker.
Pabrik itu telah menjadi reruntuhan baja bengkok dan beton yang hancur, tanpa ada tanda-tanda tentara pertahanan.
Beberapa mayat warga sipil tergeletak berserakan di jalan-jalan terdekat, termasuk seorang wanita dengan jaket merah muda dan sepatu putih.
Tidak ada reaksi segera datang dari Kiev untuk pernyataan Rusia.
Namun, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada portal berita Ukrayinska Pravda, bahwa situasi di Mariupol sangat sulit.
"Tentara kami diblokir, yang terluka diblokir. Ada krisis kemanusiaan. Namun, orang-orang itu tetap mempertahankan diri," ujar Zelensky.
Ia pun menuduh Rusia mencoba memusnahkan penduduk kota dan mengancam akan menarik diri dari negosiasi perdamaian dengan Rusia jika pejuang Ukraina yang terperangkap di kota pelabuhan itu tewas.(TribunWow.com)