Konflik Rusia Vs Ukraina
Klaim Invasi Rusia di Ukraina Sesuai Rencana, Putin Tetap Lancarkan Serangan sampai Hal Ini Tercapai
Presiden Rusia Vladimir Putin bertekad tetap melanjutkan invasi di Ukraina sampai tujuan "mulia" negaranya tercapai.
Editor: Atri Wahyu Mukti
Serangan artileri juga terjadi di luar ibu kota Kyiv pada Selasa malam (29/03) hanya beberapa jam sesudah delegasi Rusia dalam perundingan dengan Ukraina mengatakan Moskow memutuskan untuk "secara drastis mengurangi" operasi militer di Kyiv dan Chernihiv.
Pengumuman itu dikeluarkan menyusul perundingan yang ditengahi Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istanbul.
Meski demikian juru bicara Kremlin pada Rabu (30/03) mengatakan bahwa delegasi Rusia dan Ukraina tidak menghasilkan "terobosan" dalam perundingan.
"Yang menggembirakan adalah Ukraina setidaknya mulai secara khusus memformulasikan dan menulis apa yang diajukan. Sampai sekarang kami belum mencapai tahap itu," kata Dmitry Peskov dalam jumpa pers di Moskow.
Sehari sebelumnya di Istanbul, Wakil Menteri Pertahanan Rusia Alexander Fomin mengatakan langkah itu diambil "untuk meningkatkan rasa saling percaya".
Di samping itu, keputusan diambil untuk menciptakan situasi yang diperlukan bagi perundingan selanjutnya dan bagi penandatangan perjanjian pada akhirnya nanti.
Namun putaran perundingan pada Selasa (29/03) lalu belum sampai menghasilkan gencatan senjata.
Delegasi Ukraina mengatakan pihaknya setuju mengadopsi status netral - salah satu tuntutan utama Rusia - dengan imbalan jaminan keamanan.
Dengan status netral maka Ukraina tidak akan bergabung ke dalam aliansi militer seperti Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) dan tidak menjadi basis militer bagi negara-negara lain.
Ukraina sebelumnya ingin menjadi anggota NATO yang mendapat penolakan keras dari Rusia.
Perkembangan ini terjadi dalam perundingan di kantor presiden Turki yang disebut Istana Dolmabahce, terletak di pinggir Selat Bosphorus, Istanbul.
Dalam sambutannya, Presiden Recep Tayyip Erdogan mendesak Rusia dan Ukraina untuk mengakhiri apa yang disebutnya sebagai tragedi bersama dari perang ketika membuka putaran terbaru perundingan perdamaian di Istanbul pada Selasa (29/03).
Presiden Erdogan kembali menyerukan perlunya gencatan senjata dan sudah waktunya perundingan membuahkan hasil nyata.
Ia menambahkan persahabatan Turki dengan kedua negara membuatnya merasa perlu untuk menjadi penengah.
"Upaya mengakhiri tragedi ini tergantung pada kedua pihak," kata Presiden Erdogan ketika membuka pertemuan.