Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Rusia Klaim Miliki Bukti Rencana Kotor Ukraina yang Didukung AS, Ungkap Insiden Ledakan Kimia

Rusia klaim memiliki bukti valid tentang rencana Kiev untuk melakukan provokasi menggunakan persenjataan kimia dengan dukungan dari penasihat AS.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Elfan Fajar Nugroho
cdc.gov
Ilustrasi Bahan Kimia. Terbaru, Rusia mengklaim miliki bukti rencana provokasi Ukraina untuk gunakan senjata kimia berbahaya, kamis (7/4/2022). 

TRIBUNWOW.COM - Rusia klaim memiliki bukti valid tentang rencana Kiev untuk melakukan provokasi.

Menurut pihak Presiden Rusia Vladimir Putin, Ukraina akan menggunakan persenjataan kimia dengan dukungan dari penasihat AS.

Satu diantaranya adalah hasil penyelidikan meledaknya bahan kimia berbahaya di wilayah Luhanks.

Tim pengecek fakta BBC menyoroti video tentara Ukraina mengeksekusi tentara Rusia.
Tim pengecek fakta BBC menyoroti video tentara Ukraina mengeksekusi tentara Rusia. (BBC.com)

Baca juga: Rusia Klaim Serang Ukraina Justru untuk Cegah Bencana Nuklir dan Perang Dunia Ketiga

Baca juga: Dirudapaksa 12 Jam oleh Sejumlah Tentara Rusia, Ibu 4 Anak di Ukraina Menangis Memilih Mati

Dilansir TribunWow.com dari TASS, Kamis (7/4/2022), hal ini disampailkan kepala delegasi Rusia untuk Negosiasi Keamanan Militer dan Pengendalian Senjata, Konstantin Gavrilov.

Pernyataannya tersebut telah diunggah ke situs web Kementerian Luar Negeri Rusia.

"Rezim Kiev pada dasarnya salah jika berpikir bahwa hukum internasional memberikan kebebasan untuk melakukan tindakan kekerasan massal, termasuk teror langsung terhadap warga sipil," tulis Gavrilov.

Diketahui, pada Pada hari Selasa (5/4/2022), kepala Komite Investigasi Rusia Alexander Bastrykin memerintahkan penyelidikan atas ledakan tangki berisi bahan kimia beracun di wilayah Rubezhnoye, Luhansk.

Menurut informasi, pasukan Ukraina yang mundur meledakkan tangki rel kereta api dengan bahan kimia berbahaya di lokasi pabrik industri di Rubezhnoye.

Tangki tersebut diketahui berisi asam nitrat, sulfat dan klorida dan amonia.

Jika terhirup, bahan kimia dapat menyebabkan keracunan serius dan edema paru.

Komite Investigasi mengatakan bahwa dengan meledakkan tangki tersebut, militer Ukraina menciptakan ancaman besar bagi penduduk sipil dan komunitas sekitarnya.

Gavrilov pun membeberkan hasil penyelidikan mengenai kasus tersebut.

"Pada tanggal 5 April, tentara Ukraina sebelum meninggalkan Rubezhnoye, di Republik Rakyat Luhansk, meledakkan sebuah tangki dengan bahan kimia di lokasi pabrik industri Zarya," tulis Gavrilov.

"40.000 ton asam sulfat, klorida dan nitrat dan amonia yang masih tersisa di sana, jika meledak, mampu menghancurkan semua kehidupan dalam jarak 30 kilometer."

"Kami memiliki bukti yang dapat dipercaya bahwa Kiev sedang merencanakan provokasi kimia lainnya dengan dukungan dari dalang AS."

Gavrilov memperingatkan bahwa salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah ledakan tangki rel kereta api dengan klorin seberat hingga 800 ton di stasiun kereta api Kochetok, Wilayah Kharkov.

"Tidak mengherankan bahwa Washington telah menyerahkan sejumlah pakaian perlindungan bahan kimia ke Kiev. Pada saat yang sama, untuk menutupi skema curang seperti itu, tanpa dasar menuduh Rusia merencanakan provokasi," ujare Gavrilov.

"Dengan melakukan itu, ia mengikuti kebiasaan kebiasaan aksi fitnah. Ini bukan pertama kalinya mereka menggunakan trik seperti itu."

Dilansir TribunWow.com dari TASS, Rabu (6/3/2022), Gavrilov juga mencurigai indikasi penggunaan senjata kimia berbahaya oleh Ukraina di wilayah Kharkov.

Sebelumnya, Ukraina juga dituduh melakukan hal serupa di wilayah Sumy dan Luhanks.

Dalam sebuah wawancara di saluran berita televisi Rossiya-24, Gavrilov menyebut rencana tersebut didukung oleh sekutu barat.

Ia mengatakan bahwa Kiev mungkin tidak berhenti meledakkan bahan kimia beracun di wilayah Kharkov untuk menyalahkan serangan artileri Rusia.

"Kami menduga bahwa rezim di Kiev, mengandalkan dukungan dari penangan Baratnya, akan meledakkan sejumlah bahan kimia di wilayah permukiman Kharkov untuk menyalahkan artileri Rusia dan serangan lainnya," kata Gavrilov.

"Kami telah memperingatkan mereka terhadap skenario semacam ini dan memperingatkan bahwa trik yang mereka gunakan sebelumnya tidak akan berhasil."

Baca juga: Rusia Yakin Tentaranya dalam Bahaya di Tangan Ukraina, Sebut Jadi Subyek Penyiksaan dan Intimidasi

Baca juga: Beredar Video Tentara Ukraina Pukuli Tahanan, Ramai-ramai Ejek Korban yang Ngompol saat Dihajar

Rusia Sebut Ukraina Panik

Di tengah konflik dengan Ukraina, pemerintah Rusia mengklaim menemukan bukti adanya keterlibatan Amerika Serikat (AS) dengan sejumlah bio lab di Ukraina yang meneliti penyakit berbahaya.

Menurut keterangan pemerintah Rusia, total terdapat 30 biolab di Ukraina yang aktif bekerjasama dengan AS.

Dikutip TribunWow.com dari RT.com, informasi ini disampaikan oleh Letjen Igor Kirilov selaku komandan pasukan Rusia dalam bidang pertahanan terhadap radiologi, kimiawi, dan biologis.

Letjen Kirilov menjelaskan, sebagian besar lab tersebut aktif sejak tahun 2014 lalu.

Ia juga menyampaikan, sejak lab-lab itu didirikan, sejumlah negara di Eropa pada saat yang sama mengalami peningkatan kasus penyakit menular seperti difteri, tuberculosis (TBC), hingga campak.

Letjen Kirilov melanjutkan, sejak Putin mengumumkan operasi militer spesial pada Kamis (24/2/2022), lab-lab kerja sama dengan AS yang ada di Ukraina buru-buru menghancurkan virus dan patogen yang sedang mereka teliti.

Letjen Kirilov mengklaim memiliki bukti dokumen yang berisi proses penghancuran virus dan patogen berbahya tersebut.

Berdasarkan keterangan dokumen yang diklaim diamankan oleh pasukan Rusia, penyakit berbahaya yang dipelajari di antaranya adalah anthrax.

Penelitian tersebut diduga juga memiliki kaitan dengan program militer.

Letjen Kirilov menjelaskan di bagian barat Kota Lvov, sebanyak 320 wadah berisi patogen berbahaya telah dihancurkan.

"Jika koleksi (patogen) tersebut jatuh ke tangan para ahli di Rusia, mereka sangat mungkin membuktikan Ukraina dan AS telah melanggar konvensi senjata biologis," jelasnya.

Kekhawatiran Letjen Kirilov adalah bahan-bahan penelitian yang diperlukan untuk kepentingan program militer telah dikirim ke AS.

Sementara itu Kementerian Pertahanan AS menyatakan tuduhan Rusia adalah sekadar disinformasi.

Sebelumnya, dikutip TribunWow.com dari kanal berita Rusia, Ria Novosti, Selasa (8/3/2022), Moskow mengaku telah menerima dokumen terkait dari karyawan laboratorium biologi Ukraina.

Dalam berkas tersebut, karyawan tersebut mengkonfirmasi bahwa komponen senjata biologis sedang dikembangkan di Ukraina, dekat dengan wilayah Rusia.

Perwakilan resmi Kementerian Pertahanan Rusia, Mayor Jenderal Igor Konashenkov mengungkapkan temuan tersebut.

"Dalam operasi militer khusus, fakta pembersihan darurat oleh rezim Kiev dari jejak program biologis militer yang dilaksanakan di Ukraina, yang didanai oleh Departemen Pertahanan AS, terungkap," ujar Konashenkov.

Menurut militer Rusia, setelah dimulainya invasi atau operasi khusus ke Ukraina, Pentagon disebut mengalami ketakutan serius.

Disebutkan bahwa AS khawatir dunia akan mengetahui pelaksanaan eksperimen biologis rahasia yang dilakukan di wilayah Ukraina.

Maka dilakukanlah upaya untuk menyembunyikan pelanggaran oleh Washington dan Kiev terhadap aturan pertama Konvensi PBB tentang Larangan Senjata Bakteriologis (Biologis) dan Racun.

Kementerian Kesehatan Ukraina dituduh telah mengirim instruksi ke semua laboratorium biologi untuk segera menghilangkan stok patogen berbahaya.

Menurut Konashenkov, virus atau patogen tersebut bisa menyebabkan wabah penyakit serius jika dilepaskan ke udara.

Ia pun mendapat laporan adanya penghancuran penelitian besar-besaran yang dilakukan saat agresi pertama Rusia dimulai pada Kamis (24/2/2022).

"Kami telah menerima dokumentasi dari karyawan laboratorium biologi Ukraina tentang penghancuran darurat patogen yang sangat berbahaya pada 24 Februari, yakni agen penyebab wabah, antraks, tularemia, kolera, dan penyakit mematikan lainnya," ungkap Konashenkov.

Dalam waktu dekat, Kementerian Pertahanan Rusia bermaksud untuk mempresentasikan hasil analisis dokumen yang diterima.(TribunWow.com/Via/Anung)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaAmerika SerikatVladimir PutinVolodymyr Zelensky
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved