Breaking News:

Konflik Rusia Vs Ukraina

Sampai Diracun, Seberapa Dalam Keterlibatan Roman Abramovich pada Konflik Rusia dan Ukraina?

Dilaporkan bahwa taipan Roman Abramovich telah beberapa kali terbang bolak-balik antara Istanbul, Moskow dan Kyiv.

Penulis: Noviana Primaresti
Editor: Rekarinta Vintoko
YouTube Sky Sports News
Pengusaha Rusia yang juga pemilik klub sepak bola Chelsea, Roman Abramovich dikabarkan diduga diracuni menggunakan senjata kimia oleh pihak Rusia demi menghambat perdamaian. 

TRIBUNWOW.COM - Dilaporkan bahwa taipan Roman Abramovich telah beberapa kali terbang bolak-balik antara Istanbul, Moskow dan Kyiv.

Ia dikabarkan menjadi kepercayaan untuk menyampaikan pesan dari Presiden Rusia Vladimir Putin dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.

Kemudian, pada Senin (28/3/2022), terungkap bahwa pemilik saham Chelsea FC dan dua negosiator Ukraina lainnya menjadi korban keracunan.

Insiden ini terjadi setelah ia ikut mengambil bagian dalam pembicaraan damai di Kyiv pada awal Maret.

Lantas, seberapa besar keterlibatan Abramovich dalam proses perdamaian tersebut?

Ilustrasi racun
Ilustrasi racun (kinja-img.com)

Baca juga: Kulit Wajah Mengelupas, Roman Abramovich Mantan Pemilik Chelsea dan 2 Pejabat Ukraina Keracunan

Baca juga: Imbas Penyerangan Rusia ke Ukraina, Abramovich Resmi Lepas Chelsea, Berikut Statement-nya

Dilansir TribunWow.com dari Sky News, Selasa (29/3/2022), seorang juru bicara Abramovich memberi keterangan.

"Saya dapat mengkonfirmasi bahwa Roman Abramovich dihubungi oleh pihak Ukraina untuk (meminta) dukungan dalam mencapai resolusi damai, dan bahwa ia telah berusaha untuk membantu sejak itu," kata sumber tersebut.

Keterlibatannya mengikuti permintaan dari produser film Ukraina Alexander Rodnyansky yang telah meminta bantuan dari pengusaha asal Rusia tersebut.

"Meskipun pengaruh Roman Abramovich terbatas, dia adalah satu-satunya yang merespons dan mencobanya sendiri," kata Rodnyansky.

Berikut catatan keterlibatan Abramovich dalam konflik Rusia-Ukraina menurut kurun waktunya.

3 Maret

Pemilik Chelsea menghadiri pembicaraan di ibukota Ukraina Kyiv awal bulan ini, menurut The Wall Street Journal.

Kelompok media investigasi Bellingcat mengatakan negosiasi terjadi di wilayah Ukraina dan berlangsung hingga sekitar pukul 10 malam pada 3 Maret.

Tiga anggota tim perunding pergi ke sebuah apartemen di kota di mana mereka mulai merasakan gejala awal, termasuk radang mata dan kulit.

"Gejalanya tidak mereda sampai pagi hari," kata situs tersebut.

4 Maret

Abramovich dan dua negosiator lainnya berkendara dari Kyiv ke kota Lviv di Ukraina barat.

Ketigaanya kemudian menuju ke Polandia dan kemudian Istanbul untuk melanjutkan negosiasi, kata Bellingcat.

10 Maret

Menurut surat kabar Jerman Bild, miliarder itu adalah bagian dari pertemuan antara Sergei Lavrov, menteri luar negeri Rusia, dan Dmytro Kuleba, mitranya dari Ukraina.

Abramovich dikabarkan masuk dan pergi melalui pintu samping agar tidak terlihat.

15 Maret

Abramovich dilaporkan telah mendarat di Moskow setelah terlihat di sebuah bandara di Israel.

Sebuah jet yang terkait dengan miliarder Rusia-Israel mendarat di ibu kota Rusia setelah berhenti sebentar di Istanbul, dalam perjalanan dari Tel Aviv, menurut Flightradar24.

24 Maret

Dmitry Peskov, sekretaris pers Kremlin, mengakui Abramovich memang mengambil bagian dalam pembicaraan damai awal antara Ukraina dan Rusia.

Namun, juru bicara Putin bersikeras dia tidak lagi menghadiri KTT, yang kini diserahkan kepada tim diplomatik dari negara-negara yang bertikai.

Baca juga: Roman Abramovich Diracuni demi Hambat Perdamaian Rusia-Ukraina? Intelijen AS Ungkap Keraguan

Baca juga: Invasi Rusia ke Ukraina, Roman Abramovich Bisa Terdepak dari Chelsea dan Inggris, Ini Kerugiannya

Senjata Kimia yang Dimiliki Rusia

Dikutip TribunWow.com dari The Sun, Sabtu (26/3/2022), berikut ini merupakan zat beracun yang dikhawatirkan dimiliki Rusia.

Carfentanil

Carfentanil adalah opioid yang sangat beracun dan mudah didapat, yang diduga telah digunakan sebagai senjata oleh Rusia di masa lalu.

Pada tahun 2002, sekelompok 50 separatis bersenjata dari wilayah Chechnya Rusia menyerbu sebuah teater di Moskow, mengambil 850 sandera.

Selama penyelamatan, tentara pasukan khusus Rusia membanjiri teater dengan bahan kimia, yang dianggap sebagai campuran carfentanil dan zat lain, untuk menaklukkan para teroris.

Namun, gasnya begitu kuat sehingga semua pemberontak yang dipersenjatai dengan bahan peledak, serta 130 sandera, tewas.

Carfenatnil 10 ribu kali lebih kuat daripada morfin dan digunakan sebagai gas yang berasal dari satu tetes kecil.

Menghirup bahan kimia tersebut dapat menyebabkan mati lemas dan gagal napas.

TCDD

TCDD adalah dioksin kimia yang ditemukan di antara bahan-bahan Agen Oranye, bahan kimia yang digunakan oleh Amerika dalam Perang Vietnam.

Baru-baru ini, TCDD digunakan sebagai senjata kimia untuk melawan mantan presiden Ukraina, Viktok Yushchenko.

Yuschenko diracun dengan TCDD pada tahun 2004, ketika ia mencalonkan diri untuk menjadi presiden ketiga.

Pembunuhan yang gagal itu merusak wajahnya dan membuatnya sakit parah, tetapi dia selamat dari upaya itu dan memenangkan pemilihan.

Masih belum ada jawaban pasti mengenai siapa yang berada di balik peracunan tersebut.

Tetapi banyak pihak yang menunjuk ke pejabat Ukraina yang memiliki hubungan dengan Rusia.

Sarin

Senjata kimia juga pernah digunakan dalam perang saudara Suriah, yang terjadi antara loyalis Presiden Suriah Bashar al-Assad dan koalisi pasukan oposisi yang didukung AS.

Pada 2012, setahun setelah konflik dimulai, Presiden Barack Obama memperingatkan Assad bahwa dia akan melewati 'garis merah' jika pernah menggunakan senjata kimia.

Tetapi Assad, salah satu sekutu terdekat Putin, dengan berani melewati batas itu, mengerahkan gudang senjata kimia untuk melawan penduduknya sendiri.

Sarin adalah salah satu agen kimia yang ditempatkan di Suriah.

Secara resmi senjata pemusnah massal Sarin adalah zat perusak saraf yang menyebabkan korban mengeluarkan busa dari mulut dan hidung mereka.

Bahkan dosis kecil dapat menyebabkan mati lemas dalam sepuluh menit setelah terpapar.

Gas Mustard

Gas yang dikenal sebagai mustard belerang ini paling sering dikaitkan dengan Perang Dunia Pertama.

Meskipun sering digambarkan sebagai gas, bahan kimia tersebut sebenarnya disebarkan dalam bentuk uap tetesan halus yang menyerang kulit, menyebabkan luka bakar yang parah.

Gas mustard juga diduga digunakan selama perang saudara Suriah, dengan media pemerintah Suriah mengklaim bahwa ISIS menggunakannya dalam pertempuran melawan tentara Suriah di kota Deir ez-Zor.

Namun senjata terlarang itu juga ditemukan ditimbun oleh tentara Suriah.

Rusia yang setuju untuk bernegosiasi dengan Assad, menghancurkan persediaan senjata kimia ilegal Suriah.

Selama proses dekomisioning, pejabat AS menemukan sekitar 1.300 ton gas mustard, membuktikan bahwa senjata berusia seabad itu masih beredar meskipun ada larangan PBB.

Venomous Agent X (Agen Berbisa X)

Singkatan dari Venomous Agent X, VX adalah agen perusak saraf lain yang ditemukan selama penghancuran stok senjata kimia di Suriah.

Agen perusak saraf adalah yang paling beracun dan bekerja cepat dari semua senjata kimia.

Senjata ini bekerja dengan mengganggu sinyal yang dikirim ke organ internal kita, menyebabkan kematian akibat serangan jantung atau mati lemas dalam beberapa menit setelah terpapar.

VX dianggap sebagai yang paling kuat dan persisten dari semua agen perusak saraf, dan kurang dari 0,5 mg VX sudah cukup untuk membunuh orang dewasa.

Rusia secara resmi pernah membongkar persediaan rudal VX pada tahun 2017.

Fosfor Putih

Rusia telah dituduh menggunakan bom fosfor putih di Ukraina.

Rekaman menunjukkan benda yang diduga sebagai fosfor putih terbakar hebat di tanah di timur kota Kramatorsk.

Fosfor putih menyebabkan cedera dan kematian dengan membakar jauh ke dalam jaringan organ jika terhirup sebagai asap atau tertelan.

Amunisi fosfor tidak dilarang secara langsung, dan bahan kimia ini biasanya digunakan dalam granat asap dan peluru pelacak.

Novichok

Senjata kimia Rusia menjadi berita utama di Inggris pada tahun 2018, ketika mata-mata Rusia meracuni mantan agen KGB Sergei Skripal di Salisbury.

Agen ganda dan putrinya itu diracun dengan Novichok, agen saraf kelas militer.

Keduanya dirawat di rumah sakit tetapi selamat.

Rusia membantah bertanggung jawab atas serangan itu tetapi pemerintah Inggris menyalahkan rezim Putin.

Agen saraf yang sama, yang dianggap paling mematikan yang pernah dibuat, digunakan untuk meracuni tokoh oposisi Rusia Alexei Navalny dua tahun kemudian.

Polonium 210

Upaya pembunuhan Salisbury didahului oleh serangan Rusia lainnya di tanah Inggris.

Pada tahun 2006, mata-mata Inggris Alexander Litvinenko, seorang pembelot dari Rusia, tiba-tiba jatuh sakit.

Kritikus Putin dirawat di rumah sakit dan meninggal tiga minggu kemudian.

Diperkirakan dia dibunuh oleh Polonium 210, zat radioaktif yang dimasukkan ke tehnya oleh agen Rusia(TribunWow.com)

Berita terkait lainnya

Tags:
Konflik Rusia Vs UkrainaRusiaUkrainaVladimir PutinVolodymyr ZelenskyRoman AbramovichKyivMoskowChelsea FC
Berita Terkait
ANDA MUNGKIN MENYUKAI
AA

BERITA TERKINI

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved