Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Akui Ingin Rusia Lemah dan Makin Terisolasi, AS Siap Beri Senjata Apapun yang Diminta Ukraina

Pemerintah AS memastikan akan terus menyuplai senjata ke Ukraina untuk membantu dalam perang melawan Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
YouTube Fox Business
Presiden AS Joe Biden membahas soal kenaikan harga sumber energi akibat perang Rusia-Ukraina, Kamis (31/3/2022). Terbaru, AS siap memberikan senjata apapun yang diinginkan oleh Ukraina. 

TRIBUNWOW.COM - Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) Jake Sullivan menyampaikan pemerintah AS siap menyediakan apapun senjata yang diminta oleh Ukraina.

AS mengaku akan terus menyuplai senjata ke Ukraina untuk membantu dalam konflik melawan Rusia.

Sullivan mengatakan, pemerintah AS saat ini mengirim senjata ke Ukraina setiap hari.

Baca juga: Isi Surat Milik Bocah di Ukraina untuk Ibunya yang Dibunuh Tentara Rusia: Kita akan Bertemu di Surga

Baca juga: Rekam Dirinya Lakukan Tindakan Asusila ke Bayi, Tentara Rusia Kirim Videonya ke Temannya

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, Sullivan sendiri mengaku telah berkomunikasi dengan petinggi pejabat militer Ukraina untuk mendiskusikan senjata apa yang dibutuhkan oleh Kiev/Kyiv.

Sullivan berdalih, senjata yang akan diberikan AS ke Ukraina nantinya akan memperkuat Ukraina di medan perang serta memperkuat posisi Ukraina ketika melakukan negosiasi dengan Rusia.

Sullivan menyampaikan, pemerintah AS saat ini juga tidak lagi membeda-bedakan senjata untuk bertahan dan menyerang untuk diberikan ke Ukraina.

Bagi AS kini yang terpenting adalah memberikan Ukraina senjata yang dibutuhkan.

Sullivan menjadikan dugaan kejahatan perang yang dilakukan oleh tentara Rusia sebagai justifikasi AS mengirimkan senjata ke Ukraina.

"Lakukan apapun yang kita bisa untuk membantu Ukraina sukses," ujar Sullivan.

"Pada akhirnya, kita ingin melihat Ukraina yang bebas dan independen."

"Rusia yang semakin lemah dan terisolasi."

"Dan negara-negara barat yang semakin kuat, semakin bersatu, dan bertekad."

AS meyakini ketiga hal tersebut bisa dicapai dengan cara membantu Ukraina melawan Rusia.

Korut Sebut AS Perparah Konflik

Sebelumnya, komentar pedas dilontarkan oleh media pemerintah Korea Utara (Korut) terkait isu konflik antara Rusia dan Ukraina.

Negara pimpinan Kim Jong Un itu menilai Amerika Serikat (AS) sebagai provokator yang semakin memperburuk situasi konflik antara Rusia dan Ukraina.

Bahkan media pemerintah Korut tersebut menyebut Presiden AS Joe Biden sebagai kakek tua yang ceroboh.

Dikutip TribunWow.com dari rt.com, pernyataan ini disampaikan oleh kantor berita milik pemerintah Korut yakni Korean Central News Agency (KCNA).

Korut menyoroti bagaimana AS berusaha untuk mendiskreditkan Rusia dalam konflik ini.

KCNA lalu mengungkit bagaimana AS telah membunuh jutaan orang tak bersalah di Afghanistan hingga Irak.

Kemudian KCNA mengungkit momen Biden menyebut Presiden Rusia Vladimir Putin sebagai penjahat perang dan tak bisa dibiarkan berkuasa.

"Memanggil kepala negara lain sebagai seorang penjahat perang dan diktator pembunuh tanpa alasan yang jelas adalah sebuah penghinaan terhadap negara lain dan pelanggaran nyata terhadap kedaulatan," ujar KCNA.

KCNA lalu menyatakan Biden mengucapkan hal tersebut karena pikun dan ceroboh.

"Ucapannya yang sembrono menunjukkan kecerobohan seorang kakek tua yang pikun," tulis KCNA.

Biden sendiri diketahui saat ini telah berusia 79 tahun.

KCNA lalu menyindir bagaimana masa depan AS berada di tangan seseorang ynag begitu lemah.

Selanjutnya KCNA mengomentari bagaimana sanksi yang diberikan oleh AS kepada Rusia justru pada akhirnya akan merugikan AS sendiri.

Sementara itu, media Rusia Radio Sputnik mengulas tentang kesehatan Presiden Amerika Serikat Joe Biden.

Dikatakan bahwa presiden 79 tahun itu mengalami penurunan kemampuan kognitif secara signifikan.

Hal ini menyebabkan Biden memiliki masalah mental yang bisa mengancam pertahanan nasional.

Dilansir TribunWow.com, Kamis (7/4/2022), kabar ini diklaim telah disampaikan oleh mantan staf dokter Gedung Putih, Ronnie Jackson.

Ia mengatakan penurunan kemampuan kognitif Presiden AS Joe Biden merupakan ancaman bagi keamanan nasional.

"Saya tidak mencoba untuk membuat diagnosis, tetapi saya pikir seluruh dunia melihat bahwa dia memiliki beberapa masalah mental," kata Jackson saat bercara kepada saluran TV One America News.

"Saya pikir sesuatu yang jelas terjadi padanya, ini adalah masalah keamanan nasional."

Jackson menyoroti fakta bahwa Biden baru-baru ini secara terbuka menunjukkan perilaku yang kurang pantas.

Menurut dokter, saat ini, ketika ada kemungkinan konflik langsung dengan Rusia, Presiden AS seharusnya sadar dan memahami sepenuhnya apa yang terjadi.

Dia juga mencatat bahwa Biden harus mengikuti tes untuk fungsi kognitif otak dan mempublikasikan hasilnya.

Hal ini menyusul berita tentang insiden pada bulan Februari di mana Joe Biden diduga telah menghina seorang jurnalis.

Sementara itu, sekitar 40 anggota Kongres dari Partai Republik mengiriminya surat yang merekomendasikan agar kemampuan kognitifnya diperiksa.

Penurunan kognitif tersebut juga terlihat dalam sejumlah pertemuan internasional di mana Joe Biden diklaim mengalami penurunan daya ingat.

Sebelumnya, Joe Biden kedapatan pernah lupa dengan nama mitranya, Perdana Menteri Australia Scott Morrison.

Momen ini terjadi saat AS, Australia dan Inggris mengumumkan pakta keamanan trilateral yang berfokus ke kawasan Asia-Pasifik dan disebut sebagai AUKUS pada Rabu (15/9/2021).

Ketika akan menyudahi acara, Biden menoleh ke Perdana Menteri Inggris, Boris Johnson, untuk mengucapkan rasa terima kasih atas keberhasilan terbentuknya kerja sama baru antara tiga negara itu, dilansir dari The Guardian pada Kamis (16/9/2021).

“Terima kasih, Boris,” kata Biden.

Kemudian, Biden terlihat ragu-ragu saat melihat ke layar televisi yang menayangkan Scott Morrison dalam tautan video.

“Dan saya ingin berterima kasih kepada orang itu,” ungkap Biden sambil menunjuk ke arah Scott Morrison.

“Terima kasih banyak sahabat, saya menghargai itu, Pak Perdana Menteri,” tambahnya.

Sementara, Scott Morrison langsung mengacungkan jempolnya kepada Biden sambil tersenyum sebagai bentuk tanggapannya.

Meskipun pada akhirnya Biden dapat menyebut nama PM Scott Morrison, tetapi hal itu dianggap sudah terlambat karena kesalahannya telah lebih dulu mendapat perhatian.

 “Saya merasa terhormat hari ini untuk bergabung dengan dua sekutu terdekat, Australia dan Inggris, untuk meluncurkan fase baru kerja sama keamanan trilateral di antara negara-negara kita,” kata Biden.

“Seperti yang dikatakan Perdana Menteri Morrison dan Perdana Menteri Johnson, saya ingin berterima kasih atas kemitraan ini," tambahnya.

Baca juga: Rusia Klaim Serang Ukraina Justru untuk Cegah Bencana Nuklir dan Perang Dunia Ketiga

Baca juga: Jadi Bumerang Bagi Putin, Invasi Rusia ke Ukraina Justru Dorong Negara-negara Lain Gabung NATO

Joe Biden Klarifikasi Pidatonya soal Putin

Protes muncul dari berbagai pihak setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menyampaikan sebuah pidato di Warsawa, Polandia, Sabtu (26/3/2022).

Biden mengatakan pada pidatonya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tidak bisa lagi dibiarkan memegang kuasa.

Ucapan ini kemudian menuai kontroversi dan muncul pertanyaan apakah AS akan ikut berperan mengganti rezim Putin.

Dikutip TribunWow.com dari Sky News, informasi terbaru, Biden diketahui telah menjawab maksud dari perkataannya tersebut.

Seusai menghadiri acara keagamaan di gereja di Washington, seorang reporter bertanya kepada Biden.

Ia bertanya apakah Biden memang menyuarakan agar ada pergantian rezim di Rusia.

Biden kemudian menjawab singkat, "Tidak," kata Biden.

Dikutip TribunWow.com dari bbc.com, pidato Biden ini bahkan menuai protes dari internal pemerintah AS sendiri.

Diplomat veteran AS, Richard Haass yang kini menjabat sebagai Presiden Dewan Hubungan Luar Negeri AS mengkritik keras ucapan Biden tersebut.

Ia menyebut ucapan Biden justru semakin memperkeruh suasana.

"Membuat situasi sulit semakin sulit dan situasi gawat semakin berbahaya," kata Haass.

Haass juga menyoroti bagaimana ucapan Biden tersebut berpotensi semakin memperpanjang durasi perang.

Di sisi lain, pidato Biden ini memeroleh apresiasi dari pemerintah Polandia.

"Presiden negara yang paling kuat di dunia datang ke Warsawa dan berbicara sangat jelas soal agresi Rusia," ujar Lukasz Jasina selaku juru bicara Kementerian Luar Negeri Polandia.

"(Biden) mengatakan kepada Rusia bahwa selalu ada waktu untuk mengganti seorang diktator," ujar Jasina mengutip pidato Biden.

Pidato Biden ini kemudian telah ditanggapi oleh pemerintah Rusia.

Juru bicara Presiden Rusia Vladimir Putin yakni Dmitry Peskov menyampaikan bukan wewenang AS untuk mencampuri urusan dalam negeri Rusia.

"Presiden Rusia dipilih oleh masyarakat Rusia," ujar Peskov, Sabtu (26/3/2022). (TribunWow.com/Anung/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyAmerika SerikatJoe Biden
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved