Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Miris Lihat Pembantaian Warga di Bucha, China Minta Kebenaran Diungkap

Memiliki posisi netral dalam konflik Rusia-Ukraina, China beberapa kali menunjukkan sikap yang cenderung membela Rusia.

Penulis: anung aulia malik
Editor: Rekarinta Vintoko
Sergei Supinsky / AFP
Petugas melakukan evakuasi jasad-jasad warga sipil yang ada di Kota Bucha, 3 April 2022. 

Media China menuding Amerika Serikat (AS) berpura-pura menjadi pihak bermoral yang suci di mata dunia.

Padahal, negara adidaya pimpinan Presiden Joe Biden itu justru diduga melakukan provokasi untuk meningkatkan ketegangan antara Rusia dan Ukraina.

Hal ini dikatakan menyusul ucapan kontroversial Joe Biden yang diartikan sebagai ajakan untuk melengserkan Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dilansir TribunWow.com dari media Rusia RIA Novosti, Senin (28/3/2022) surat kabar China Huanqiu Shibao menganalisis tindakan pejabat Washington.

Disebutkan pula bahwa tindakan Gedung Putih merupakan penyebab dari situasi darurat di Rusia.

Meskipun, pernyataan ini masih belum bisa divalidasi secara independen.

Pertama-tama, menurut wartawan China, AS harus disalahkan karena menyebarkan mitos tentang Perang Dingin dan memperburuk masalah global.

Pejabat AS dituding memprakarsai lima putaran berturut-turut ekspansi NATO ke timur, menekan ruang keamanan Rusia sebanyak mungkin.

Tujuan utamanya adalah untuk mengebiri dan menghancurkan negara melalui quagmire militer dan sanksi.

Situasi saat ini di Ukraina merupakan cerminan dari mentalitas Perang Dingin di peta geografis Eropa.

Kedua, AS dinilai bersalah memprovokasi konflik geopolitik dan mengancam perdamaian dunia.

Untuk mengikat Eropa sesegera mungkin dalam hal keamanan dan strategi, AS mengorbankan kepentingan Ukraina dan Eropa.

AS dituding menghasut Ukraina, sehingga memutuskan hubungan antara Eropa dan Rusia dan mengikat sekutu Eropa dengan kuat untuk dirinya sendiri.

Ketiga, menurut Huanqiu Shibao, pejabat Washington mengaburkan dan mengarahkan opini publik.

Situasi di Ukraina adalah perang informasi skala besar pertama di era jejaring sosial.

Barat dituding mengarang berita palsu, dan terus menyerang situs web pemerintah Rusia.

Keempat, Amerika Serikat disebut telah menunjukkan keserakahan.

Terlihat dari ketika situasi di Ukraina meningkat, pasar saham global mengalami gejolak besar.

Harga energi meroket, harga pangan internasional mencapai level tertinggi 11 tahun, dan gejolak dalam produksi dan rantai pasokan meningkat.

Bagi Amerika, situasi ini menguntungkan.

Pasalnya, setelah konflik dimulai, saham Amerika naik tajam, industri militer dan ekspor energi meluas.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Amerika Serikat memanfaatkan kesulitan Uni Eropa.

Kelima, pejabat Washington terlihat menerapkan standar ganda.

Amerika Serikat disebut menganggap dirinya sebagai pelindung hak asasi manusia.

Tetapi pada saat yang bersamaan, AS selalu terlibat dalam konflik dan memulai kerusuhan.

Sejak awal krisis Ukraina, Amerika Serikat dinilai telah memberikan tekanan dan justru membuat situasi semakin panas.

Keenam, Amerika Serikat dituding menyembunyikan senjata biologis dan mengabaikan nasib umat manusia.

Menurut informasi yang diungkapkan oleh Rusia, Amerika Serikat memiliki ratusan laboratorium biologi militer di seluruh dunia.

Banyak di antaranya berlokasi di negara-negara bekas Uni Soviet, dan hampir 30 laboratorium dikabarkan berlokasi di Ukraina.

Ketujuh, Amerika Serikat mendapat keuntungan dari konflik eksternal untuk mengalihkan perhatiannya dari kontradiksi internal.

Amerika Serikat disebut sedang sangat terperosok dalam kebuntuan kelembagaan yang terkait dengan polarisasi politik, ketidaksetaraan antara kaya dan miskin, konflik etnis, kerusuhan sosial, dan ketidakstabilan akibat pandemi Covid-19.

Dalam menghadapi hilangnya kekuasaan, satu-satunya jalan keluar yang dapat membantu adalah dengan memprovokasi konflik eksternal.(TribunWow.com/Via)

Berita terkait Konflik Rusia Vs Ukraina

Sumber: TribunWow.com
Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyBuchaChinaAmerika Serikat
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved