Konflik Rusia Vs Ukraina
Putin Mengalah untuk Menang? Ini Alasan Janji Rusia Tarik Mundur Pasukan dari Ukraina Meragukan
Presiden Rusia Vladimir Putin melalui bawahannya menyampaikan pengumuman akan menarik mundur pasukan dari wilayah sekitar ibukota Kiev, Ukraina.
Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
TRIBUNWOW.COM - Presiden Rusia Vladimir Putin melalui bawahannya menyampaikan pengumuman akan menarik mundur pasukan dari wilayah sekitar ibukota Kiev, Ukraina.
Namun, pernyataan ini tak lantas disambut baik oleh Ukraina maupun pihak Barat.
Pasalnya, masih ada sejumlah keraguan yang muncul mengenai niat tersembunyi yang mungkin dialihkan dengan isu tersebut.
Baca juga: Sosok Tentara Ukraina yang Viral Usir Kapal Perang Rusia dari Pulau Ular, Kini Diberi Penghargaan
Baca juga: Putin Melunak, Perundingan Ukraina dan Rusia di Turki Temui Titik Terang, Segera Temui Zelensky
Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Rabu (30/3/2022), Moskow telah berjanji untuk 'secara mendasar' mengurangi operasinya di sekitar ibukota Ukraina.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan rasa saling percaya dalam upaya perundingan damai antara Rusia dan Ukraina.
Tetapi para pejabat Barat memperkirakan bahwa keputusan tersebut lebih tentang mengulur waktu.
"Hal yang paling mencolok tentang ini, adalah bagaimana, bahkan setelah semua yang telah kita lihat tentang betapa tidak dapat dipercaya dan tidak dapat diandalkannya pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, orang-orang masih menganggapnya begitu saja," kata Keir Giles, pakar Rusia di lembaga pemikir Chatham House.
Mikhail Kasyanov, yang merupakan perdana menteri Rusia di bawah Presiden Vladimir Putin dari tahun 2000 hingga 2004, berbicara tentang situasi di Ukraina.
"Saya tidak berpikir kami memiliki indikasi bahwa Tuan Putin siap untuk konsesi apa pun," kata Kasyanov.
"Dia juga ingin melakukan negosiasi bertahap dengan Ukraina hanya untuk menunjukkan kepada seluruh dunia bahwa dia menginginkan perdamaian tapi, saya pikir itu hanya semacam kamuflase."
Michael Clarke, seorang analis pertahanan, mengatakan kegagalan Moskow untuk menguasai Ukraina ikut andil dalam keputusan tersebut.
Karenanya seperti pernyataan Menteri Pertahanan Rusia Sergey Shoigu, tentara Putin akan difokuskan berkumpul di wilayah Donbas.
"Ini adalah rasionalisasi dari situasi militer yang mereka hadapi," ujar Clarke.
"Mereka menyadari, saya yakin, bahwa mereka harus memusatkan kekuatan mereka. Mereka tersebar terlalu luas."
"Mereka harus berkonsentrasi di suatu tempat, itulah sebabnya perhatian kita sekarang mengarah ke tenggara negara itu."
Giles menggambarkan langkah itu sebagai pengakuan kenyataan oleh Rusia.
Rusia dikatakan baru menyadari bahwa pihaknya telah gagal, sehingga mengurangi tujuan perangnya untuk fokus di timur negara itu.
Namun dia juga mempertanyakan apakah Ukraina dapat mempertahankan posisi militernya seperti sekarang.
Pejabat Barat mengatakan penarikan pasukan itu tampaknya lebih merupakan latihan taktis untuk mengulur waktu.
Pada konferensi pers di Gedung Putih, Presiden AS Joe Biden mengatakannya secara sederhana: "Kita akan lihat apakah mereka akan menindaklanjutinya."
Penilaian itu digaungkan oleh Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang mengatakan dia tidak melihat tanda-tanda keseriusan nyata dari Rusia untukmengakhiri perang.
"Apakah itu hanya mencoba untuk berkumpul kembali, mengingat kerugian besar yang dideritanya, saya tidak tahu," kata Blinken.
Sementara itu, seorang pemimpin pemberontakan separatis yang didukung Moskow di Ukraina timur menyebut invasi Rusia sebagai kesalahan.
"Semua ini bisa diselesaikan lebih awal, terutama melalui cara diplomatik dan mungkin penggunaan kekuatan yang tidak signifikan," kata Alexei Alexandrov kepada Reuters.
"Tapi itu tidak dilakukan, dan itu adalah kesalahan di semua sisi."
Baca juga: Belum Juga Berhasil Kuasai Ukraina, Ini 4 Kesalahan Fatal Rusia Menurut Analis Militer
Baca juga: Justru Makin Waspada, Barat Curigai Niat Putin Tarik Mundur Pasukan Rusia dari Ibukota Ukraina
Prediksi Langkah Rusia
Sebulan lebih telah berlalu sejak Rusia melakukan penyerangan pertama ke Ukraina pada Kamis (24/3/2022).
Waktu hampir habis bagi tentara Rusia di Ukraina lantaran kerugian yang meningkat sementara moral pasukan menurun.
Untuk memperoleh kemenangan, Rusia perlu memecahkan kebuntuan saat ini, yang membutuhkan eskalasi pertempuran.
Langkah-langkah persiapan untuk ini sedang berlangsung.
Dilansir TribunWow.com dari CNA, Selasa (29/3/2022), tentara Rusia pertama-tama perlu segera mengganti personel unit garis depan, yang diperkirakan oleh Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) berjumlah hingga 40.000 tentara tewas, terluka, atau ditangkap.
Bahkan jika perkiraan ini berlebihan, kerugiannya terbukti tinggi mengingat bahwa Rusia telah memanggil pasukan cadangan dari seluruh wilayahnya.
Selain mengajak para remaja masuk wajib militer (laki-laki berusia 18 hingga 27 tahun), Rusia juga menyewa pasukan tentara bayaran dan mencari pejuang asing yang bersedia maju perang.
Orang-orang ini akan memiliki sedikit waktu untuk dilatih dan diintegrasikan dengan baik bersama unit garis depan.
Mereka kemungkinan akan digunakan sebagai umpan meriam untuk dikeluarkan sambil mengatur barisan.
Ironisnya, para jenderal Rusia terbunuh dengan jumlah yang belum pernah terjadi sebelumnya, sebagian karena harus berada di garis depan untuk mengarahkan unit-unit yang tidak terlatih secara pribadi.
Kedua, Rusia sekarang bersikap defensif untuk mengurangi korban medan perang.
Keputusan ini melibatkan penghentian serangan ofensif, membangun benteng lapangan, menggali parit dan meletakkan ranjau darat.
Pertempuran Rusia sekarang akan dilakukan sebanyak mungkin dengan senjata jarak jauh termasuk rudal, pesawat menjatuhkan bom, roket dan artileri.
Seperti di Mariupol, ini kemungkinan akan melibatkan kebakaran acak di kota-kota besar dan kecil yang menyebabkan korban sipil tinggi dan kerusakan besar.
Beberapa kota telah berkurang populasinya secara signifikan oleh serangan semacam itu, seperti Mariupol berubah dari berpenduduk 500.000 menjadi di bawah 100.000.
Akan ada lebih banyak kekejaman seperti Mariupol dan serangan ke rumah sakit yang melanggar hukum konflik bersenjata.
Adapun, setelah menambah personel Rusia diperkirakan akan mulai menggunakan senjata kimia dan biologis atau mungkin senjata nuklir taktis.
Senjata tersebut digunakan sebagai efek kejutan, untuk mencoba memecahkan kebuntuan taktis dan memaksa pasukan Ukraina menyerah atau buru-buru mundur.(TribunWow.com/Via)