Konflik Rusia Vs Ukraina
Sudah Siap Mati, Ibu di Ukraina Tuliskan Ini di Punggung Anaknya yang Berusia 2 Tahun
Berjaga-jaga jika dirinya mati dibunuh pasukan Rusia, seorang ibu di Ukraina menuliskan sejumlah informasi di punggung anak gadisnya.
Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Seorang ibu bernama Sasha Makoviy bersiap menghadapi segala kemungkinan ketika memutuskan untuk pergi meninggalkan rumahnya di Kiev/Kyiv.
Ibu asal Ukraina itu telah mempersiapkan sesuatu jika dirinya tiba-tiba tewas diserang pasukan militer Rusia.
Tak ingin anak gadisnya kebingungan sendirian, Sasha menuliskan sejumlah informasi di punggung putrinya tersebut.
Baca juga: Detik-detik Tukang Las di Bucha Ditembak Mati Tentara Rusia, sang Istri: Mereka Langsung Membunuhnya
Baca juga: Zelensky Kirim Pesan untuk Putin, Presiden Ukraina akan Katakan Ini jika Bertemu Pimpinan Rusia
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, informasi yang dituliskan di punggung anaknya itu di antaranya adalah nama sang anak yakni Vira, kemudian usia, hingga sejumlah nomor telepon.
Sasha menjelaskan, jika dirinya tiba-tiba mati, anaknya tak akan kebingungan saat ditemukan oleh seseorang.
Kini Sasha dan keluarganya telah berhasil selamat mengungsi dari Kiev ke Prancis.
Sasha bercerita, ia pergi dari Kiev saat awal-awal peperangan pecah.
"Ketakutan terbesar saya adalah Vira hilang atau kita tewas dan Vira tidak akan pernah tahu siapa dirinya atau dari keluarga mana dia berasal," ungkap Sasha.
Sasha berpikir, saat menuliskan sejumlah informasi di punggung anak gadisnya itu, ketika Vira sudah besar, putrinya itu dapat mencari tahu asal usulnya sendiri.
"Mungkin menemukan akun ku di Instagram," jelas Sasha.
Sasha mengaku trauma atas peperangan yang terjadi di negaranya, namun ia menyebut Vira baik-baik saja karena Vira masih terlalu kecil untuk memahami konflik yang terjadi.
Isi Surat Milik Bocah di Ukraina
Di sisi lain, seorang anggota parlemen Ukraina menyebarkan foto sebuah surat yang ditulis oleh gadis berusia sembilan tahun.
Gadis berusia sembilan tahun di Ukraina tersebut menulis surat untuk ibunya yang tewas ditembak oleh tentara Rusia.
Ia dan ibunya sempat menjadi korban serangan tentara Rusia ketika berada di mobil.
Namun hanya sang ibu yang tewas dalam serangan tersebut.
Dikutip TribunWow.com dari Thesun.co.uk, menurut keterangan sang anggota parlemen Ukraina, surat ini ditulis pada 8 Maret 2022 silam.
Kendati demikian masih belum diketahui di mana insiden penembakan tersebut terjadi.
Berikut isi surat yang ditulis oleh bocah tersebut:
“Mama. This letter is a present for you on March 8 (mama. Surat ini adalah sebuah hadiah untuk mu pada 8 Maret).
If you think that you raised me in vain. Thank you for the best nine years of my life. (Jika engkau berpikir telah membesarkan saya dengan sia-sia. Terima kasih untuk sembilan tahun terbaik dalam hidupku).
I am very grateful to you for my childhood. You are the best mum in the world. I will never forget you. (Saya sangat berterima kasih kepada mu untuk masa kecil ku. Engkau adalah ibu terbaik di dunia. Aku tidak akan pernah melupakan mu).
I want you to be happy in the sky. I wish you go to heaven. We will meet in heaven. (Aku ingin engkau bahagia di langit. Aku berharap engkau pergi ke surga. Kita akan bertemu di surga).
I will try my best to be a good to go to heaven also. (Aku akan berusaha sebaik mungkin untuk melakukan yang terbaik agar pergi ke surga).
Kiss you, Galiya. (Cium kamu, Galiya)."
Gadis 15 Tahun Dipaksa Hidup Bersama Mayat
Di sisi lain, hampir selama satu bulan Desa Yahidne di Chernihiv berada di bawah kuasa pasukan militer Rusia.
Saat tentara Rusia datang ke Yahidne, mereka membawa para warga sipil dari rumah mereka lalu dipindahkan ke basemen di sebuah sekolah yang ada di sana selama empat minggu.
Sekira 130 orang dipaksa untuk tinggal di basemen seluas 65 meter persegi.
Baca juga: Isi Percakapan Intelijen Ukraina, Kelakuan Tentara Rusia Tak seperti yang Diberitakan Media Barat
Baca juga: Akhirnya Damai? Rusia Akui Ingin Konflik di Ukraina Segera Berakhir dalam Hitungan Hari
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, dua dari warga yang tinggal di sana adalah seorang kakek bernama Mykola Klymchuk (60) dan seorang gadis bernama Anastasiia (15).
Basemen tempat para warga Yahdine ditawan tampak kotor, bau dan berantakan.
Kengerian di Yahdine baru terungkap seusai pasukan militer Rusia menarik mundur pasukan mereka.
Anastasiia bercerita, ia tinggal di basemen tersebut bersama ayah dan neneknya.
Minimnya ruangan yang tersedia membuat Anastasiia harus terus berdiri.
"Kita tidur berdiri. Bukan berarti kita bisa tidur. Mustahil untuk tidur, begitu banyak serangan yang mengarah ke sini," ujar Anastasiia.
Tidak adanya ventilasi yang cukup dalam ruangan tersebut juga semakin membuat warga yang berlindung di dalam merasa tidak nyaman.
Mykola menjelaskan, selama dirinya tinggal di basemen yang sama dengan Anastasiia, ada 12 orang yang tewas.
Sebagian besar dari mereka adalah warga lanjut usia.
Mykola meyakini para warga lansia tersebut tewas karena sesak napas.
Ketika ada warga yang meninggal, mayatnya tidak bisa langsung dikeluarkan dari basemen.
Tentara Rusia tidak setiap hari membolehkan warga untuk membuang jasad orang yang meninggal di basemen.
Warga yang hidup di basemen terpaksa tinggal bersama mayat selama berjam-jam bahkan berhari-hari sebelum akhirnya jasad bisa dibawa ke luar.
"Sangat menyeramkan. Saya mengenal orang-orang yang meninggal," kata Anastasiia.
"Mereka (orang-orang yang meninggal) memerlakukan kami sangat baik. Saya merasa sangat sedih, mereka mati tanpa alasan di sini," ujarnya.
Mykola menjelaskan, dalam kondisi normal para lansia itu tidak seharusnya tewas di basemen.
Mykola melanjutkan, bahkan untuk sekadar buang air pun tentara Rusia sering melarang.
Tentara Rusia meminta warga yang ada di basemen menggunakan ember untuk buang air.
Tepatnya pada 3 April 2022 pasukan militer Rusia mundur dari Yahidne.
Anastasiia mengaku masih bisa mendengar suara tembakkan dan sering merasa ketakutan.
Pada foto yang diabadikan oleh bbc.com, wajah Anastasiia terlihat tertekan dan stres seusai mengalami hidup di tengah konflik.
Minta Dibunuh seusai Suaminya Dieksekusi
Seorang wanita bernama Iryna Abramov (41) berteriak meminta ditembak mati oleh tentara Rusia seusai suaminya yakni Oleg (40) dieksekusi oleh para tentara Rusia tersebut.
Rumah yang ditinggali oleh Iryna, Oleg dan ayah Iryna yakni Volodymyr Abramov (72) di Kota Bucha, Ukraina, diserbu oleh pasukan militer Rusia tanpa alasan yang jelas.
Begitupula Oleg menjadi korban eksekusi tentara Rusia tanpa alasan yang jelas.
Baca juga: Rusia Klaim Miliki Bukti Rencana Kotor Ukraina yang Didukung AS, Ungkap Insiden Ledakan Kimia
Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, Volodymyr bercerita, pada saat pasukan Rusia datang mendobrak rumah, mereka langsung menarik Oleg ke luar.
Setelah menarik Oleg keluar, tentara Rusia itu melempar sebuah granat ke dalam rumah Volodymyr yang menyebabkan kebakaran di dalam rumah.
Sambil berusaha memdamkan api menggunakan alat pemadam kebakaran, Volodymyr berteriak meminta bantuan menantunya yakni Oleg yang ditarik ke luar oleh para tentara Rusia.
Tak lama kemudian datang seorang tentara Rusia mengatakan kepada Volodymyr bahwa Oleg tidak akan bisa membantu.
Setelah itu Volodymyr menemukan jasad Oleg di aspal di luar gerbang rumah.
Dari posisi jasad Oleg yang berlutut dan mengalami luka di kepala, Volodymyr meyakini menantunya itu diekseksui mati dari jarak dekat.
Oleg sendiri sehari-hari bekerja sebagai tukang las, bukan termasuk kombatan.
Iryna selaku istri Oleg bercerita, para tentara Rusia itu mengeksekusi Oleg tanpa alasan yang jelas.
"Mereka tidak bertanya atau mengatakan apapun, mereka hanya membunuhnya," ujar Iryna.
"Mereka meminta (Oleg) untuk melepaskan baju, berlutut, dan mereka menembaknya."
Setelah Oleg dieksekusi, Iryna sempat berlari ke luar dan melihat empat tentara Rusia yang membunuh Oleg sedang bersantai sambil meminum air.
Iryna histeris berteriak minta agar dirinya segera ditembak mati.
Namun para tentara Rusia tersebut justru menanggapi dengan bercanda.
Seorang tentara Rusia awalnya mengarahkan senjatanya ke Iryna lalu menurunkannya, kemudian mengarahkannya lagi lalu menurunkannya berkali-kali.
Pada akhirnya tentara Rusia tersebut memberi waktu tiga menit agar Iryna dan Volodymyr segera pergi dari sana.
Menurut pengakuan Volodymyr, pada akhirnya ia dan Iryna pergi meninggalkan jasad Oleg hampir selama sebulan di Bucha.
Ketika situasi mulai aman, Volodymyr mengubur Oleg seadanya di sebuah lahan dekat rumah.
Kini jasad Oleg telah dievakuasi oleh tentara Ukraina dan belum tahu dipindahkan ke mana. (TribunWow.com/Anung/Via)