Konflik Rusia Vs Ukraina
Rusia dan Ukraina Saling Tuding, Ini Bukti Senjata Kimia Pemusnah Massal Digunakan dalam Perang
Rusia melaporkan adanya ledakan senjata kimia berbahaya di wilayah Luhanks, Sabtu (9/4/2022).
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Lailatun Niqmah
TRIBUNWOW.COM - Rusia melaporkan adanya ledakan senjata kimia berbahaya di wilayah Luhanks, Sabtu (9/4/2022).
Menurut pejabat lokal setempat, ledakan tersebut menyebabkan tersebarnya asam nitrat ke udara.
Sementara itu, Rusia dan Ukraina masih saling tuding mengenai pihak yang bertanggung jawab atas ledakan tersebut.

Baca juga: Rusia Klaim Miliki Bukti Rencana Kotor Ukraina yang Didukung AS, Ungkap Insiden Ledakan Kimia
Baca juga: Rusia dan Ukraina Saling Tuding, Sebut Lawan Gunakan Senjata Kimia Fosfor Putih di Medan Perang
Dilansir TribunWow.com dari Russia Today, Sabtu (9/4/2022), sebuah tangki penampung yang berisi bahan-bahan berbahaya telah dihancurkan di sebuah pabrik kimia di kota Rubezhnoye, Luhanks.
Ledakan itu berlangsung beberapa hari setelah insiden serupa terjadi di fasilitas itu di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Rusia dan Ukraina.
Milisi separatis Luhanks yang didukung Rusia, melaporkan ledakan tersebut menyebabkan asam nitrat beracun menyebar di udara.
"Hari ini, sekali lagi, sebuah tangki dengan asam nitrat diledakkan di wilayah pabrik kimia Zarya di kota Rubezhnoye, yang mengakibatkan pelepasan zat beracun ke lingkungan," bunyi laporan tersebut.
Pihaknya menyebut ledakan itu merupakan strategi Ukraina untuk menimbulkan ketakutan.
Rusia juga menuduh Unit nasionalis Ukraina menggunakan taktik teroris terhadap penduduk sipil dan menghancurkan infrastruktur.
Insiden itu juga telah dikonfirmasi oleh gubernur Luhansk yang ditunjuk Kiev, Sergey Gaidai.
Namun, dia menyalahkan ledakan itu pada penembakan artileri oleh 'Orc'.
Sebagai informasi, Orc adalah istilah menghina yang biasa digunakan di Ukraina untuk menggambarkan kelompok separatis Donbass dan militer Rusia.
“Asam nitrat berbahaya jika terhirup, tertelan dan kontak dengan kulit dan selaput lendir. Asap asam mengiritasi saluran pernapasan,” kata Gaidai dalam sebuah postingan Facebook.
Rekaman yang beredar online menunjukkan gumpalan besar uap merah muda muncul dari situs setelah ledakan.
Pelepasan baru asam nitrat di pabrik Zarya terjadi beberapa hari setelah insiden serupa di fasilitas tersebut.
Pada hari Selasa, tangki lain yang juga mengandung asam nitrat meledak di pabrik, mengirimkan gumpalan besar beracun ke udara.
Rusia dan Ukraina juga menyalahkan satu sama lain, sementara keduanya memperingatkan dampak potensial pada penduduk setempat.
Namun, hingga saat ini belum segera jelas apakah ada kerugian signifikan yang disebabkan oleh kedua insiden tersebut.
Sebelumnya, Rusia juga telah mencurigai indikasi penggunaan senjata kimia berbahaya oleh Ukraina di wilayah Kharkov.
Dikatakan bahwa serangan yang dapat mengancam jiwa warga sipil tersebut ditujukan untuk menyalahkan Rusia dan mengambil simpati dunia.
Sebelumnya, Ukraina juga dituduh melakukan hal serupa di wilayah Sumy dan Luhanks.
Dilansir TribunWow.com dari TASS, Rabu (6/3/2022), pernyataan ini disampaikan kepala negosiator Rusia pada pembicaraan Wina tentang keamanan militer dan pengendalian senjata, Konstantin Gavrilov.
Dalam sebuah wawancara di saluran berita televisi Rossiya-24, Gavrilov menyebut rencana tersebut didukung oleh sekutu barat.
Ia mengatakan bahwa Kiev mungkin tidak berhenti meledakkan bahan kimia beracun di wilayah Kharkov untuk menyalahkan serangan artileri Rusia.
"Kami menduga bahwa rezim di Kiev, mengandalkan dukungan dari penangan Baratnya, akan meledakkan sejumlah bahan kimia di wilayah permukiman Kharkov untuk menyalahkan artileri Rusia dan serangan lainnya," kata Gavrilov.
"Kami telah memperingatkan mereka terhadap skenario semacam ini dan memperingatkan bahwa trik yang mereka gunakan sebelumnya tidak akan berhasil."
Pada hari Selasa, kepala Komite Investigasi Rusia Alexander Bastrykin memerintahkan penyelidikan atas ledakan tangki berisi bahan kimia beracun di wilayah Rubezhnoye, Republik Rakyat Luhansk.
Menurut informasi, pasukan Ukraina yang mundur meledakkan tangki rel kereta api dengan bahan kimia berbahaya di lokasi pabrik industri di Rubezhnoye.
Tangki tersebut diketahui berisi asam nitrat, sulfat dan klorida dan amonia.
Jika terhirup, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan serius dan edema paru.
Komite Investigasi mengatakan bahwa dengan meledakkan tangki tersebut, militer Ukraina menciptakan ancaman besar bagi penduduk sipil dan komunitas sekitarnya.
Baca juga: Jenis Senjata Kimia yang Dimiliki Rusia, Sebabkan Kerusakan Saraf hingga Organ Dalam Terbakar
Baca juga: Roman Abramovich Diduga Tak Sengaja Ikut Diracuni, Ahli Senjata Kimia Inggris: Terlihat Sangat Aneh
Rusia Peringatkan Penggunaan Senjata Kimia di Sumy
Kepala Pusat Manajemen Pertahanan Nasional Rusia Mikhail Mizintsev juga sempat menyinggung adanya indikasi penggunaan senjata kimia oleh Ukraina.
Serangan senjata kimia tersebut telah direncanakan oleh pasukan nasionalis Ukraina jika tentara Rusia memasuki wilayahnya.
Namun rupanya, senjata pemusnah massal itu juga digunakan untuk meracuni penduduk sekitar.
Dilansir media Rusia TASS, Minggu (19/3/2022), kabar tersebut disampaikan secara resmi oleh Mizintsev sebagai peringatan pada dunia internasional.
Ia merinci adanya peledak dengan campuran bahan kimia berbahaya yang dipasang di wilayah Sumy, Ukraina.
Ranjau tersebut dipasang untuk meracuni tentara Rusia yang masuk ke wilayah itu, sekaligus dengan penduduknya sendiri.
"Nasionalis telah menempatkan ranjau di fasilitas penyimpanan amonia dan klorin di pabrik kimia Sumykhimprom di Sumy untuk meracuni penduduk wilayah Sumy jika pasukan Rusia memasuki kota," kata Mizintsev.
Selain itu, pasukan nasionalis Ukraina juga telah merencanakan provokasi yang bertujuan mengalihkan kesalahan ke pihak Rusia.
Disebutkan bahwa sejumlah bahan kimia beracun akan sengaja diledakkan di gedung sekolah dan pemukiman saat pasukan Rusia mendekat.
"Di pemukiman Kotlyarovo, wilayah Nikolayev, militan unit nasionalis merencanakan provokasi dengan penggunaan bahan kimia beracun. Untuk tujuan ini, mereka telah menempatkan wadah dengan bahan kimia beracun di gedung sekolah menengah, yang akan meledak ketika Rusia pasukan mendekati pemukiman," tutur Mizintsev.
Karenanya, sebelum insiden tersebut terjadi, Rusia berusaha memberikan peringatan pada dunia.
Hal ini dilakukan agar Rusia tak menjadi kambing hitam dalam penyalahgunaan senjata kimia berbahaya itu.
"Kami memperingatkan seluruh dunia beradab dan organisasi internasional tentang provokasi sinis pihak berwenang Ukraina, yang, jika terwujud, akan disalahkan pada pasukan Rusia karena telah dilakukan lebih dari sekali," tegasnya.
Mizintsev menambahkan bahwa hal itu dilakukan dengan dukungan dari Amerika Serikat dan sejumlah negara Uni Eropa, yang menganggap Ukraina sebagai instrumen kebijakan anti-Rusia.(TribunWow.com/Via/Anung)